Ini hanya untuk diriku sendiri.
Tapi jika anda kebetulan membacanya, semoga Allah memberikan kebaikan bagi seseorang yang mendengar perkataanku, lalu mengamalkannya, menghafal dan menyampaikannya. Karena bisa jadi orang yang membawa pengetahuan tidak lebih faham dari orang yang disampaikan.

Minggu, 20 Desember 2009

Manajemen Cemburu

Renungan Ayat:

dakwatuna.com – Allah Swt. berfirman: “Hai Nabi, mengapa kamu mengharamkan apa yang Allah menghalalkannya bagimu; kamu mencari simpati istri-istrimu Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
(QS. At-Tahrim:1)


Belakangan ini semakin banyak kaum ibu baik kalangan umum maupun kalangan aktivis atau istri aktivis dakwah (ummahat) yang sedang dihinggapai rasa was-was dan ada sebagian yang semakin panas dibakar api cemburu pada sang suami gara-gara banyak kalangan bapak-bapak aktivis (abi-abi) yang getol melontarkan isu ta’addud yang sebenarnya bukan sekadar bahan pembicaraan, namun secara riil telah menjadi semacam teror, monster maupun momok bagi kaum ibu meskipun hal itu di pikiran para suami mungkin sekadar intermezzo, canda, iseng, cerita lepas tetapi memang tidak dipungkiri ada sebagian mereka yang sengaja menggencarkan isu tersebut sebagai upaya sistemik bagi semacam ‘pemanasan’, mukadimah, ‘conditioning’ (pengkondisian) ataupun apalah namanya yang penting istri mereka terbiasa mendengar wacana ataupun fenomena itu dengan harapan lama-lama kebal dan biasa sehingga bila tiba saatnya terjadi kenyataan dialami suami mereka tidak kaget ataupun protes lagi, hanya sekadar memaklumi saja.

Keresahan dan kecemburuan kalangan ummahat tersebut tidak jarang juga dipicu dan ‘dikomporin’ oleh cerita yang bersumber dari suami mereka, berita media massa ataupun kabar burung, gosip dan rumpian para ummahat bahwa suami si anu nikah lagi, si aktivis anu sedang dalam proses ta’addud. Api kecemburuan tersebut semakin berkobar dan kewaspadaan ditingkatkan menjadi waspada satu atau situasi stadium gawat darurat karena semakin hari semakin bertambah panjang deretan koleksi nama-nama keluarga yang memekar menjadi berbilang. Alasan mereka sih sah-sah saja kan diperbolehkan syariah terlepas dari tepat tidaknya untuk kondisi mereka. ‘Nikah lagi, siapa takut’ demikian seloroh sementara ikhwan dan dibalas sang istri sambil tersungut; “gi, sono deh…! siapa takut! Satu aja nggak keurus dengan adil!” Dan saya sedang tidak ingin membahas masalah ta’addud yang kontroversial ini, melainkan saya ingin mengkaji fenomena lain seputar cinta dan pernikahan yakni kecemburuan atau rasa cemburu.

Kecemburuan yang dikenal dalam bahasa Arab sebagai ghoirah dan dalam bahasa Inggris disebut jealousy merupakan gejala fitrah, wajar dan alamiah dari seseorang sebagai rasa cinta, sayang dan saling memiliki, melindungi (proteksi) dan peduli. Namun pada kenyataan keseharian rasa, cemburu tidak jarang mendapatkan stigma dan konotasi yang selalu negatif sebagai bentuk ekspresi dan refleksi yang tidak pada tempatnya, norak, egois, curiga dan sebagainya. Memang pada umumnya, akan terasa menyesakkan dan hidup dalam kesengsaraan dan penderitaan bila seorang wanita selalu dibayangi perasaan cemburu. Seorang wanita bijak pernah berkata, “Aku pernah mendapati seorang teman yang begitu menderita, banyak mengeluh, pencemburu, karena suaminya sering bepergian. Ia juga merasa cemburu ketika suaminya membuat janji dengan rekan kerja, sedang menelpon atau sedang menulis surat, atau bahkan ketika sedang termangu dan tersenyum malu. Ia merasa yakin bahwa dalam pikiran suaminya pada saat itu terdapat wanita lain.”

Kondisi pikiran dan kejiwaan seperti ini timbul dari berbagai faktor, baik internal maupun eksternal. Secara internal mungkin karena ia tidak mampu mengendalikan kecemburuan dan potensi kewaspadaannya dengan bijaksana sehingga kehilangan kepercayaan pada suaminya dengan merugikan dirinya sendiri berdasarkan sesuatu indikasi sumir yang belum jelas masalahnya. Adapun secara eksternal memang tidak menutup kemungkinan ada banyak indikasi yang mengarah kepada kelayakan suami untuk dicemburui, dicurigai ataupun diwaspadai seperti penampilan genit, mata keranjang maupun ‘gatelan’.

Meskipun demikian, rasa cemburu sebenarnya tidak hanya dihinggapi kaum wanita saja melainkan juga kaum pria. Kalau ada sebutan istri pencemburu yang sering mengganggu keleluasaan ruang gerak suami, juga ada istilah suami cemburuan yang jealous melihat kemajuan istri yang positif ataupun terhadap perangainya yang di matanya selalu mencurigakan. Semuanya itu yang ideal memang seharusnya ditepis dengan cara mencegah rasa cemburu untuk berubah menjadi duri dalam daging, pasir dalam pikiran bayangan hitam yang menyelimuti perasaan maupun dengan cara klarifikasi (tabayyun), koreksi (tanashuh), maupun introspeksi (muhasabah) secara lapang dada, kepala dingin dan pikiran jernih sebelum segalanya terjadi. Sebab, jika tidak maka keadaan rumah tangga akan menjadi semakin genting, kritis, parah dan susah mengobatinya yang berakibat pada kesengsaraan. Bukankah Allah telah berpesan dalam firman-Nya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahrim:6)

Dalam hal manajemen kecemburuan ini agar tidak menyengsarakan semuanya, Imam Ibnul Qayyim dalam Raudhatul Muhibbin (hal.241-242) menganjurkan para wanita muslimah untuk meniru karakteristik bidadari surga yang berhati suci sebagaimana disebutkan Allah dalam firman-Nya: “dan untuk mereka di dalamnya terdapat isteri-isteri yang suci.” (QS. Al Baqarah:25). Yaitu dengan membangun kejiwaan yang bersih dari perasaan cemburu yang tidak pada tempatnya, sikap kepribadian yang menyakiti hati suami, dan menjauhkan dari benak mereka untuk memikirkan pria lain selain suami mereka.

Namun begitu, sebenarnya tidak semua cemburu itu membawa kesengsaraan dan tidak terpuji. Sebab rasa cemburu merupakan suatu potensi kejiwaan yang bila dipakai dan dikelola pada tempatnya secara wajar justru akan menjadi kontrol positif dan bukan menjadi sikap negatif yang kontra produktif. Imam Al Munawi dalam kitab Al-Faidh justru menyatakan bahwa wanita yang paling mulia dan yang paling luhur cita-citanya adalah mereka yang paling pencemburu pada tempatnya. Maka sifat seorang beriman yang cemburu (ghoyyur) pada tempatnya adalah sesuai dengan sifat yang dimiliki oleh Rabbnya. Siapa yang mempunyai sifat menyerupai sifat-sifat Allah, maka sifat tersebut berada dalam perlindungan-Nya dan mendekatkan diri seorang hamba kepada rahmat-Nya. Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya Allah itu memiliki sifat cemburu dan orang-orang beriman juga memilikinya. Adapun rasa cemburu Allah ialah ketika melihat seorang hamba yang mengaku dirinya beriman kepada-Nya melakukan sesuatu yang diharamkan-Nya.” (HR. Bukhari dan Nasa’i).

Kehilangan rasa cemburu dan tumbuhnya sikap ketidakpedulian pada pasangan hidup dan keluarga baik para istri maupun suami dengan membiarkan penampilan, perilaku dan aktivitas keluarga mereka tanpa kontrol (muraqabah) dengan dalih saling percaya meskipun realitas di depan mata mengundang fitnah dan membawa indikasi negatif akan membuka peluang bagi penodaan kehormatan dan citra keluarga sangat dibenci dalam Islam yang mana Nabi melaknat perangai dayyuts yakni kehilangan rasa cemburu pada keluarga agar tidak jatuh kepada kemaksiatan. Beliau juga bersabda: “Orang-orang mukmin itu pencemburu dan Allah lebih pencemburu.” (HR. Muslim). Cemburu dalam arti yang positif di sini harus didasari cinta (mahabbah) karena Allah, bukan karena emosi hawa nafsu dan egoisme agar keluarga terselamatkan dari api neraka. Saad bin ‘Ubadah berkata: “Dengan cinta itu pula sebuah kebahagiaan hidup seseorang akan terasa semakin sempurna (abadi).”

Abu Faraj menjelaskan dalam An-Nira bahwa menurut Mu’awiyah terdapat tiga macam kemuliaan, yaitu sifat pemaaf, mampu menahan lapar dan tidak berlebihan dalam memiliki rasa cemburu (yang tidak pada tempatnya). karena berlebihan itu merupakan hal melampaui batas dan merupakan suatu kezhaliman terhadap pasangannya.

Cemburu demi kebenaran dan ketaatan merupakan dasar perjuangan amar ma’ruf nahi munkar. Untuk itu, apabila tidak terdapat kecemburuan dalam hati seorang yang beriman, maka sudah dapat dipastikan tidak ada dorongan untuk berjuang dan melakukan amar ma’ruf nahi munkar padanya yang dimulai dari diri dan keluarganya. (QS.AT-Tahrim:6) Oleh karena itu, Allah menciptakan sebagian dari tanda kecintaan-Nya untuk berjuang sebagaimana firman-Nya: “Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, yang bersikap lemah-lembut terhadap orang-orang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siap yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Maidah:54)

Kecemburuan yang pada tempatnya akan bernilai ibadah dan dicintai Allah yakni cemburu terhadap sesuatu pelanggaran nilai syariah secara pasti dan jelas. Namun kebalikannya, kecemburuan akan bernilai maksiat dan dibenci Allah yang justru akan merenggangkan tali cinta kasih suami-istri, mengganggu ketenteraman keluarga dan menyengsarakan hidup bersama jika hal itu cuma mengada-ada, su’udzon (negative thinking), syak wasangka, curiga terhadap sesuatu yang belum jelas dan pasti, serta cemburu buta secara bodoh karena rasa was-was yang tidak pada tempatnya itu berasal dari setan (QS. An-Naas:3-6). Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya kecemburuan itu ada yang disukai oleh Allah dan ada yang dibenci oleh-Nya. Adapun kecemburuan yang disukai adalah kecemburuan pada hal-hal yang pasti, sedangkan yang dibenci oleh-Nya adalah kecemburuan pada hal-hal yang tidak pasti.” (HR. Ahmad, Nasa’i dan Ibnu Hibban).

Dengan demikian, rasa cemburu ada dua macam. Pertama adalah cemburu yang merupakan fitrah manusia, yaitu cemburu netral yang dapat menjaga dan melindungi harga diri dan keluarga dari tindakan pencemaran citra dan atau sikap melampaui batas. Cemburu seperti itu dianggap akhlaq mulia yang patut dimiliki oleh setiap orang beriman. Kedua, adalah cemburu yang merugikan, dibenci dan terlarang, yaitu rasa cemburu tanpa alasan yang selalu menyiksa jiwa. Ketika pikiran sedang dikuasai prasangka buruk, dapat saja kita menuduh orang yang tidak bersalah. Di atas itu semua, rasa cemburu yang tidak beralasan dapat merusak dinamika dan ketenteraman kehidupan rumah tangga. Rasulullah pernah bersabda: “Rasa cemburu ada yang disukai Allah dan ada pula yang tidak disukai-Nya. Kecemburuan yang disukai Allah adalah yang disertai alasan yang benar. Sedangkan yang dibenci ialah yang tidak disertai alasan yang benar.” (HR. Abu Daud).

Api cemburu buta yang tidak pada tempatnya dapat menghanguskan kebenaran dan melahirkan tindakan gegabah ataupun aniaya. Kondisi demikiankah yang menjadi asbabun nuzul dari surat At-Tahrim di atas yang memberikan pelajaran tentang arti cinta dan cemburu sehingga cinta kepada Allah harus didudukkan yang paling tinggi sehingga cemburu tidak akan keluar dari rel kesucian cinta kepada Allah, meskipun semula berangkat dari fitrah alamiah dari rasa cemburu. Rasulullah pernah bertanya pada istrinya, Aisyah Ummul Mukminin RA.: “Apakah engkau pernah merasa cemburu?” Aisyah menjawab, “Bagaimana mungkin orang seperti diriku ini tidak merasa cemburu jika memiliki seorang suami seperti dirimu.” (HR. Ahmad).

Ketika Rasulullah sampai di Madinah bersama Shafiya yang sama-sama hijrah dan yang beliau nikahi di perjalanan menuju Madinah, Aisyah berkata: “Aku menyamar dan keluar untuk melihatnya. Tetapi, Rasulullah mengetahui apa yang kulakukan dan beliau berjalan ke arahku. Maka aku pun bergegas meninggalkan beliau. Namun beliau mempercepat langkahnya hingga menyusulku. Kemudian beliau bertanya: “Bagaimana pendapatmu tentang dirinya.’ Aisyah menjawab dengan nada sinis, ‘ia adalah wanita Yahudi, putri seorang Yahudi.” (HR. Ibnu Majah).

Dari Aisyah RA, ia berkata: ‘pernah suatu malam, Nabi saw ada bersamaku dan beliau pada saat itu mengira aku telah tertidur. Maka beliau keluar dan aku pun mengikuti jejak langkah beliau. Sungguh aku mengira bahwa beliau pergi untuk menemui istrinya yang lain, hingga beliau sampai pada suatu tempat pemakaman. Lalu beliau pun berbelok dan aku pun mengikutinya. Beliau mempercepat langkahnya dan aku pun mempercepat langkahku. Kemudian beliau bergegas kembali ke rumah dan aku pun berlari agar dapat mendahuluinya menuju rumah. Setelah beliau memasuki rumah, beliau bertanya mengapa nafasku terengah-engah seperti orang yang menderita asma sedang mendaki suatu bukit. Aku pun menceritakan kejadian yang sebenarnya kepada beliau, bahwa tadi aku mengikuti ke mana beliau pergi. Beliau pun bertanya, ‘apakah engkau mengira bahwa Allah dan Rasul-Nya akan tega menyakiti dirimu?’” (HR. Muslim)

Kecemburuan fitrah yang demikian juga dimiliki oleh kalangan sahabat Nabi yang laki-laki. Sebagian sahabat Rasulullah pernah mempunyai rasa cemburu yang agak berlebihan, seperti Umar bin Khatab dan Zubair bin Awwam. Mengenai kecemburuan Umar, dikisahkan sebuah hadits dimana Rasulullah menceritakan: “Ketika aku tidur, aku bermimpi bahwa diriku ada di surga. Tiba-tiba ada seorang wanita sedang berwudhu di dekat sebuah istana surga. Aku bertanya, ‘milik siapa istana itu?’ mereka mengatakan, ‘milik Umar’, lalu aku teringat pada kecemburuan Umar, segera saja aku pergi berlalu. Umar lantas menangis mendengar cerita beliau seraya berkata, ‘Apakah kepadamu aku akan cemburu wahai Rasulullah?’” (HR. Bukhari dan Muslim).

Kecemburuan Zubair dikenal melalui riwayat yang dikisahkan istrinya, Asma binti Abu Bakar RA. “Pada suatu hari aku dalam perjalanan pulang sambil memikul biji gandum di kepala. Lalu aku bertemu dengan Rasulullah (iparnya) yang tengah bersama seseorang dari kalangan Anshar. Beliau memanggilku dan mengatakan: ‘ikh ….Ikh…’(menyuruh untanya untuk menunduk) agar dapat memboncengku di belakangnya. Aku merasa malu berjalan bersama laki-laki dan teringat pada kecemburuan Zubair, sebab Zubair termasuk orang yang sangat pencemburu. Rasulullah saw mengerti bahwa aku merasa malu, lalu beliau pergi berlalu.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Bahkan Sa’ad bin Ubadah pernah berkata: “Seandainya aku melihat seorang laki-laki bersama isteriku, niscaya aku pukul ia dengan pedang pada bagian yang tajam (untuk membunuhnya).” Maka Rasulullah berkata, ‘apakah kalian heran akan kecemburuan Sa’ad, sungguh aku lebih cemburu daripadanya dan Allah lebih cemburu daripadaku.’” (HR. Bukhari dan Muslim). Qais bin Zuhair juga pernah berkata: “Aku ini adalah tipe orang yang memiliki sifat pencemburu, orang yang cepat merasa bangga dan memiliki perangai yang kasar. Akan tetapi, aku tidak akan merasa cemburu, sampai aku melihat sendiri dengan mata kepalaku. Aku juga tidak merasa bangga sampai aku berbuat sesuatu yang patut untuk dibanggakan. Aku juga tidak akan berlaku bengis sampai diriku benar-benar dizhalimi.”

Meskipun demikian, namun berkat rahmat Allah, berbagai peraturan syariat mampu menjinakkan dan mengendalikan kecemburuan para sahabat tersebut. Terdapat kisah seorang sahaya perempuan Umar ikut shalat Subuh dan Isya berjamaah di masjid Nabawi. Dikatakan kepadanya: ‘mengapa kamu keluar rumah, sedangkan kamu tahu Umar tidak senang akan hal itu dan akan merasa cemburu?’ ia menjawab, ‘Apa yang menghalanginya untuk melarang aku (keluar rumah untuk pergi ke masjid)?’ Lanjutnya, ‘ia justru dihalangi untuk melarangku demikian oleh sabda Rasul ‘janganlah kamu larang hamba wanita Allah untuk pergi ke masjid’.” (HR. Bukhari).

Fenomena yang beragam ini dalam menyikapi kecemburuan memang sangat dipengaruhi oleh pemahaman terhadap makna kecemburuan di samping oleh pembawaan pribadi, karakter atau temperamen individu. Namun, terdapat titik temu yang menjadi pegangan dalam hal kecemburuan yakni dalam rangka amar ma’ruf dan nahi mungkar, melindungi harga diri dan keluarga serta mencegah kemungkinan terjadinya fitnah yang mencemarkan dan menodai kesucian keluarga berdasarkan indikasi kuat, bukti yang nyata serta gejala yang pasti dalam bingkai baik sangka (husnuudzdzan/positive thinking) yang lebih mendahulukan keutuhan keluarga shalihah agar senantiasa dalam ridha Allah SWT dan syariat-Nya. Wallahu A’lam Wa Billahit taufiq wal Hidayah.


Sumber:DARI SINI

Selasa, 01 Desember 2009

Malam Pertama yang Mengesankan

Renungan Ayat:

“Setiap jiwa akan merasakan mati”.

(QS:Ali ‘Imran: 185)


“Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zhalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakaratul maut, sedang para malaikat mumukul dengan tangannya, (Sambil berkata): “Keluarkan nyawamu”. Di hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayatnya”.
[QS: Al An'am: 93]




Satu hal sebagai bahan renungan Kita...
Tuk merenungkan indahnya malam pertama
Tapi bukan malam penuh kenikmatan duniawi semata
Bukan malam pertama masuk ke peraduan Adam Dan Hawa

Justru malam pertama perkawinan kita dengan Sang Maut
Sebuah malam yang meninggalkan isak tangis sanak
saudara
Hari itu...mempelai sangat dimanjakan
Mandipun...harus dimandikan
Seluruh badan Kita terbuka....
Tak Ada sehelai benangpun menutupinya. .
Tak Ada sedikitpun rasa malu...
Seluruh badan digosok Dan dibersihkan
Kotoran dari lubang hidung dan anus dikeluarkan
Bahkan lubang - lubang itupun ditutupi kapas putih...
Itulah sosok Kita....
Itulah jasad Kita waktu itu

Setelah dimandikan.. .,
Kitapun kan dipakaikan gaun cantik berwarna putih
Kain itu ....jarang orang memakainya..
Karena bermerk sangat terkenal bernama Kafan
Wewangian ditaburkan ke baju Kita...
Bagian kepala..,badan. .., Dan kaki diikatkan
Tataplah.... tataplah. ..itulah wajah Kita
Keranda pelaminan... langsung disiapkan
Pengantin bersanding sendirian...

Mempelai di arak keliling kampung bertandukan tetangga
Menuju istana keabadian sebagai simbol asal usul
Kita diiringi langkah gontai seluruh keluarga
Serta rasa haru para handai taulan
Gamelan syahdu bersyairkan adzan dan kalimah Dzikir
Akad nikahnya bacaan talkin...
Berwalikan liang lahat..
Saksi - saksinya nisan-nisan. .yang tlah tiba duluan
Siraman air mawar..pengantar akhir kerinduan

Dan akhirnya.... . Tiba masa pengantin..
Menunggu Dan ditinggal sendirian...
Tuk mempertanggungjawab kan seluruh langkah kehidupan
Malam pertama bersama KEKASIH..
Ditemani rayap - rayap Dan cacing tanah
Di kamar bertilamkan tanah..
Dan ketika 7 langkah tlah pergi....
Kitapun kan ditanyai oleh sang Malaikat...
Kita tak tahu apakah akan memperoleh Nikmat Kubur...
Ataukah Kita kan memperoleh Siksa Kubur.....
Kita tak tahu...Dan tak seorangpun yang tahu....
Tapi anehnya Kita tak pernah galau ketakutan... ..
Padahal nikmat atau siksa yang kan kita terima
Kita sungkan sekali meneteskan air mata...
Seolah barang berharga yang sangat mahal...

Dan Dia Kekasih itu.. Menetapkanmu ke syurga..
Atau melemparkan dirimu ke neraka..
Tentunya Kita berharap menjadi ahli syurga...
Tapi....tapi .....sudah pantaskah sikap kita selama
ini...
Untuk disebut sebagai ahli syurga

Baca jika anda ada waktu untuk ALLAH.
Bacalah hingga habis.
Saya hampir membuang email ini namun saya telah diberi
anugerah untuk membaca terus hingga ke akhir.

ALLAH, bila saya membaca tulisan ini, saya pikir saya
tidak ada waktu untuk ini....
Lebih lebih lagi diwaktu kerja. Kemudian saya tersadar
bahwa pemikiran semacam inilah yang ....
Sebenarnya, menimbulkan pelbagai masalah di dunia
ini.

Kita coba menyimpan ALLAH didalam MASJID pada hari
Jum'at......
Mungkin malam JUM'AT?
Dan sewaktu solat MAGRIB SAJA?
Kita suka ALLAH pada masa kita sakit....
Dan sudah pasti waktu ada kematian...

Walau bagaimanapun kita tidak ada waktu atau ruang
untuk ALLAH waktu bekerja atau bermain?
Karena...
Kita merasakan diwaktu itu kita mampu dan sewajarnya
mengurus sendiri tanpa bergantung padaNYA.
Semoga ALLAH mengampuni aku karena menyangka... ...
Bahwa nun di sana masih ada tempat dan waktu dimana
ALLAH bukan lah yang paling utama dalam hidup ku (nauzubillah)

Kita sepatutnya senantiasa mengenang akan segala yang
telah DIA berikan kepada kita.
DIA telah memberikan segala-galanya kepada kita
sebelum kita meminta.

ALLAH
Dia adalah sumber kewujudanku dan Penyelamatku
IA lah yang mengerakkan ku setiap detik dan hari.
TanpaNYA aku adalah AMPAS yang tak berguna.

Susah vs. Senang
Kenapa susah sekali menyampaikan kebenaran?

Kenapa mengantuk dalam MASJID tetapi ketika selesai
ceramah kita segar kembali?
Kenapa mudah sekali membuang e-mail agama tetapi kita
bangga mem "forward" kan email yang tak senonoh?
Hadiah yang paling istimewa yang pernah kita terima.
Solat adalah yang terbaik.... Tidak perlu bayaran ,
tetapi ganjaran lumayan.
Notes: Tidak kah lucu betapa mudahnya bagi manusia
TIDAK Beriman PADA ALLAH
setelah itu heran kenapakah dunia ini menjadi neraka
bagi mereka.

Tidakkah lucu bila seseorang berkata "AKU BERIMAN PADA
ALLAH" TETAPI SENTIASA MENGIKUT SYAITAN. (who, by the way, also
"believes" in ALLAH ).

Tidakkah lucu bagaimana anda mampu mengirim ribuan
email lawak yang akhirnya tersebar bagai api yang tidak terkendali.,
tetapi bila anda mengirim email mengenai ISLAM, sering orang berpikir 10
kali untuk berkongsi?

Tidakkah mengherankan bagaimana bila anda mulai
mengirim pesan ini anda tidak akan mengirim kepada semua rekan anda
karena memikirkan apa tanggapan mereka terhadap anda atau anda tak pasti
apakah mereka suka atau tidak?.

Tidakkah mengherankan bagaimana anda merasa risau
akan tanggapan orang kepada saya lebih dari tanggapan ALLAH terhadap
anda.

Aku berDOA , untuk semua yang mengirim pesan ini
kepada semua rekan mereka di rahmati ALLAH.

sumber: note saudara yepi - http://www.facebook.com/yepi.andriyanto

Senin, 12 Oktober 2009

Memilih Pasangan Hidup

Renungan Ayat:


تزوجوا الودود الولود فاني مكاثر بكم الأمم

“Nikahilah wanita yang penyayang dan subur! Karena aku berbangga dengan banyaknya ummatku.”
(HR. An Nasa’I, Abu Dawud. Dihasankan oleh Al Albani dalam Misykatul Mashabih)



عليكم بالأبكار ، فإنهن أعذب أفواها و أنتق أرحاما و أرضى باليسير

“Menikahlah dengan gadis, sebab mulut mereka lebih jernih, rahimnya lebih cepat hamil, dan lebih rela pada pemberian yang sedikit.”

(HR. Ibnu Majah. Dishahihkan oleh Al Albani)

“Kawinlah dengan wanita yang mencintaimu dan yang mampu beranak. Sesungguhnya aku akan membanggakan kamu sebagai umat yang terbanyak”
(HR. Abu Dawud)

Kebimbangan itulah perasaan yang sering muncul di hati para lajang tatkala harus memutuskan dengan siapa ia akan menikah. Perasaan ini wajar muncul, karena keputusan menikah adalah keputusan besar yang akan mempengaruhi jalan hidup seseorang, karenanya mereka akan berhati-hati dalam menentukan calon pendamping hidupnya.

Tak ada gading yang tak retak, begitu yang dikatakan pepatah untuk mengungkapkan sebenarnya tidak ada orang yang sempurna. Setiap orang pasti memiliki kekurangan, namun sesungguhnya ada kualitas kepribadian dasar yang harus kita dan calon pasangan kita miliki agar dapat membina mahligai rumah tangga yang bahagia. Kualitas pribadi tersebut antara lain:

Kualitas Keberagamaan

Agama merupakan keyakinan yang mempengaruhi hati, fikiran perasaan dan tingkah laku seseorang sehingga orang yang mempunyai pemahaman serta pengalaman agamanya yang baik akan sangat terbantu dalam mengatasi berbagai masalah. Kondisi ini pada akhirnya akan mempengaruhi kebahagiaan dan kelanggengan sebuah perkawinan.

Memiliki Komitmen Untuk Mengembangkan Diri
Setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangannya msing-masing. Namun setiap orang juga memiliki kesempatan untuk berkembang. Penting bagi kita untuk memiliki komitmen pengembangan pribadi ini, yaitu bagaimana seseorang memahami kekurangan yang ada, belajar dari kesalahan dan mau mendengarkan nasihat orang lain. Semua hal tersebut bermuara pada bagaimana ia membangun dan mengembangan dirinya agar menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih bijak.

Keterbukaan Emosional
Artinya adalah orang yang memiliki perasaan, mengetahui apa yang sedang dirasakan, mau berbagi perasaan dengan pasangannya dan mengetahui cara mengungkapkan perasaan. Keterbukaan Emosional menjadi modal penting dalam membangun komunikasi dengan pasangan kita, sedangkan komunikasi yang baik adalah modal penting dalam membangun rumah tangga harmonis.

Memiliki Integritas
Setiap orang mendambakan calon pasangan yang mempunyai integritas diri. Kita menginginkan orang yang, jujur, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain, dalam hal ini terutama dengan pasangannya, kita juga ingin calon pasangan kita adalah orang yang tidak main-main dalam mengambil keputusan yang mempengaruhi masa depannya. Itulah makna integritas diri.

Kematangan dan Tanggung Jawab

Memiliki kematangaan berarti ia bisa mengurus dirinya sendiri, tahu mana yang baik/buruk buat dirinya. Sedangkan bertanggung jawab berarti dia memahami langkah yang dia ambil beserta resiko-resiko yang mungkin dihadapi.

Memiliki Harga Diri
Ingatlah agar seseorang bisa mencintai ia harus cinta pada dirinya sendiri. Karena itu lihatlah bagaimana cintanya ia pada dirinya sendiri. Kalau ia sendiri tidak mencintai dirinya, bagaimana mungkin ia bisa mencintai pasangannya?

Sikap Positif Terhadap Kehidupan
Mereka yang memiliki sikap hidup positif akan berusaha mengubah segala kendala menjadi peluang, dan biasanya percaya bahwa segalanya akan bisa menjadi baik.

Itu semua kualitas ideal yang perlu dimiliki oleh calon pasangan kita dan diri kita sendiri pada saat kita akan menikah. Namun situasi yang dihadapai Annisa atau situasi yang sejenis dengan itu, sering membuat kita tidak bisa berfikir jernih. Karena itu adalah hal-hal yang harus kita waspadai agar tidak salah paham dalam memilih pasangan. Hal-hal seperti ini mungkin akan membantu kita :

1. Jangan terlalu cepat memutuskan untuk menikah dengan si dia

Sediakan waktu yang cukup untuk memperoleh informasi yang memadai tentang calon pasangan anda tersebut. Ada beberapa hal yang perlu kita ketahui dari calon pasangan hidup kita itu:

a. Latar Belakang Kehidupan.
- Nasab/latar belakang keturunan mencakup hubungan keluarga asal, apakah berasal dari keluarga utuh, harmonis, atau broken home. Termasuk bentuk hubungan dengan saudara kandung

- Agama, norma-norma atau nilai-nilai status sosial ekonomi, suku, tradisi budaya keluarga asal.

- Adakah penyakit keturunan yang berhubungan dengan faktor genetic.

b. Masalah yang berkaitan dengan kualitas diri
- Kualitas Dien (agama)
- Akhlaq
- Tipe kepribadian (tertutup/terbuka, pendiam, periang, emosional, sabar)
- Pendidikan, kapasitas intelektual, profesi.
- Latar belakang organisasi, aktivitas sosial.
- Kemampuan problem solving
- Kepercayaan diri.

2. Jangan menikah di usia yang belum matang secara pribadi
Siap menikah berarti siap menghadapai masalah yang semuanya menuntut kedewasaan berfikir dan bersikap. Kedewasaan ini tidak bisa di ukur dengan usianya lebih dewasa dibanding mereka yang lebih tua.

Kedewasaan juga mempengaruhi dalam kita menentukan pilihan calon pasangan kita. Mereka yang kurang matang cenderung hanya terpukau pada hal-hal yang bersifat luaran saja.

3. Jangan memilih pasangan hanya untuk menyenangkan orang lain
Andalah orang yang beruntung atau yang menderita dengan pernikahan anda. Kalau pun ada faktor orang lain dalam mempertemukan antara anda dengan si dia pastikan bahwa anda sendirilah yang memutuskan bahwa dialah yang memang terbaik buat anda (tentunya beristiqarah terlebih dahulu).

4. Jangan menikah dengan harapan-harapan yang tidak realistis
Biasanya niatan awal menikah mempengaruhi masalah-masalah apa yang akan mendominasi selama kehidupan perkawinan. Kepuasan dalam kehidupan perkawinan dan terhadap tolak ukurnya berada pada harapan tersebut. Bila tidak terpenuhi akan menimbulkan kekecewaan.

5. Jangan menikah dengan seseorang yang memiliki masalah kepribadian.
Berhati-hatilah terhadap orang yang memiliki kepribadian yang sulit untuk dirubah, diperlukan pengertian dan lapang dada yang luar biasa untuk menghadapi orang seperti ini. Pada dasarnya setiap orang memiliki perilaku bermasalah, namun yang perlu menjadi perhatian adalah bagaimana kadar, intensitas dan frekwensinya seseorang yang masuk dalam kategori mengalami masalah kepribadian adalah bila memiliki prilaku bermasalah yang mendominasi keseharian dan mempengaruhi adaptasinya dengan orang lain. Biasanya orang seperti ini sering membuat orang lain atau dirinya sendiri merasa terganggu dan tidak nyaman dengan perilakunya.

dikutip dari tulisan Insan Kamil.

Sabtu, 10 Oktober 2009

Jodoh adalah takdir?

Renungan Ayat:

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan [yang ditakdirkan pada] suatu kaum sebelum mereka [berusaha] mengubah keadaan [yang ditakdirkan pada] diri mereka sendiri.”
(QS ar-Ra’du [13]: 11)




Akhir-akhir ini saya sering bertanya-tanya dalam hati “benarkah jodoh sudah ditetapkan oleh Allah tanpa bisa diubah?”.

Menurut referensi yang pernah saya baca pertanyaan seperti ini mengandung dua pertanyaan yang jawabannya berbeda,yaitu:

1.Benarkah jodoh sudah ditetapkan oleh Allah?
__Ya benar. Bahkan, bukan hanya jodoh. Segala hal mengenai diri kita sudah ditetapkan/ditakdirkan oleh Allah ketika kita berada di rahim bunda.

Dalam sebuah hadits riwayat Bukhari Muslim dari Ibnu Mas’ud r.a., dikabarkan bahwa Rasulullah saw. bersabda:

"Sesungguhnya proses penciptaan setiap orang dari kalian berada di perut ibunya selama 40 hari berupa segumpal air mani. Selanjutnya ia berubah menjadi segumpal darah dalam masa yang sama. Kemudian ia berubah menjadi segumpal daging dalam masa yang sama. Lalu Allah mengutus seorang malaikat untuk meniupkan ruh kepadanya disamping diperintahkan untuk menuliskan empat perkara, yakni [1] rizkinya, [2] ajalnya, [3] perilakunya, dan [4] bahagia-celakanya."

2.Apakah jodoh (dan segala takdir lain) yang sudah ditetapkan oleh Allah itu bisa diubah?
__Ya & Tidak. Takdir itu tidak bisa diubah oleh manusia, tetapi dapat diubah oleh Allah.

Allah SWT berfirman:

"DihapuskanNya mana yang dikehendakiNya, dan ditetapkanNya mana yang dikehendakiNya, sebab di tanganNyalah terpegang Induk Kitab (Lauh Mahfuzh) itu."
(QS ar-Ra’du [13]: 39)

Lalu, karena jodoh (dan segala takdir lain) itu hanya bisa diubah oleh Allah, apakah sebaiknya kita menunggu takdir dari Allah saja tanpa perlu berusaha lagi?

Tidak seperti itu. Alih-alih, Allah dan Rasul-Nya telah mempersilahkan kita untuk berusaha supaya Allah mengubah takdir-Nya (dari yang “buruk” ke yang “baik”).

Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan [yang ditakdirkan pada] suatu kaum sebelum mereka [berusaha] mengubah keadaan [yang ditakdirkan pada] diri mereka sendiri.”
(QS ar-Ra’du [13]: 11)

Rasulullah saw. pun telah mengajarkan doa istikharah (menurut hadits Bukhari, Ahmad, dll), yang isinya mengandung permohonan mengubah takdir-Nya:

“Ya Allah, sekiranya Engkau tahu bahwa urusan ini lebih baik untuk diriku, agamaku, dan kehidupanku, serta [lebih baik pula] akibatnya [di dunia dan akhirat], maka TAKDIRKANLAH dan mudahkanlah urusan ini bagiku, kemudian berkahilah aku dalam urusan ini. … dan TAKDIRKANLAH kebaikan untukku di mana pun, kemudian jadikanlah aku ridha menerimanya.“

Artinya, supaya Allah mengubah takdir-Nya (dari yang “buruk” ke yang “baik”), termasuk dalam hal jodoh, kita perlu berikhtiar dan berdoa.

Apakah jodoh itu perlu dicari??
Ya, perlu. (Dalilnya, QS ar-Ra’du [13]: 11, sudah ditulis di atas.)

Kalau “iya”, bagaimana konsep mencari jodoh secara islami??

Pada garis besarnya, sesuai dengan kaidah-kaidah ushul fiqih, ada dua bagian pada konsep-konsep mencari jodoh secara islami.

Pertama, dalam hal-hal yang berkenaan dengan aqidah dan ibadah mahdhoh (hubungan dengan Tuhan), yang islami adalah yang ada tuntunannya dari Allah dan Rasul-Nya. Dalam hal ini, yang tidak ada tuntunannya tidaklah islami.

Karena itu, diantara cara mencari jodoh yang tergolong islami adalah doa istikharah (sesuai tuntunan Rasulullah saw.).
Sedangkan yang tidak islami: mengikuti ramalan bintang, mengikuti ramalan paranormal, melakukan “istikharah” yang tergolong bid’ah, dsb.

Sebagai panduan,Silahkan baca buku "Istikharah Cinta" Karya: M Shodiq Mustika dkk, (Jakarta: Qultum Media, 2007).

Kedua, dalam hal-hal yang berkenaan dengan muamalah (hubungan dengan manusia), yang islami adalah yang tidak ada larangannya dari Allah dan Rasul-Nya. Dalam hal ini, yang ada dalil larangannya tidaklah islami.

Selasa, 06 Oktober 2009

Ibu

Suatu
ketika… Seorang bayi siap untuk dilahirkan ke dunia. Menjelang
diturunkan, dia bertanya kepada Tuhan,

"Pada
malaikat di sini mengatakan bahwa besok Engkau akan mengirimku ke
dunia. Tetapi bagaimana cara saya hidup di sana? saya begitu kecil
dan lemah." kata si bayi.

Tuhan menjawab,

"Aku
telah memilih satu melaikat untukmu, ia akan menjaga dan
mengasihimu.”

"Tapi di surga, apa
yang saya lakukan hanyalah bernyanyi dan tertawa,

ini cukup bagi saya untuk
bahagia." kata si bayi.

Tuhanpun menjawab,

"Malaikatmu
akan bernyanyi dan tersenyum untukmu setiap hari dan akan merasakan
kehangatan cintanya dan jadi lebih bahagia."

Si bayipun betanya
kembali,

"Dan
apa yang saya lakukan saat saya ingin berbicara dengan - Mu?"

Sekali lagi Tuhan
menjawab,

"Malaikatmu akan
mengajarkan bagaimana kamu berdoa."

Si
bayipun masih belum puas, ia bertanya lagi,

"Saya
mendengar di bumi banyak orang jahat, siapa yang akan melindungi
saya?"

Dengan
penuh kesabaran Tuhan pun menjawab,

"Malaikatmu
akan melindungimu dengan taruhan jiwanya sekalipun."

Si
bayipun tetap belum puas dan melanjutkan pertanyaannya,

"Tapi saya akan
bersedih karena tidak melihat Engkau lagi."

Dan Tuhanpun menjawab,

"Malaikatmu
akan menceritakanmu tentang Aku, dan akan mengajarkan bagaimana agar
kamu bisa kembali kepada-Ku. Walaupun sesungguhnya Aku selalu berada
disisimu."

Saat
itu surga begitu tanangnya, sehingga suara dari bumi dapat terdengar
dan sang anak dengan suara lirih bertanya, "Tuhan…jika saya
harus pergi sekarang, bisakah Engkau memberitahu siapa nama malaikat
dirumahku nanti?"

Tuhanpun menjawab…

"Kamu dapat
memanggil malaikatmu… IBU…"

Kenanglah
Ibu yang menyayangimu. Untuk Ibu yang selalu meneteskan air mata
ketika kau pergi… Ingatlah engkau ketika, ibumu rela tidur tanpa
selimut demi melihatmu tidur nyenyak dengan dua selimut membalut
tubuhmu.

Ingatlah ketika jemari
ibu mengusap lembut kepalamu ?

….dan
ingatlah engkau ketika air mata menetes dari mata ibumu ketika ia
melihatmu terbaring sakit?

Sesekali jenguklah ibumu
yang selalu menantikan kepulanganmu di rumah

tempat kau dilahirkan.

Kembalilah memohon maaf
pada ibumu yang selalu rindu akan senyumanmu.

Jangan
biarkan engkau kehilangan saat-saat yang akan kau rindukan di masa
datang. Ketika ibu telah tiada…

Tak ada lagi yang berdiri
di depan pintu menyambut kita,

Tak ada lagi senyuman
indah… tanda bahagia.

Yang ada hanyalah kamar
yang kosong tiada penghuninya.

Yang
ada hanya baju yang digantung di lemari kamarnya.

Tak
ada lagi dan tak akan ada lagi yang meneteskan air mata yang
mendo’akanmu disetiap hembusan nafasnya.

Kembalilah segera…
peluklah ibu yang selalu menyayangimu…

Ciumlah kaki ibu yang
selalu merindukanmu dan berikanlah yang terbaik diakhir hayatnya

Kenanglah semua cinta dan
kasih sayangnya…


courtesy: youtube.com

Rabu, 23 September 2009

Tangga Kesabaran

Renungan Ayat:

"Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-oranag yang menyeru Tuhannya dipagi dan senja hari dengan mengharap keridhoan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaan itu melewati batas."
(QS. Al Kahf:28 )

"Hai orang-orang yang beriman jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar."
(QS. Al Baqarah:153 )

Sebut saja namanya Z, seorang pegawai sebuah instansi pemerintah Jogjakarta. Suatu hari datang ke seorang ustadz. Kedatangannya karena keinginan yang menggebu - gebu atas kehampaan jiwa yang sedang ia rasakan. Sisi spiritualnya sedang tergoncang karena seseorang yang ia cintai telah meninggalkannya, sementara semua perasaan sakit yang ia rasakan berimbas pada rutinitas pekerjaannya. Dimana pekerjaan dikantornya harus mengedepankan kemampuan intelektual serta kesibukan kuliah yang membuatnya semakin penat, hingga pada sebuah titik ia bertemu dengan sebuah kehampaan hidup. Ketika sudah ketemu dengan sang ustadz, sang ustadzpun tidak banyak bicara dan basa basi lainnya, ia hanya berkata sedikit, ”kamu berlatih sabar dulu, karena orang yang sabar itu bersama Allah.”. Si pegawai itupun kembali dari rumah sang ustadz. Dalam perjalanannya ia pulang, iapun bertanya-tanya, ”jauh-jauh datang, ingin mencari pengobat hati yang hampa, malahan hanya dapat sebuah kalimat pendek. Kalau hanya seperti itu ngapain jauh – jauh, baca di buku – buku yang bertebaran di toko buku juga banyak.”
Beberapa minggu waktu telah berlalu, namun kehampaan jiwa dan kesedihannya masih selalu menggelayut dalam benak sang pegawai. Rutinitas harian yang ia laluipun semakin terbengkalai karena hilangnya semangat hidup yang ia miliki. Ibadah ritual yang ia jalankan, seolah tak membekas dalam relung hatinya yang terdalam. Sholatnyapun terasa hanya sebuah penggugur kewajiban, tak membekas di jiwanya,apalagi implikasi sosial.
Semakin hari tubuhnyapun makin kurus tak terawat. Pikiran dan hatinya seolah tak pernah berhenti untuk merasakan derita kehilangan orang yang paling berarti dalam hidupnya.Tidak hanya itu, iapun mulai merasakan kehilangan arti hidup,ia berputus asa.. Kalau dulu ia melakukan semua pekerjaannya dengan penuh semangat karena memiliki harapan apa yang ia lakukan adalah demi orang-orang yang ia cintai, maka sekarang ia berpikir untuk apalagi mencari uang dan penghidupan,sementara ia sendiri seolah tak mau hidup. Untuk apa dan untuk siapa… Ia merasa, bahwa kerjapun tak ada artinya lagi. Tak ada lagi yang akan memberi support dalam hidupnya. Namun meski begitu ia masih menyadari bahwa ia masih punya Tuhan. Ia tetap melakukan aktivitasnya meski semua dengan penuh keraguan dan keterpaksaan.

Hari – hari berlalu tanpa terasa, hingga akhirnya si pegawaipun datang kembali ke tempat sang ustadz. Kalau dulu ia datang dengan tujuan mencari pencerahan dari kehampaan jiwa, maka sekarang ia datang untuk mengadukan kepenatan hidupnya. Setelah sampai ke tempat sang ustadz, sang ustadzpun dengan santai hanya memberi satu kalimat sederhana, ” kamu, baru dikasih satu tangga untuk menuju kesabaran”. Si pegawaipun terangguk- angguk, bukan karena mengerti kata-kata sang ustadz, tapi karena bagi dia tambah bingung. Sesampai di rumah, si pegawai masih saja bingung, dengan kata – kata sang ustadz. Logika berfikirnya masih belum bisa menerima. Di kantor ia sudah pusing dengan kondisi instansi. Ketika datang ke sang ustadz, hanya dikasih seuntai kalimat, yang ia terngiang – ngiang, ”tangga kesabaran”. Di sebuah malam, seperti biasanya sang pegawai bisa bangun malam, tepat jam tiga ia berusaha melakukan sholat tahajud. Ada sebuah kedamaian yang ia rasakan setelah sholat. Beban – beban yang ia rasakan di siang hari,seolah sedikit berkurang di relung fikirannya. Sehabis sholat dan wiridan, iapun bergegas ke teras depan. Sambil menunggu waktu shubuh iapun duduk termenung, hingga pada sebuah titik ia mulai dianugerahi sebuah pencerahan. Ia mulai mengingat, dulu datang ke tempat sang ustadz, dengan tujuan mencari pencerahan atas kehampaan jiwanya. Namun setelah datang ke tempat sang ustadz, justru di setiap aktivitasnya banyak terjadi kondisi yang membuat patah semangat...., kondisi yang seolah menghilangkan kehidupannya...., terjadi kondisi yang membuat perasaannya semakin tersiksa....., kenapa ??? ia mulai bertanya kepada dirinya sendiri. Yah.... itulah sebuah kenyataan, yang memaksa diri untuk bertindak sabar. ”Kalau saya selalu emosi,selalu bersedih, kurang percaya diri, merasa dikhianati, berarti terjerembab oleh sebuah keadaan.” gumamnya dalam hati. ”Padahal bukan sebuah kebetulan, bila kondisi itu memang sengaja diberikan sama Allah, supaya saya bisa belajar sabar....” jawabnya dalam hati. Iapun kemudian berujar, ”Karena kondisi ini, maka saya dipaksa belajar sabar, bila sabar telah tertoreh, maka pertolongan Allah akan datang, jadi kondisi itu hanyalah sebuah anak tangga menuju kesabaran.” Demikianlah, seberkas cahaya telah merasuk dalam dinding kalbunya, hingga saat adzan shubuh terdengar, kakinya ringan melangkah menuju masjid. Ketika pagi telah menjelang, iapun berjalan menuju kantor dengan raut wajah yang sedikit lebih terang, sorot matanyapun mulai berbinar tidak nampak jiwa kematian lagi disana. Langkahnyapun tidak terlihat gontai lagi , seolah langkah menuju ke tempat yang selama ini ia rindukan. Tangga Kesabaran…

Terang wajahnya, dan berbinar sorot matanya, bukan karena ia tidak akan menemui orang – orang yang tak mempedulikannya, namun karena ia yakin, bahwa Allah telah menganugerahi anak tangga menuju kesabaran, yang selama ini ia cita-citakan.
Wallahu a’lam.

Selasa, 22 September 2009

Rumah Impian

Pernahkah engkau berhenti sejenak dan bertanya pada dirimu sendiri: Apakah yang akan terjadi pada malam pertamamu di kuburan?






SUDAH SIAPKAH AKU MENGHADAPI MAUT? APAKAH AKU AKAN KE SORGA ATAU NERAKA?
Berapa sering kamu ingat mati?
BAYANGKAN KETIKA KAMU DIMANDIKAN dan DIPERSIAPKAN UNTUK MASUK KE KUBUR ….





INGAT!!!
WAKTU DIMANA ORANG MENGGOTONGMU KE KUBURAN.






DAN KELUARGAMU MENANGIS…..




.. ingat sa’at-sa’at kamu dibaringkan dalam kuburmu.





Bayangkan saja….bayangkan dirimu di tempat itu, dibawah sana dalam lubang yang gelap gulita…..





Sendiri….GELAP….. enkau menangis minta tolong, tapi tidak ada sahutan…. Tidak ada orang yang mendengar, atau menolong… SEMPIT …. Dan rusukmu terasa berderak dihimpit tanah timbunan...









engkau menyesali buruknya amal anda semasa hidup…
engkau menyesal telah melalaikan sholat anda…
engkau menyesal terlalu sering mendengar musik…
engkau meyesal telah bersikap kasar terhadap sesama mu, terutama kepada kedua ORANGTUA mu…
engkau menyesal tidak memakai JILBAB…
engkau menyesal mengabaikan perintah ALLAH…
engkau menyesal mengabaikan ilmu agama ISLAM…
Tidak ada tempat menghindar…kamu akan menerima hukuman atas dosa-dosa sekecil apapun.
Kamu SENDIRI dalam kubur mu bersama amal-amal mu… tak ada manfa’at HARTA, atau apapun… kecuali AMAL mu…





Ketika lubang ditimbun,
kamu ingin BERTERIAK dan memohon agar MEREKA mau tinggal menemanimu di kuburanmu








TAPI, suaramu tak terdengar… kamu dengar suara langkah menjauh…bersama suara tangisan semakin jauh….jauh ….jauh…. mereka pergi..


Kemudian Malaikat menghampirimu dengan siksa kuburnya




kamu pikir kamu hidup selamanya di dunia ini? kamu pikir teman dan keluarga kamu selamanya? Selamanya dengan senda gurau?
kamu salah !!





Bukankah ini rumahmu yang sebenarnya...




CONTOH RUMAH MASA DEPAN
…SENDIRI…





kamu tidak boleh mengabaikan hal ini, kamu harus tetap mengingatnya setiap hari, setiap jam, setiap menit, setiap kali anda menarik nafas.
HINDARI DOSA !!!
MUNGKINKAH INI NAFAS TERAKHIR ???




Teruskanlah pada keluarga & teman-temanmu!

Minggu, 20 September 2009

Doaku

Ya Allah,

bagi Mu segala puji,

Engkau penegak langit, bumi dan apa yang ada padanya.
Bagi-Mulah segala puji,

kepunyaan Engkaulah kerajaan langit, bumi, dan apa yang ada padanya.

Bagi-Mulah segala puji,

Engkaulah Pemberi cahaya langit dan bumi dan apa saja yang ada di dalamnya.
Bagi-Mulah segala puji,

Engkaulah Penguasa langit dan bumi.

Bagi-Mulah segala puji,

Engkaulah Yang Maha Benar,
janji-Mu itu benar,
bertemu dengan-Mu adalah benar,
firman-Mu adalah benar,
surga itu benar,
neraka itu benar,
para nabi itu benar,
Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam itu benar,
kiamat itu benar.

Ya Allah,

hanya kepada-Mulah saya berserah diri,
kepada-Mulah saya beriman,
kepada-Mu saya bertawakal.
Kepada-Mu saya kembali,
kepada-Mu saya mengadu, dan

kepada-Mu saya berhukum.

Maka, ampunilah dosaku yang telah lampau dan yang kemudian,
yang saya sembunyikan dan yang terang-terangan,
dan yang lebih Engkau ketahui daripada saya.

Engkaulah yang mendahulukan dan Engkaulah yang mengemudiankan, .
tidak ada tuhan melainkan Engkau,
atau tiada tuhan (bagiku) selain Engkau***."
Amin,,,,

Sebuah impian

Renungan Ayat:

وَاللَّهُ غَالِبٌ عَلَى أَمْرِهِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ

“Dan Allah berkuasa terhadap urusan-Nya, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahuinya.”
(QS. Yusuf: 21)


إِنَّ رَبَّكَ فَعَّالٌ لِمَا يُرِيدُ

“Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa yang Dia kehendaki.”
(QS. Huud: 107)

"…Dan adalah ketetapan Allah itu suatu ketetapan yang pasti berlaku."

[Al-Ahzab:38]

"Sampai waktu yang ditentukan, lalu Kami tentukan (bentuknya), maka Kami-lah sebaik-baik yang menentukan."

[Al-Mursalaat: 22-23]

Setiap manusia memiliki impian,seperti halnya aku.Kita membayangkan banyak hal, kita terus berpikir tentang apa yang kita inginkan, apa yang kita ingin kerjakan, apa yang membuat kita bangga dan bahagia dan apa jadinya kita kemudian.
Menikah,mencintai istri dan anak dalam suatu rumah tangga yang bahagia adalah sebuah pengharapan besar buatku.Mungkin bagi sebagian orang hal itu adalah mimpi yang sederhana,tapi mungkin juga tidak.Karena kita tidak pernah tau apa yang Allah takdirkan untuk kita.Karena itu aku juga menyadari bahwa ada harga yang harus dibayar untuk setiap mimpi yang hendak kita wujudkan.

Bagiku impian adalah setting goal kita dalam menjalankankan hidup. Namun kadangkala ketika kita merasa impian itu sulit dicapai,ada yang menghancurkan,atau apalah yg membuat impian itu tidak mampu di wujudkan,kita merasa lelah,putus asa bahkan mati untuk bermimpi kembali.

Tidak...,seorang muslim tidak boleh berputus asa. Tarbiyah mendidik kita untuk menjadi umat-Nya.Tarbiyah telah memanusiakan kita menjadi manusia tanpa boleh mengarahkan jiwa dan hati kita supaya jangan kecewa. Karena jiwa manusia terarah kepada fitrahnya. Fitrah yang telah ditakdirkan. Untuk semua manusia dan para nabi.

Sejauhmana dan sekuatmana tarbiyah pun yang kita lalui, kita tidak boleh menipu diri kita bahwa kita tidak kecewa apabila cita cita dan impian kita telah berakhir. Impian yang kesekian kalinya kita bina dan tumbuhkan dalam hati kita. Impian yang kita istiqarahkan dengan linangan airmata dan kesungguhan. Sujud yang lama penuh kepasrahan. Gambaran untuk membina seperti mahligai cinta roboh dalam impian itu. Anak anak kecilku yang pernah dibayangkan dalam mimpi itu hanya berupa titik titik embun yang akan kering.

Bulan itu tetap mengambang mencari pemuja yang baru. Pemuja yang sama berada dilangit.

Bukan salah siapa!

Cuma takdir mengambil tempat.

Aku teruji lagi. Aku terhukum mungkin! Dengan dosa dosa lalu. Atau Aku belum menjadi baik lagi untuk mendapat yang terbaik.

Hidup harus diteruskan.

Terlalu keras perjalanan hidup ini. Hingga hati ku terkadang tak mampu lagi menampung beban ujian. Saat kita melangkahkan kaki, merasa tak kuat dan bingung diatas ujian ini sebenarnya bukanlah satu kelemahan yang patut kita sesali. Sebab memang manusia diciptakan begitu. Dalam keadaan serba lemah. Namun dibalik itu Allah telah berjanji kepada kita Dia tidak akan menimpakan sesuatu itu kecuali yang mampu kita hadapi.

Itulah hidup.

Memang tingkat cobaan itu tidak halnya seperti anak tangga yang bertingkat tingkat. Tiap satu anak tangga yang kita naiki, datang dari bawah satu pukulan hebat mengenai tubuh kita yang mendaki. Kalau tangan kita bergantung, kalau kaki kita kuat berpijak, kalau akal fikiran kita tetap waspada, pukulan itu akan dapat mendorong menaikan kita keanak tangga yang lebih tinggi.

Tapi …kalau tangan kita lemah dan kaki kita tidak kuat, akal kita hilang, fikiran kita kusut maka pukulan itu akan dapat menjatuhkan kita dan merobohkan kita.

Itulah rutin kehidupan manusia. Perlu menghadapi segala segala cobaan dengan penuh sabar dan kekuatan.

Adakala ujian dari luar yang maha hebat dapat dihadapinya tapi ujian hati dan jiwanya dia bagaikan terpana dan jatuh membungkam kebumi.

Wahai diri ku. Jangan kamu menangis. Jangan kamu bersedih. La tahzan. Allah tahu apa yang kamu dambakan. Apa yang kamu cari. Memang kamu ingin teman diperjalanan yang sulit ini. Untuk kamu bersama. Untuk mengadu. Untuk membina kekuatan. Namun itulah perjanjian kamu dengan Allah!

Apa yang kamu inginkan belum tentu di kehendaki oleh Allah. Apa yang tidak kamu inginkan itulah yang Allah beri supaya kamu sentiasa ridha akan ketentuanNya. Kamu Pasrah dan kamu sucikan diri mu. Anggaplah ujian ini adalah kafarah dosa dosamu waktu kamu jahilliyah dahulu. Sebenarnya memang kamu tidak tahu. Allah Maha Tahu.

Menerima ketentuan adalah jalan terbaik, agar perasaan cepat tersadar dan membuat sesuatu yang baru dalam hidup ini. Karena aku tahu sebagai manusia dan insan lemah ini aku harus memperbaharui hidup ku tiap saat dan lebih lebih lagi apabila digegar oleh perasaan ini, agar aku bisa terus hidup dengan penuh energi dan kekuatan memaut ranting ranting pautan ku yang sentiasa patah!

Memang aku tidak boleh meratap karena telah aku pelajari bahwa menjadi manusia,harus kuat sekuat kuatnya setelah dibakar dan dimantapkan dengan berbagai tarbiyah supaya jiwa tidak rapuh.

Sekali pun impian ini telah berakhir namun kerlipan harapan yang dijanjikan padanya akan juga dinantikannya, karena hati ini tidak boleh putus asa. Apa lagi putus dari rahmat Allah yang menciptakannya.

Dan kiranya impian itu ingin berakhir biarlah cahaya itu padam dan kelam seluruhnya.

Rabu, 16 September 2009

Menyendiri

Banyak teman-teman yang menanyakan dan memprotes secara keras kenapa saya tidak seperti yang dulu, sekarang saya sulit ditemui, jarang bergaul, mereka bertanya apakah sulitnya sedikit menyelaraskan dengan masyarakat, mereka selalu mengundang pesta2, pertemuan2,acara bersama dan saya bagai hilang ditelan bumi katanya. Hehehe, masa sih, padahal saya sekarang sibuk dirumah aja, full time alone bahasa kerennya, merenung,berintropeksi diri dari semua kekhilafan.. apapun itu, alasan saya simple aja… people change, n I already change rite now, 4 being a better person insyaAllah… bertobat singkat katanya...
Apa karena mendapat musibah?
Rahasia donk...hehehe

MENYENDIRI berarti jauh dari tempat orang2 riya yang akan menghancurkan amal perbuatan. Orang yang duduk sendirian tidak mungkin mendapati orang lain yg mendorongnya untuk berbuat riya. Karena orang yg sering berinteraksi dengan orang lain cenderung jiwanya mengajak agar menampakkan sikap yg dibuat2 dan memperlihatkan kehebatannya. Sesungguhnya diantara tabiat manusia itu adalah gemar memperlihatkan kebaikan2nya dan menutupi keburukannya, dan pura2 merasa cukup dengan apa yang tidak dimilikinya seperti orang yg memakai pakaian dusta. Yang saya khawatirkan malah takut saya terpedaya dengan nasehat2 yang salah dari mereka.

MENYENDIRI membuat saya merasa selamat dari hasutan nafsu setan,kemaksiatan dan dusta, sesungguhnya nafsu itu menyuruh kepada keburukan, nauzubilaminzalik

MENYENDIRI, membuat saya aman dari ancaman n terror yang dibawa oleh orang2 yg sesat, yang gemar terhadap isu, suka menyebarkan berita yg meresahkan, menyebarkan aib orang, bila saya sendirian, maka saya merasa terhindar dari bahaya membicarakan dan mendengar kejelekan2 orang.

Dalam MENYENDIRI saya selamat dari bualan orang2 yg menyombongkan diri, berpaling dari orang2 yg berlaku kasar, dalam kesendirian saya akan selamat dari pandangan mata orang2 yg dengki,yang membawa kepada kemaksiatan dan pengawasan orang2 yg suka membuat tipudaya, sesungguhnya pada sorot mata itu ada tembakan yg mematikan,panah nikmat dunia yg melukai. Siapa yg menyediakan diri terhadap pandangan mata dalam kesesatan maka dia akan menjadi sasaran korban api neraka. berapa banyak orang yg iri yg memenuhi hatinya dengan ketamakan yg menyelimuti ruhnya dengan keserakahannya memangsa kita dgn kedengkiannya terhadap kita.MasyaAllah...

Dalam MENYENDIRI berarti berintropeksi diri, mengingat dosa, memikirkan aib diri sendiri bukan aib orang lain, dengan menyendiri maka saya merasa lebih tampak berbagai kesalahan saya,bukan melihat kesalahan2 orang lain. Dalam MENYENDIRI berarti malepaskan beberapa hak dalam jiwa dan beberapa kewajiban dari diri.Menyadari ketika mendapat musibah bahwa itu merupakan kelalaian kita kepada sang Rabb. Anugrah dan musibah semua dari Allah.

Dalam menyendiri jiwa naik meniti tangga peribadatan, berfikir yg bermanfaat, menulis buku, menulis blog2 sebagai pencerahan dan inspirasi orang2, bisa membuat penjelasan terhadap beberapa masalah, memberi komentar dan menggali ilmu2 yg belum dipahami, menganalisa yg masih samar dan mengambil hikmah dan pelajaran sebanyak2nya,dalam menyendiri saya bisa berzikir, intropeksi,pasrah,taubat, menyesali kekhilafan,bermurah hati terhadap nikmat,memaafkan sesama, bersyukur terhadap anugerah dan menghindari maksiat.

Dalam KESENDIRIAN saya sedikit bisa menghimpun niat dan keikhlasan saya, mengecam jiwa terhadap apa yg pernah saya lakukan, memberi pelajaran2 terhadap apa yg pernah saya kerjakan, serta bisa menambah ibadah dan taubat,

Dalam KESENDIRIAN saya bisa lebih fokus dan perhatian terhadap pekerjaan,keluarga , malaksanakan kewajiban kepada kedua orgtua, memantau keadaan mereka, mengawasi mereka, menjaga mereka, lebih berusaha melayani mereka dengan sepenuh hati dan tenaga, mencukupi mereka dan membimbing mereka, semua ini adalah usaha agar bisa lebih dicintai, dihargai dan memberi makna dalam setiap keberadaan saya.

Dalam KESENDIRIAN saya menemukan keselamatan dari berbagai fitnah, berbagai kejadian tragis yg dipicu oleh kebodohan orang yg bodoh, kecerobohan orang yg tolol,keminiman akal orang yg belum matang jiwanya, kelemahan perilaku orang yg lalai dan barangkali bisa sampai pada sakit hati, perbedaan pendapat, lenyapnya harga diri,keputus asaan dan perubahan keadaan.

Dalam MENYENDIRI saya berada dalam keamanan dan ketentraman, ini adalah perbuatan banyak sahabat2 rasul saat terjadi berbagai fitnah, mereka menutup pintu2 rumah mereka, berdiam diri dirumah untuk melindungi diri, bahkan diantara mereka ada yg melarikan diri ke padang sahara, keluar menuju daerah pedalaman agar selamat dari rumor2 kalangan awam, goncangan2 para pecundang yg senang membuka aib dan memfitnah.

Dalam KESENDIRIAN berarti saya lebih mampu untuk menutupi aib orang2 yang melukai saya, sebab tidak semua yg saya ketahui itu harus saya sampaikan meski pada orang saya anggap percaya dan mungkin akan sulit mendiamkan perasaan untuk mengutarakan beban.

Dalam MENYENDIRI akan terbebas dari membebani orang lain dalam penampilan, berhiasdiri bagi mereka,protektif pada mereka, pembicaraan dan mengoreksi keadaan mereka, dan berdiam diri dari mereka meskipun mereka melakukan perbuatan yg tidak terpuji atau dholim pada saya.

Tuuuhh, banyak kan manfaatnya….
Yaa maksud saya menyendiri bukan mengisolasikan diri… maksudnya ialah mengurangi bergaul yg berlebihan.

Banyak yang bilang pada saya,bahwa dalam keadaan hati gundah tidak baik menyendiri, lebih banyak memikirkan keadaan daripada tafakurnya.Dan karena itu pun saya akhirnya posting 'obat patah hati' di halaman "patah hati" yang saya rangkum dari beberapa pendapat dimana ketika mendapat musibah,entah itu patah hati or sbagainya justru jangan banyak menyendiri(karena setan mampu menggoda manusia dengan pikiran2 yang menyesatkan). Namun untuk saya pribadi malah saya merasa nyaman dengan menyendiri dalam rangka mendekatkan diri sama Allah.

Intinya,kembali lagi ke gimana orangnya juga.
Mungkin jika apa yang saya lakukan menjadi inspirasi buat pembaca maka saran saya,pilihlah yang terbaik...yang menjauhkan diri dari kesesatan kepada Allah. Jika menyendiri justru membuat anda merasa tidak nyaman dan mudah terpedaya setan, maka ulangi baca blog saya dalam postingan yg berjudul "patah hati". Namun jika menyendiri justru membuat anda lebih dekat dalam zikrullah,berkhalwat namun berduaan dengan Allah,ya semoga itu jalan terbaik buat anda.
Saya melakukan dua-duanya,dan buat saya ternyata inilah yang membuat saya merasa nyaman.

Setiap orang punya hak memilih yg terbaik dlm hidupnya..yang penting,prioritaskan hablumminallah.

Kalau buat saya sendiri,sekarang menganggap semua musibah yang saya terima adalah teguran dari sang khaliq agar kembali dekat pada-Nya.
Semoga Allah menerima taubat saya.
amin

TENTANG CINTA DAN TAUBAT

Renungan Ayat:

"Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang
semurni-murninya".

(QS At-Tahrim : 8)


CINTA


Kehidupan ini rasanya tak pernah dapat dilepaskan dari apa yang dinamakan 'cinta'. Dengannya menjadi semarak dan indah dunia ini. Lihat saja, bagaimana seorang bapak begitu bersemangat dalam beraktivitas mencari nafkah, tak lain karena dorongan cintanya terhadap anak dan isterinya. Seorang yang lain pun begitu semangatnya menumpuk harta kekayaan, karena sebuah dorongan cinta terhadap harta benda, demikian pula mereka yang cinta kepada kedudukan, akan begitu semangat meraih cintanya. Itu semua adalah beberapa contoh dari berjuta cinta yang ada. Meskipun kesan yang banyak dipahami orang tentang cinta, identik dengan apa yang terjadi antara seorang pemudi dan pemuda. Padahal cinta tak hanya sebatas itu saja. Ternyata masalah cinta memang tidak sederhana. Ada cinta yang bernilai agung lagi utama, namun ada pula cinta yang haram dan tercela. Cinta sendiri kalau dilihat menurut islam, maka dapat dikategorikan menjadi tiga bentuk. Kita semestinya tahu tentang model cinta tersebut untuk kemudian mampu memilih mana cinta yang mesti kita lekatkan di hati, mana pula cinta yang mesti kita tinggalkan sejauh-jauhnya.

Cinta kepada Allah
Cinta model ini adalah cinta yang paling utama. Bahkan kata ulama kita, cinta kepada Allah adalah pokok dari iman dan tauhid seorang hamba. Karena memang Allah sajalah satu-satunya dzat yang patut diberikan rasa cinta.Segala cinta, kalau kita buat peringkat maka nyatalah bahwa cinta kepada Allah adalah puncaknya. Ia adalah yang tertinggi, paling agung dan paling bermanfaat. Begitu bermanfaat cinta kepada Allah ini, sehingga tangga-tangga menuju kepadanya pun merupakan hal-hal yang bermanfaat pula. Diantaranya berupa taubat, sabar dan zuhud. Apabila cinta diibaratkan sebuah pohon maka ia pun akan menghasilkan buah-buah yang bermanfaat seperti rasa rindu dan ridha kepada Allah.

Mengapa kita mesti cinta kepada Allah ? banyak sekali alasannnya. Diantaranya adalah karena Allah lah yang memberikan nikmat kepada kita, bahkan segala nikmat. Sedangkan hati seorang hamba tercipta untuk mencinta orang yang memberikan kebaikan kepadanya. Kalau demikian, sungguh sangat pantas apabila seorang hamba cinta kepada Allah, karena Dialah yang memberikan semua kebaikan kepada hamba.

"Dan apa-apa nikmat yang ada pada kalian , maka itu semua dari Allah"
(QS Al Baqarah : 165)

Seorang hamba di setiap pagi dan petang, siang dan malam selalu berdoa, memohon dan meminta pertolongan kepada Allah. Dari doa tersebut kemudian Allah memberikan jawaban, menghindarkan hamba dari bahaya, memenuhi kebutuhan hamba tadi. Keterikatan ini mendorong hati untuk mencinta kepada dzat tempat ia bermohon. Setiap insan pun tak lepas dari dosa dan kesalahan, maka Allah selalu membuka pintu taubat kepada hamba tadi, bahkan Allah tetap memberikan rahmah meski hamba kadang tidak menyayangi dirinya sendiri. Kebaikan-kebaikan yang dibuat hamba, tak ada sesuatu pun yang mampu diharap untuk memberi balasan dan pahala kecuali Allah semata.Terlebih lagi, Allah telah menciptakan hamba, dari sesuatu yang tak ada menjadi ada. Tumbuh, berkembang dengan rizki dari Allah Ta'ala. Maka ini menjadi alasan kenapa hamba semestinya cinta kepada Allah. Cinta memang menuntut bukti. Tak hanya sekedar ucapan, seperti pepatah orang arab 'semua orang mengaku punya hubungan cinta dengan Laila namun si Laila tak pernah mengakuinya'. Dan wujud cinta ilahi dibuktikan dengan :

"Katakanlah apabila kalian cinta kepada Allah maka ikutilah aku (Rasulullah) maka Allah akan mencintai kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian"
(QS Ali Imran : 31)

Mengikuti sunah nabi dan juga berjihad di jalan Allah Ta'ala.


Cinta karena Allah / cinta di jalan Allah
Cinta karena Allah tentu saja mengikuti cinta yang pertama. Seperti dalam kehidupan, ketika kita cinta kepada seseorang maka apa yang dicintai oleh orang yang kita cinta pun kita sukai pula. Cinta karena Allah adalah cinta kepada 'person' yang dicinta Allah seperti para nabi, rasul para sahabat nabi dan orang-orang shalih. Cinta karena Allah jua berujud cinta kepada perbuatan shalih seperti shalat, puasa zakat, berbakti kepada orang tua, memuliakan tetangga, berakhlaq mulia, menuntut ilmu syar'i dan segala perbuatan baik yang lain. Dengan demikian, ketika seorang muslim mencinta seseorang atau perbuatan maka ia punya sebuah barometer "apakah hadir pada perbuatan maupun orang tadi hal yang dicinta Allah". Bagaimana kita tahu kalau suatu perbuatan dicinta Allah? Jawabnya adalah, apabila Allah perintahkan atau diperintahkan Rasulullah berupa hal yang wajib maupun yang sunnah(mustahab).
Cinta yang disyariatkan diantaranya adalah cinta kepada saudara seiman .

"Tidak beriman salah seorang diantara kalian sampai mencintai saudaranya sesama muslim sebagaimana mencintai dirinya sendiri"

(HR Bukhari dan Muslim) .

Cinta ini bermanfaat bagi pelakunya sehingga mereka layak mendapatkan perlindungan Allah di hari tiada perlindungan kecuali perlindungan Allah saja.


Cinta bersama Allah .
Kecintaan ketiga ini adalah cinta yang terlarang. Cinta bersama Allah berarti mencintai sesuatu selain Allah bersama kecintaan kepada Allah. Membagi cinta, adalah model cinta yang ketiga ini. Kecintaan ini hanyalah milik orang-orang musyrik yang mencintai sesembahan-sesembahan mereka bersama cinta kepada Allah. Seperti firman Allah:

"Dan diantara manusia ada yang menjadikan selain Allah sebagai tandingan-tandingan, yang mereka mencintai tandingan tadi sebagaimana mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat besar cinta mereka kepada Allah "
(QS Al Baqarah : 165)

Kecintaan ini bisa ditujukan kepada pohon, berhala, bintang, matahari, patung , malaikat, rasul dan para wali apabila kesemuanya dijadikan sesembahan selain Allah. Terus bagaimana cinta kita kepada anak, harta, pakaian, nikah dan kepada hal yang berhubungan dunia ? Cinta yang seperti ini adalah cinta yang disebut sebagai "cinta thabi'i" cinta yang sesuai dengan tabiat artinya wajar-wajar saja. Apabila mengikuti kecintaan kepada Allah, mendorong kepada ketaatan maka ia bermuatan ibadah. Sebaliknya bila mendorong kepada kemaksiatan maka ia adalah cinta yang tercela dan terlarang.

TAUBAT

"Dan bertaubatlah kalian semua kepada Allah, hai orang-orang yang beriman
supaya kamu beruntung."

(QS An-Nur : 31 )

"Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang
semurni-murninya".

(QS At-Tahrim : 8)

"Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat, beriman, beramal shalih, kemudian tetap di jalan yang benar".
(QS Thaha : 82)

Oleh karena itu barang siapa melakukan suatu maksiat, haruslah ia segera bertaubat , menyesali perbuatannya, mawas diri dan bertekad untuk tidak mengulangi perbuatan tersebut karena mengagungkan Allah Ta'ala dan ikhlas karena-Nya serta takut kepada siksa-Nya dan Allah akan mengampuni orang-orang yang bertaubat. Maka barangsiapa bersungguh-sungguh menghadap kepada Allah 'Azza wa Jalla, menyesali atas apa yang telah dilakukan, dan bertekad kuat untuk tidak kembali pada perbuatan tersebut serta meninggalkan maksiat karena mengagungkan Allah dan karena takut kepada -Nya maka Allah akan memberikan taubat kepadanya dan mengampuni dosa-dosanya yang lalu dengan karunia dan kebaikan-Nya, akan tetapi jika maksiat tersebut berkenaan dengan orang lain maka taubatnya itu harus diikuti dengan mengembalikan hak orang tersebut atau minta kerelaan orang yang didholiminya untuk membebaskannya dari mengembalikan hak tersebut atau memaafkannya, dengan mengatakan kepada orang tersebut : "maafkan saya dengan ikhlas", atau "bebaskan saya dari hak kamu" dll. atau dengan mengembalikan haknya kepadanya berdasarkan hadits yang telah saudara sebutkan dalam pertanyaan :

"Barang siapa melakukan aniaya terhadap saudaranya, maka hendaklah ia minta dihalalkan sekarang sebelum terjadi hari tidak berlakunya dinar atau dirham( hari pembalasan ), maka jika orang yang aniaya itu mempunyai amal shalih, maka akan diambil dari kebaikannya itu sebanyak aniayanya terhadap saudaranya dan jika ia tidak mempunyai kebaikan, maka akan diambil kejahatan saudaranya yang dianiaya kemudian dibebani kepadanya"
(HR.Bukhari)

Oleh karena itu wajib bagi setiap mu'min untuk selalu berusaha agar terbebas dan selamat dari hak saudaranya, dengan mengembalikan hak tersebut atau minta untuk dihalalkan, jika hak tersebut berupa kehormatan, maka hendaklah ia minta dihalalkan jika bisa, jika tidak bisa atau takut menimbulkan hal yang lebih berbahaya misalkan jika ia memberitahukan(bahwa dia telah menceritakan aibnya) dia akan membunuhnya atau lainnya, maka cukuplah ia minta ampunan kepada Allah untuk saudaranya itu dan mendo'akannya serta menceritakan kebaikannya yang diketahuinya sebagai ganti dari apa yang telah dia ceritakan tentang aibnya di tempat-tempat ia menceritakan aibnya itu. Wallahu a'lam.
Pintu taubat senantiasa terbuka sampai terbitnya matahari dari barat, maka bagi setiap kafir dan orang yang bermaksiat untuk bertaubat kepada Allah dengan taubat nasuha. Taubat yang demikian dilakukan dengan menyesali perbuatan maksiat yang sebelumnya dan meninggalkan perbuatan tersebut, dan meninggalkannya karena takut dan mengagungkan Allah. Serta berazam(berjanji dengan sungguh-sungguh) untuk tidak mengulangi lagi. barangsiapa yang bertaubat dengan taubat yang demikian maka Allah akan mengurangi dosanya yang lalu seperti firman Allah ta'ala

"Dan bertaubatlah kepada Allah wahai orang-orang yang beriman agar kalian beruntung." (QS An Nur : 31)

"Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi siapa yang bertaubat dan beramal shalih kemudian tetap di jalan yang benar."
(QS Thoha : 82)

Dan Nabi bersabda :
"Islam menghancurkan apa-apa yang ada sebelumnya, dan taubat menghancurkan apa-apa yang sebelumnya"
Dan dari kesempurnaan taubat yang berkaitan dengan hak muslim yang lain adalah mengembalikan hak orang yang didhalimi, atau meminta dihalalkan dari orang yang didhalimi, sebagaimana sabda nabi :

"Barangsiapa yang pernah berlaku dhalim terhadap saudaranya maka hendaknya ia minta dihalalkan sekarang, sebelum datangnya hari yang tidak berlaku dinar dan dirham, jika ada padanya amalan shalih maka diambil amalan kebaikannya sesuai kedhaliman yang ia lakukan, apabila tidak ada amalan kebaikan padanya, maka akan diambil kejelekan saudaranya dan diberikan padanya.
(HR Bukhari)

Di antara pertanyaan penting yang menuntut untuk dijawab dan dijelaskan hukumnya di sini adalah : apakah taubat dari suatu dosa sah, jika sambil tetap melakukan dosa yang lain?

Dalam hal ini ada dua pendapat ulama, dan keduanya adalah dua riwayat dari Imam Ahmad. Orang yang mengatakan di situ ada ijma’, tidak mengetahui ikhtilaf pendapat yang terjadi, seperti an-Nawawi yang berpendapat lain dan ulama lainnya.

Abu Thalib al Makki dalam kitabnya “Qutul Qulub” meriwayatkan pendapat berikut ini dari beberapa ulama:
"orang yang telah taubat dari sembilan puluh sembilan dosa, namun ia tidak bertaubat dari satu dosa, maka ia menurut kami bukan kelompok orang yang bertaubat”
[Qutul Qulub: 1/191]

Agar taubat seseorang itu diterima, maka dia harus memenuhi tiga hal yaitu:

(1) Menyesal, (2) Berhenti dari dosa, dan (3) Bertekad untuk tidak mengulanginya.

Taubat tidaklah ada tanpa didahului oleh penyesalan terhadap dosa yang dikerjakan. Barang siapa yang tidak menyesal maka menunjukkan bahwa ia senang dengan perbuatan tersebut dan menjadi indikasi bahwa ia akan terus menerus melakukannya. Akankah kita percaya bahwa seseorang itu bertaubat sementara dia dengan ridho masih terus melakukan perbuatan dosa tersebut? Hendaklah ia membangun tekad yang kuat di atas keikhlasan, kesungguhan niat serta tidak main-main. Bahkan ada sebagian ulama yang menambahkan syarat yang keempat, yaitu tidak mengulangi perbuatan dosa tersebut. sehingga kapan saja seseorang mengulangi perbuatan dosanya, jelaslah bahwa taubatnya tidak benar.

Apa hukum memastikan seseorang itu akan masuk surga atau neraka ?
(Oleh : Syaikh Al Munajid)
Kaidah dalam Manhaj Ahlus Sunnah Wal Jama'ah bahwa kesaksian bahwa seseorang itu akan masuk surga atau nereka merupakan perkara akidah, yang harus didasarkan kepada dalil-dalil kitab maupun sunnah, tidak boleh hanya berdasarkan akal saja. Apabila syara' -yaitu Al-Kitab dan As Sunah- telah memastikan masuknya seseorang ke dalam surga atau neraka, maka kita wajib memastikannya pula. Karena itu kita berharap agar perbuatan baik akan mendapatkan surga, dan mengkhawatirkan perbuatan jahat akan mendapat neraka. Dan hanya Allah lah yang tahu akhir segala sesuatu. Persaksian tentang masuknya seseorang ke dalam surga atau neraka terbagi menjadi dua :

PERTAMA: Persaksian secara umum. Persaksian ini berhubungan dengan kriteria tertentu, seperti mengucapkan, "Barangsiapa berbuat syirik besar, maka ia telah kafir dan telah keluar dari agama, dan akan masuk neraka." Seperti pula ucapan, "Barangsiapa berpuasa pada bulan Ramadhan dengan keimanan dan pengharapan pahalanya, niscaya akan diampuni baginya dosa-dosanya yang telah lampau. " "Haji mabrur tidak ada pahala lain kecuali surga." Demikian seterusnya, dan hal-hal semacam ini banyak kita dapati di dalam Al-Qur'an maupun Al-Hadits.

Apabila ditanya: "Apakah orang yang berdoa kepada selain Allah dan memohon pertolongan kepadanya, dia akan masuk surga atau neraka ? Maka kita jawab, "Dia telah kafir dan akan masuk neraka, jika telah jelas buklti-bukti bahwa ia melakukannya, dan meninggal dalam keadaan masih demikian."

Jika ditanya, "Bila seseorang melaksanakan haji, tidak berbuat kekejian, tidak mengucapkan ucapan-ucapan yang kotor, kemudian ia meninggal setelah haji, kemana ia akan dimasukkan ?" Jawabnya, "Ia akan masuk surga."

Atau persaksian seperti "Barangsiapa yang akhir ucapannya adalah kalimat tauhid (laa ilaaha illallaaah) maka ia akan masuk surga." Demikian seterusnya. Persaksian jenis ini bukan untuk perseorangan, tapi untuk kriteria.

KEDUA: Persaksian untuk orang tertentu atau perseorangan. Memastikan orang tertentu atau nama seseorang bahwa ia akan masuk surga atau neraka, hukumnya tidak boleh, kecuali bagi orang yang telah diberitahu oleh Allah ta'ala, atau rasulnya, bahwasanya seseorang tertentu itu masuk surga atau neraka.

Barangsiapa Allah dan Rasul-Nya telah bersaksi bahwa ia merupakan ahli surga, maka ia betul-betul merupakan ahli surga, seperti sepuluh orang yang diberi kabar gembira akan masuk surga (Al-Asyratul Mubasysyaruna bil Jannah), yang utamanya adalah empat khulafur rasyidin, yaitu Abu BakarAsh Shiddiq, Umar bin Khaththab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib radhiallahu anhum.

Barangsiapa yang syara' telah bersaksi tentang masuknya ia dalam neraka, maka ia merupakan ahli neraka, seperti Abu Lahab dan istrinya, Abu Thalib, Amr bin Luhay dan sebagainya. Kita memohon kepada Allah ta'ala agar menjadikan kita sebagai ahli surga.
Yang Mengeluarkan Seseorang Dari Islam
Allah telah mewajibkan bagi seluruh hambanya untuk masuk ke dalam Islam dan berpegang teguh dengan ajaran-Nya dan menjauhi segala sesuatu yang menyimpang darinya. Ia juga telah mengutus Muhammad untuk berdakwah terhadap hal tersebut, dan juga telah mengabarkan bahwa barang siapa yang mengikutinya maka dia telah mendapatkan hidayah, namun barang siapa yang menolak dakwahnya maka ia telah tersesat. Dan Allah telah memperingatkan dalam banyak ayat-ayat Al-qur'an tentang hal-hal yang menyebabkan segala jenis kesyirikan, kemurtadan dan kekafiran.

Para ulama telah menerangkan dan membahas hukum seorang muslim yang murtad dari agamanya dapat disebabkan oleh berbagai macam sebab yang membatalkan keislamannya, yang menyebabkan darah dan hartanya menjadi halal dan Ia dinyatakan keluar dari Islam. Namun yang lebih berbahaya dan sering terjadi adalah 10 hal yang dapat membatalkan keislaman yang disebutkan oleh Syeik Muhammad Bin Abdul Wahab serta ulama lainnya. Dan saya akan menjelaskan secara singkat akan hal ini, agar kita berhati-hati dan mengingatkan orang lain dengn harapan agar kita selamat dari hal-hal tersebut.

Syirik dalam beribadah kepada Allah. Firman Allah,

"sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa selain dari syirik itu bagi siapa yang di kehendaki-Nya."

(an Nisa': 116).

"Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan padanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang dzalim itu seseorang penolongpun."
(Al Maidah: 72).

Termasuk dalam poin ini adalah berdo'a kepada orang yang sudah mati dan minta bantuan kepada mereka atau bernadzar dan berkurban untuk mereka.

Menjadikan sesuatu sebagai perantara dengan Allah dimana seseorang berdo'a dan meminta syafaat serta bertawakal kepada sesuatu tersebut, orang yang berbuat hal seperti ini telah kafir secara ijma'.
Siapa yang tidak mengafirkan orang-orang musrik atau meragukan kekafiran mereka atau membenarkan ajaran mereka. Maka orang yang berkeyakinan seperti ini juga telah kafir.
Siapa yang meyakini bahwa petunjuk selain Rasulullah saw lebih sempurna dari petunjuk beliau, atau meyakini bahwa hukum selain hukum beliau lebih baik dari selain hukumnya, seperti orang-orang yang lebih mengutamakan hukum thagut dari hukum Allah, maka orang yang berkeyakinan seperti ini juga telah kafir.
Siapa yang membenci sebagian dari ajaran Rasulullah, meskipun ia tetap mengamalkannya, maka ia telah kafir. Berdasarkan firman Allah,
"Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka benci kepada apa yang diturunkan Allah (Al Qur'an) lalu Allah menghapuskan (pahala-pahala) amal-amal mereka."

Siapa yang memperolok-olok salah satu ajaran yang dibawa oleh Rasulullah saw. Atau memperolok-olok pahala dan siksaan yang diperoleh maka ia juga kafir. Dan dalil yang menunjukkan hal tersebut adalah firman Allah,

"Katakanlah wahai (Muhammad), 'Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kalian selalu berolok-olok?' tidak usah kalian minta ma'af, karena kalian kafir sesudah beriman."
(At Taubah: 65-66)

Perbuatan sihir dengan segala bentuknya. Maka barang siapa yang melakukan perbuatan ini dan meridhainya, maka ia telah kafir. Sebagaimana firman Allah,

"Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syetan-syetan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya syetan-syetan itulah yang kafir (mengerjakan syihir). Mereka mengajarkan syihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum mengatakan, 'Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kalian kafir'. Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan istrinya. Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudlarat dengan sihirnya kepada seorangpun kecuali dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu yang memberi mudlarat kepadanya dan tidak memberi manfaat. Demi, sesungguhnyaa mereka telah meyakini bahwa barangsiapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah keuntungan baginya diakhirat dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui."
(Al Baqoroh: 102)

Mendukung dan membantu orang-orang musrik untuk mencelakakan kaum muslimin. Hal ini dilandasi oleh firman Allah,

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mengambil orang-orang yahudi dan nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (kalian), sebagian mereka adalah pemimpin bagi sebagian yang lain. Barang siapa diantara kalian mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zhalim."
(Al Maidah: 51)

Orang yang meyakini bahwa ada golongan manusia tertentu yang dibolehkan keluar dari syari'ah Muhammad. Maka orang yang meyakini hal ini telah kafir, berdasarkan firman Allah,

"Di antara ahli kitab ada orang yang jika kalian mempercayakan kepadanya harta yang banyak, dikembalikannya kepada kalian dan diantara mereka ada orang yang jika kalian mempercayakan kepadanya satu dinar, tidak dikembalikannya kepada kalian, kecuali jika kalian selalu menagihnya. Yang demikian itu lantaran mereka mengatakan, 'tidak ada dosa bagi kami terhadap orang-orang ummi.' Mereka berkata dusta terhadap Allah, padahal mereka mengetahui."
(Al Imran: 75)

Berpaling dari agama Allah dengan wujud tidak mempelajarinya dan tidak mengamalkannya. Didasarkan pada firman Allah,

"Dan siapakah yang lebih zhalim dari pada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat tuhan-Nya, kemudian ia berpaling daripadanya? Sesungguhnya kami akan memberikan pembalasan kepada orang-orang yang berdosa."
(As Sajdah: 32).

Dan tidak ada perbedaan antara pelaku-pelaku sepuluh hal tersebut diatas, baik ia dalam keadaan main-main, bersungguh-sungguh, atau karena takut ketika melakukannya -kecuali orang yang dipaksa untuk melakukannya-. Semuanya adalah bahaya yang sangat besar dan sangat sering terjadi. Maka hendaknya setiap muslim dapat menghindarinya dan selalu menghawatirkan dirinya dari hal-hal tersebut. Kita kemudian berlindung kepada Allah dari segala sesuatu yang dapat mendatangkan kemurkaan dan adzabnya yang sangat pedih. Sholawat dan salam semoga selalu terlimpah atas manusia terbaik, Muhammad serta atas para kerabat dan sahabatnya.

Ya Allah,semoga taubat kami adalah taubat yang diterima Allah...amin
wassalam

Followers

 

Copyright © 2009 by Nursamsi

Terkadang orang yang paling kita cintai adalah orang yang paling menyakiti hati kita,karena itu berikanlah cinta sejati kita hanya kepada Allah SWT.Karena Dia-lah yang Maha Mencintai ummat-Nya.Forever!