Ini hanya untuk diriku sendiri.
Tapi jika anda kebetulan membacanya, semoga Allah memberikan kebaikan bagi seseorang yang mendengar perkataanku, lalu mengamalkannya, menghafal dan menyampaikannya. Karena bisa jadi orang yang membawa pengetahuan tidak lebih faham dari orang yang disampaikan.

Minggu, 20 September 2009

Sebuah impian

Renungan Ayat:

وَاللَّهُ غَالِبٌ عَلَى أَمْرِهِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ

“Dan Allah berkuasa terhadap urusan-Nya, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahuinya.”
(QS. Yusuf: 21)


إِنَّ رَبَّكَ فَعَّالٌ لِمَا يُرِيدُ

“Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa yang Dia kehendaki.”
(QS. Huud: 107)

"…Dan adalah ketetapan Allah itu suatu ketetapan yang pasti berlaku."

[Al-Ahzab:38]

"Sampai waktu yang ditentukan, lalu Kami tentukan (bentuknya), maka Kami-lah sebaik-baik yang menentukan."

[Al-Mursalaat: 22-23]

Setiap manusia memiliki impian,seperti halnya aku.Kita membayangkan banyak hal, kita terus berpikir tentang apa yang kita inginkan, apa yang kita ingin kerjakan, apa yang membuat kita bangga dan bahagia dan apa jadinya kita kemudian.
Menikah,mencintai istri dan anak dalam suatu rumah tangga yang bahagia adalah sebuah pengharapan besar buatku.Mungkin bagi sebagian orang hal itu adalah mimpi yang sederhana,tapi mungkin juga tidak.Karena kita tidak pernah tau apa yang Allah takdirkan untuk kita.Karena itu aku juga menyadari bahwa ada harga yang harus dibayar untuk setiap mimpi yang hendak kita wujudkan.

Bagiku impian adalah setting goal kita dalam menjalankankan hidup. Namun kadangkala ketika kita merasa impian itu sulit dicapai,ada yang menghancurkan,atau apalah yg membuat impian itu tidak mampu di wujudkan,kita merasa lelah,putus asa bahkan mati untuk bermimpi kembali.

Tidak...,seorang muslim tidak boleh berputus asa. Tarbiyah mendidik kita untuk menjadi umat-Nya.Tarbiyah telah memanusiakan kita menjadi manusia tanpa boleh mengarahkan jiwa dan hati kita supaya jangan kecewa. Karena jiwa manusia terarah kepada fitrahnya. Fitrah yang telah ditakdirkan. Untuk semua manusia dan para nabi.

Sejauhmana dan sekuatmana tarbiyah pun yang kita lalui, kita tidak boleh menipu diri kita bahwa kita tidak kecewa apabila cita cita dan impian kita telah berakhir. Impian yang kesekian kalinya kita bina dan tumbuhkan dalam hati kita. Impian yang kita istiqarahkan dengan linangan airmata dan kesungguhan. Sujud yang lama penuh kepasrahan. Gambaran untuk membina seperti mahligai cinta roboh dalam impian itu. Anak anak kecilku yang pernah dibayangkan dalam mimpi itu hanya berupa titik titik embun yang akan kering.

Bulan itu tetap mengambang mencari pemuja yang baru. Pemuja yang sama berada dilangit.

Bukan salah siapa!

Cuma takdir mengambil tempat.

Aku teruji lagi. Aku terhukum mungkin! Dengan dosa dosa lalu. Atau Aku belum menjadi baik lagi untuk mendapat yang terbaik.

Hidup harus diteruskan.

Terlalu keras perjalanan hidup ini. Hingga hati ku terkadang tak mampu lagi menampung beban ujian. Saat kita melangkahkan kaki, merasa tak kuat dan bingung diatas ujian ini sebenarnya bukanlah satu kelemahan yang patut kita sesali. Sebab memang manusia diciptakan begitu. Dalam keadaan serba lemah. Namun dibalik itu Allah telah berjanji kepada kita Dia tidak akan menimpakan sesuatu itu kecuali yang mampu kita hadapi.

Itulah hidup.

Memang tingkat cobaan itu tidak halnya seperti anak tangga yang bertingkat tingkat. Tiap satu anak tangga yang kita naiki, datang dari bawah satu pukulan hebat mengenai tubuh kita yang mendaki. Kalau tangan kita bergantung, kalau kaki kita kuat berpijak, kalau akal fikiran kita tetap waspada, pukulan itu akan dapat mendorong menaikan kita keanak tangga yang lebih tinggi.

Tapi …kalau tangan kita lemah dan kaki kita tidak kuat, akal kita hilang, fikiran kita kusut maka pukulan itu akan dapat menjatuhkan kita dan merobohkan kita.

Itulah rutin kehidupan manusia. Perlu menghadapi segala segala cobaan dengan penuh sabar dan kekuatan.

Adakala ujian dari luar yang maha hebat dapat dihadapinya tapi ujian hati dan jiwanya dia bagaikan terpana dan jatuh membungkam kebumi.

Wahai diri ku. Jangan kamu menangis. Jangan kamu bersedih. La tahzan. Allah tahu apa yang kamu dambakan. Apa yang kamu cari. Memang kamu ingin teman diperjalanan yang sulit ini. Untuk kamu bersama. Untuk mengadu. Untuk membina kekuatan. Namun itulah perjanjian kamu dengan Allah!

Apa yang kamu inginkan belum tentu di kehendaki oleh Allah. Apa yang tidak kamu inginkan itulah yang Allah beri supaya kamu sentiasa ridha akan ketentuanNya. Kamu Pasrah dan kamu sucikan diri mu. Anggaplah ujian ini adalah kafarah dosa dosamu waktu kamu jahilliyah dahulu. Sebenarnya memang kamu tidak tahu. Allah Maha Tahu.

Menerima ketentuan adalah jalan terbaik, agar perasaan cepat tersadar dan membuat sesuatu yang baru dalam hidup ini. Karena aku tahu sebagai manusia dan insan lemah ini aku harus memperbaharui hidup ku tiap saat dan lebih lebih lagi apabila digegar oleh perasaan ini, agar aku bisa terus hidup dengan penuh energi dan kekuatan memaut ranting ranting pautan ku yang sentiasa patah!

Memang aku tidak boleh meratap karena telah aku pelajari bahwa menjadi manusia,harus kuat sekuat kuatnya setelah dibakar dan dimantapkan dengan berbagai tarbiyah supaya jiwa tidak rapuh.

Sekali pun impian ini telah berakhir namun kerlipan harapan yang dijanjikan padanya akan juga dinantikannya, karena hati ini tidak boleh putus asa. Apa lagi putus dari rahmat Allah yang menciptakannya.

Dan kiranya impian itu ingin berakhir biarlah cahaya itu padam dan kelam seluruhnya.

Comments :

0 komentar to “Sebuah impian”

 

Copyright © 2009 by Nursamsi

Terkadang orang yang paling kita cintai adalah orang yang paling menyakiti hati kita,karena itu berikanlah cinta sejati kita hanya kepada Allah SWT.Karena Dia-lah yang Maha Mencintai ummat-Nya.Forever!