Ini hanya untuk diriku sendiri.
Tapi jika anda kebetulan membacanya, semoga Allah memberikan kebaikan bagi seseorang yang mendengar perkataanku, lalu mengamalkannya, menghafal dan menyampaikannya. Karena bisa jadi orang yang membawa pengetahuan tidak lebih faham dari orang yang disampaikan.

Rabu, 19 Agustus 2009

Emang Lidah Tak Bertulang

Renungan Ayat

“pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan.”
(QS. Yasin: 65)

"Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungjawabannya."
(QS> al-Isra:36)

Apa Bedanya Nasihat Dan Kecaman

Ketika sang kakak menegur adiknya katakan saja namanya Itha: “ Tha, kamu jangan bo'ong lagi, ntar kamu berdosa.” Tha, cobalah kamu salat jamaah di Masjid!! Malu kan mesjid deket rumah tapi kok kagak pernah datang.”
Sejenis inilah namanya nasihat, artinya ketika sang kakak menasehati adiknya, pastilah di dalamnya sudah dikemas dalam satu paket. Paket itu sudah tersedia rasa sayang, ingin agar adiknya benar, ingin agar adiknya sukses, ingin adiknya lurus, taat dan bermacam lainya.

Nah apapun bentuknya yang dikemas dalam bentuk nasihat pastilah memiliki kriteria:

# Pasti dalam hati si pemberi nasehat ada rasa sayang bagi yang dinasehati, dan ada keinginan agar yang dinesehati menjadi baik, taat, jujur dll

# Pastilah si pemberi nesehat mencari waktu yang tepat untuk menasehati

# Si pemberi nasehat tidak akan marah meskipun yang dinasehatin tidak menerima, marah, bahkan memberi perlawanan. Tidak ada ceritanya orang tua, atau suami istri, teman dan lainnya marah jika nasehatnya tidak diterima

# Si pemberi nasehat tidak mungkin mengumbar keburukan yang dinasehatinya, seperti ketidak mungkinan seorang bapak menjelekan anaknya sendiri di hadapan orang lain, baik di Masjid sekalipun, atau tempat terbuka lainnya.

# Si pemberi nasehat akan menyembunyikan keburukan yang dinasehati seperti halnya orang tua akan menyembunyikan aib anaknya sendiri. Begitu pula seorang suami atau istri akan menyembunyikan keburukan masing-masing dan yang sejenisnya

# Pastilah ada rasa ikhlas ketika memberi nasehat seperti halnya orang tua ikhlas menasehati anaknya, nasihat antara suami istri, teman, saudara dll Tidak ada sama sekali ada kesan ingin dipuji orang lain bahwa ia telah memberi “nasihat baik”.


Singkat kata semua diatas akan menyembunyikan rahasia yang dinasehatinya, karena kalau terdengar orang, pasti dia malu juga. Karena anaknya adalah belahan jiwanya, istri atau suaminya adalah bagian hidupnya, temannya adalah bagian hidupnya pula. Jadi semuanya akan disimpan rapat.

Apa Bedanya Dengan Pengecam!!!

# Meskipun tampak seperti nasehat tapi pengecam itu terkandung dalam ucapanya ingin mempermalukan orang lain, menghina, dia lebih baik dalam agama, budi pekerti, ilmu dan lainnya. Seolah-olah ada rasa kasihan ketika memberi nasehat namun diutarakan di depan umum, di hadapan orang banyak, di masjid, dimanapun juga


# Dalam nasehatnya bahkan tidak ada solusi sama sekali, artinya antara “nesehat” dan “jalan keluar” tidak ada kaitannya sama sekali

“Celakalah bagi orang pengumpat lagi pencela,”
(QS. Humazah: 1)

“Mencela seorang muslim itu perbuatan fasiq sedangkan memeranginya adalah perbuatan kufur.” (HR.Bukhari dan Muslim)

Bagaimana Dengan Yang Diberi Nasehat?

Yang diberi nasehat terkadang menghidarkan diri kata-kata seperti, “Yah namanya manusia banyak khilafnya.” “ Allah kan Maha Pengampun, pasti deh Dia ngampunin kita.” Manusia kan nggak kayak Nabi yang nggak ngelakuin dosa.” Yah saya nggak terlalu fanatik pada agama.”
Perkataan ini misalnya diucapkan seseorang yang seakan-akan menjustifikasi bahwa dosa atau maksiat yang dilakukannya. Lumrah, cuman dosa biasa saja, orang lain juga berbuat begitu, salah atau dosa mah pasti biasa dilakukan kita dan lainnya.
Apakah tidak lebih baik langsung saja menerima bahwa yang dilakukannya dosa dan langsung taubat. Jangan biarkan lidah bermain dengan kata-kata yang akhirnya ‘mengecilkan” dosa yang diperbuatnya.


Kesimpulan


# Antara nasihat dan mengecam tampak serupa, namun berbeda, Si pemberi nasehat mengambil “petuah” Al-Qur’an dan Sunnah Nabi, berpahalan. Pemberi nasihat dilandasi rasa sayang dan ingin agar yang dinesehati baik

# Si pengecam tampak memberi nasehat namun berbuah dosa, mulut dosa, hati mulai di tumbuhi noda hitam tinggal menunggu membesar, hatinya tidak ikhlas karena ingin dipuji

# Tanyakan pada diri kita sebelum berbicara, sebelum menulis, “ Apa saya ini memberi nasihat atau mengecam??”

# Kalau saya mengecam dalam masalah agama, lihat dulu, “ Sejauh mana pengetahuan saya tentang agama? Siapa tahu yang saya nasehatin lebih baik dan lebih mulia dari saya.” Who knows??

# Dengan demikian kalau tidak bisa membedakan antara nasihat dan mengecam lebih baik diam.

# Tanyakan dalam hati pantaskah saya memberi nasehat dan tanyakan apakah orang yang diberi nasehat malu tidak. Karena yang memberi nasehat pastilah tidak akan berbicara di depan umum jika tahu orang yang dicintainya berbuat salah

# Jangan pernah usil dengan ibadah orang lain, jadikan semua nasehat itu untuk kita, langsung masukan dalam hati, Jangan langsung diukur dengan orang lain dan anggaplah orang lain lebih baik dari kita. Insya Allah hati akan selamat dari keburukan

Comments :

0 komentar to “Emang Lidah Tak Bertulang”

 

Copyright © 2009 by Nursamsi

Terkadang orang yang paling kita cintai adalah orang yang paling menyakiti hati kita,karena itu berikanlah cinta sejati kita hanya kepada Allah SWT.Karena Dia-lah yang Maha Mencintai ummat-Nya.Forever!