Ini hanya untuk diriku sendiri.
Tapi jika anda kebetulan membacanya, semoga Allah memberikan kebaikan bagi seseorang yang mendengar perkataanku, lalu mengamalkannya, menghafal dan menyampaikannya. Karena bisa jadi orang yang membawa pengetahuan tidak lebih faham dari orang yang disampaikan.

Senin, 18 Januari 2010

Mencari harta dengan halal

Renungan Ayat:

Hari ini, telah nyata di depan mata kita apa yang dikhawatirkan oleh Rasulullah SAW dalam salah satu sabdanya: “ Akan tiba suatu zaman dimana orang tidak peduli lagi terhadap harta yang diperoleh, apakah ia halal atau haram”

(HR. Bukhori).




Betapa banyak manusia pada hari ini sudah tidak memperdulikan lagi apakah harta yang dia makan bersama anak dan isterinya halal ataukah haram. Kerakusan manusia akan harta telah membuat masalah halal atau haram menjadi terabaikan, maka tak elak cara-cara kotor dalam mencari harta pun menjadi kebiasaan yang kian membudaya di kalangan masyarakat.

Bahkan kalau kita lihat pemberitaan yang lagi hangat di media-media saat ini, betapa banyak kasus-kasus korupsi, suap, penipuan, pemerasan, pungutan liar, mark-up anggaran dan praktik-praktik ekonomi kotor lainnya kerap kita temui di berbagai sektor ekonomi, mulai dari instansi pemerintah, korporasi, bahkan merambah sektor yang terkecil di masyarakat kita, yakni sebuah keluarga.

Dalam Surat Al-Baqoroh ayat 168, Allah SWT telah memanggil semua manusia untuk tidak makan kecuali yang halal.

يَاأَيُّهاَ النَّاسُ كُلُوا مِمَّا فِي اْلأَرْضِ حَلاَلاً طَيِّبًا وَلاَ تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ

Hai manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaithan; karena sesungguhnya syaithan adalah musuh yang nyata bagimu. (QS. 2:168)

Ibnu Katsir berkata tentang ayat diatas: “setelah Allah menjelaskan tentang tidak ada Tuhan selain Allah yang maha pemberi rezeki kepada seluruh makhluk_Nya. Dia kemudian memberitahu akan izin-Nya terhadap segala sesuatu (sumber daya) yang ada dibumi untuk dimakan dengan syarat halal, selama tidak membahayakan akal dan badan.”


Pada saat ayat ini dibacakan oleh Rasulullah SAW, Said bin Abi Waqas meminta didoakan oleh Rasul agar menjadi orang yang mustajab (dalam berdo’a). Rasul berkata: Wahai Saad, makanlah makanan yang halal dan baik, niscaya do’amu akan mustajab. Demi jiwaku yang berada ditangan-Nya, seseorang yang menelan sesuap makanan haram, ibadahnya selama 40 hari tidak akan diterima. Orang yang tumbuh dagingnya dari penghasilan haram dan riba maka tempatnya di neraka. (HR. Ibnu Mardawih)

Subhanallah…

Bukankah hidup di dunia ini fana, apalagi yang kita cari? Kebahagiaan semu? Harta riba yang bahkan kalo dilihat di media media saat ini bahwa betapa banyak mereka yang mencari rezeki yang bukan haknya justru membawanya kepada malapetaka?
Maka tidak heran apabila saat ini banyak kita temui keluarga yang melimpah dengan harta haram dan dagingnya tumbuh darinya, kehidupan mereka menjadi tidak harmonis, anak-anak mereka menjadi pencandu narkoba, bergaul bebas, terjadi perselingkuhan dan prilaku-perilaku lain yang merusak tatanan kehidupan keluarga.


Dalam Surat Al-Mu’minun ayat 51, lebih khusus lagi Allah memanggil hamba-Nya yang mukmin untuk segera meraih harta yang halal :

يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا إِنِّي بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ

Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal yang saleh. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
(QS. 23:51)


Salah satu indikator penting kebahagiaan hidup seorang mukmin adalah mendapatkan rezeki yang halal. Sebab, rezeki yang halal akan membuahkan ketenangan dan kedamaian, sekaligus menumbuhkan perilaku dan sifat yang baik, seperti kejujuran, kerendahan hati, memupuk kecerdasan dan kepekaan sosial.

Sebaliknya, jiwa yang dimasuki barang haram akan menumbuhkan perilaku yang buruk, seperti bakhil, sombong, culas, nifak, dusta, bahkan menyebabkan doa dan ibadah tidak akan diterima dan dikabulkan Allah (sebagaimana dikemukakan dalam hadis shahih riwayat Imam Muslim dari Abu Hurairah).

Patutlah kita sadar harta yang sesungguhnya bukanlah harta yang selama ini kita simpan dan kita kumpulkan demi kepentingan duniawi, namun amal ibadah kita untuk bekal di alam yang kekal kelak. Harta yang kita miliki hendaklah digunakan demi meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah SWT, tentunya tidak mungkin berasal dari hasil yang tidak halal.

Surat Al Mulk ayat 15 menjelaskan kepada kita betapa bumi beserta isinya ini dihamparkan untuk kemaslahatan manusia, agar ia bekerja mencari karunia Allah di atasnya.

هُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ اْلأَرْضَ ذَلُولاً فَامْشُوا فِي مَنَاكِبِهَا وَكُلُوا مِن رِّزْقِهِ وَإِلَيْهِ النُّشُورُ

Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rizki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan. (QS. 67:15)


Islam menghendaki kebaikan dalam segala hal, terlebih dalam persoalan harta. Harta yang kita usahakan hendaknya bersumber dari sesuatu yang halal dan kita salurkan di jalan yang halal pula, karena dengan cara itulah kita bisa mendapatkan ridho dan keberkahan dari-Nya.

Wallahu a’lam






Dari berbagai sumber.

Minggu, 17 Januari 2010

Kesusahan adalah Sebuah Kebaikan dari Allah SWT

Renungan Ayat:

Kecuali orang-orang yang bertobat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
[QS: Al Furqaan (25):70]



Apa yang pertama-tama dihentikan ketika kita mati? ketika menarik nafas atau ketika menghembuskan nafas? Tanda pertama adalah ketika nafas keluar namun nafas yang baru tidak masuk. Jadi bernafas adalah ni`mat yang Allah swt berikan atas kita bahwa Dia merahmati kita dengan begitu banyak tarikan nafas yang Allah berikan kepada kita setiap hari? Apakah kalian tahu jumlah udara yang masuk dan keluar. Kalian mengambil oksigen dan membuang sisanya. Bagaimanakan tubuh dapat mengetahui bahwa gas ini oksigen dan sisanya bukan oksigen? Di Laboratorium, saat ini jika mereka ingin mengidentifikasikan dan memisahkan jenis gas (udara) dan mengeceknya, maka hal ini adalah sebuah proses besar untuk menentukan dan memisahkan yang mana oksigen, helium, hidrogen dan berbagai jenis gas lainnya.


Tidak ada Syaikh. Tiap Syaikh adalah seorang murid dari Syaikh yang diatasnya. Dalam tiap bidang ada Ulama-ulama dan mereka adalah murid dari Ulama-ulama yang ada diatas mereka namun ego tidak ingin kau menganggap dirimu seperti itu, bahwa engkau hanyalah seorang murid. Ego yang membuat kita terjatuh dalam segala jenis masalah. Grandsyaikh Abdullah qs berkata (semoga Allah swt merahmati jiwa beliau), bahwa "kesulitan-kesulita n datang kepada kita, adalah untuk mengubah diri kita, meskipun kita menerimanya sebagai kesulitan-kesulitan . Kesulitan yang kita alami dan kita berada didalamnya, namun kenyataannya nantinya kesulitan tersebut berubah menjadi nikmat."


Dan ini memiliki makna yang besar yang harus kita pahami, bagaimana sebuah kesusahan menjadi sebuah nikmat. Bagaimana sebuah kesulitan menjadi sebuah kebaikan. Apa yang manusia katakan ketika mereka menderita sakit? Mereka tidak mengatakan penyakit itu sebagai sebuah nikmat atau kebaikan. Mereka mengatakannya sebagai kesulitan dan masalah dan mereka mencari jalan keluar darinya. Jadi, kesusahan atau kesulitan apapun yang datang atas kita, Grandsyaikh Abdullah qs katakan, "Ini adalah sebuah nikmat."


Apakah yang beliau maksudkan? Maksudnya adalah bahwa karena itu adalah sebuah kesusahan, maka sejak kau mendapatkan kesusahan itu dan kesusahan menempel kepadamu, maka karena sebab itulah Allah swt akan membersihkanmu dari dosa-dosamu dan menjadikan kesulitan dan penderitaanmu tersebut sebagai pahala bagi dirimu.


Kecuali orang-orang yang bertobat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [Al Furqaan (25):70]


Karena ketika kalian bersabar atas kesusahan atau kesulitan itu, maka Allah swt akan mengubah dosa-dosa kalian menjadi kebaikan (hasanaat). Coba kalian perhatikan, berapa banyakkah Umat Nabi yang tidak memiliki kesulitan? Apakah kau mempunyai kesulitan? Kadang-kadang. Pastilah. Kau punya kesulitan? Kita semua punya kesulitan. Jadi, Allah SWT membersihkan keburukanmu dan kejahatanmu dengan kesulitan.


Allah swt mencintai kita. Mengapa? Karena Dia menjadikan kita sebagai bagian dari ummat Sayyidina Muhammad (saw). Allah swt mencintai semua Nabi namun Dia lebih mencintai Sayyidina Muhammad (saw) dibandingkan mereka semua. Dia menciptakan kita dari cahaya-Nya dan Dia menciptakan segala sesuatu demi kepentingan beliau. Jadi kita bersyukur, karena Allah swt tidak menjadikan kita bagian dari ummat nabi lain dan itu artinya Dia lebih mencintai kita dibandingkan ummat lainnya.


Jadi kesusahan adalah sebuah ni'mat. Manusia tidak melihatnya dari sudut pandang itu namun awliyaullah melihat hal tersebut dari sudut pandang itu. Sang Nabi (saw) berkata, "Akulah nabi diantara para nabi dan manusia diantara manusia yang paling teraniaya." Dan beliaulah rasul terakhir. Perhatikan Sayyidina Musa (as) tersesat selama 40 tahun di gurun pasir. Allah swt memberitahu beliau, "Aku akan memberimu kemenangan atas Fir'aun" dan selama 40 tahun dia tersesat. Dan selama 40 tahun Fir'aun menganiaya dan menggilas Bani Israel dan Sayyidina Musa (as).





Sumber: disini.

Followers

 

Copyright © 2009 by Nursamsi

Terkadang orang yang paling kita cintai adalah orang yang paling menyakiti hati kita,karena itu berikanlah cinta sejati kita hanya kepada Allah SWT.Karena Dia-lah yang Maha Mencintai ummat-Nya.Forever!