Ini hanya untuk diriku sendiri.
Tapi jika anda kebetulan membacanya, semoga Allah memberikan kebaikan bagi seseorang yang mendengar perkataanku, lalu mengamalkannya, menghafal dan menyampaikannya. Karena bisa jadi orang yang membawa pengetahuan tidak lebih faham dari orang yang disampaikan.

Rabu, 23 September 2009

Tangga Kesabaran

Renungan Ayat:

"Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-oranag yang menyeru Tuhannya dipagi dan senja hari dengan mengharap keridhoan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaan itu melewati batas."
(QS. Al Kahf:28 )

"Hai orang-orang yang beriman jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar."
(QS. Al Baqarah:153 )

Sebut saja namanya Z, seorang pegawai sebuah instansi pemerintah Jogjakarta. Suatu hari datang ke seorang ustadz. Kedatangannya karena keinginan yang menggebu - gebu atas kehampaan jiwa yang sedang ia rasakan. Sisi spiritualnya sedang tergoncang karena seseorang yang ia cintai telah meninggalkannya, sementara semua perasaan sakit yang ia rasakan berimbas pada rutinitas pekerjaannya. Dimana pekerjaan dikantornya harus mengedepankan kemampuan intelektual serta kesibukan kuliah yang membuatnya semakin penat, hingga pada sebuah titik ia bertemu dengan sebuah kehampaan hidup. Ketika sudah ketemu dengan sang ustadz, sang ustadzpun tidak banyak bicara dan basa basi lainnya, ia hanya berkata sedikit, ”kamu berlatih sabar dulu, karena orang yang sabar itu bersama Allah.”. Si pegawai itupun kembali dari rumah sang ustadz. Dalam perjalanannya ia pulang, iapun bertanya-tanya, ”jauh-jauh datang, ingin mencari pengobat hati yang hampa, malahan hanya dapat sebuah kalimat pendek. Kalau hanya seperti itu ngapain jauh – jauh, baca di buku – buku yang bertebaran di toko buku juga banyak.”
Beberapa minggu waktu telah berlalu, namun kehampaan jiwa dan kesedihannya masih selalu menggelayut dalam benak sang pegawai. Rutinitas harian yang ia laluipun semakin terbengkalai karena hilangnya semangat hidup yang ia miliki. Ibadah ritual yang ia jalankan, seolah tak membekas dalam relung hatinya yang terdalam. Sholatnyapun terasa hanya sebuah penggugur kewajiban, tak membekas di jiwanya,apalagi implikasi sosial.
Semakin hari tubuhnyapun makin kurus tak terawat. Pikiran dan hatinya seolah tak pernah berhenti untuk merasakan derita kehilangan orang yang paling berarti dalam hidupnya.Tidak hanya itu, iapun mulai merasakan kehilangan arti hidup,ia berputus asa.. Kalau dulu ia melakukan semua pekerjaannya dengan penuh semangat karena memiliki harapan apa yang ia lakukan adalah demi orang-orang yang ia cintai, maka sekarang ia berpikir untuk apalagi mencari uang dan penghidupan,sementara ia sendiri seolah tak mau hidup. Untuk apa dan untuk siapa… Ia merasa, bahwa kerjapun tak ada artinya lagi. Tak ada lagi yang akan memberi support dalam hidupnya. Namun meski begitu ia masih menyadari bahwa ia masih punya Tuhan. Ia tetap melakukan aktivitasnya meski semua dengan penuh keraguan dan keterpaksaan.

Hari – hari berlalu tanpa terasa, hingga akhirnya si pegawaipun datang kembali ke tempat sang ustadz. Kalau dulu ia datang dengan tujuan mencari pencerahan dari kehampaan jiwa, maka sekarang ia datang untuk mengadukan kepenatan hidupnya. Setelah sampai ke tempat sang ustadz, sang ustadzpun dengan santai hanya memberi satu kalimat sederhana, ” kamu, baru dikasih satu tangga untuk menuju kesabaran”. Si pegawaipun terangguk- angguk, bukan karena mengerti kata-kata sang ustadz, tapi karena bagi dia tambah bingung. Sesampai di rumah, si pegawai masih saja bingung, dengan kata – kata sang ustadz. Logika berfikirnya masih belum bisa menerima. Di kantor ia sudah pusing dengan kondisi instansi. Ketika datang ke sang ustadz, hanya dikasih seuntai kalimat, yang ia terngiang – ngiang, ”tangga kesabaran”. Di sebuah malam, seperti biasanya sang pegawai bisa bangun malam, tepat jam tiga ia berusaha melakukan sholat tahajud. Ada sebuah kedamaian yang ia rasakan setelah sholat. Beban – beban yang ia rasakan di siang hari,seolah sedikit berkurang di relung fikirannya. Sehabis sholat dan wiridan, iapun bergegas ke teras depan. Sambil menunggu waktu shubuh iapun duduk termenung, hingga pada sebuah titik ia mulai dianugerahi sebuah pencerahan. Ia mulai mengingat, dulu datang ke tempat sang ustadz, dengan tujuan mencari pencerahan atas kehampaan jiwanya. Namun setelah datang ke tempat sang ustadz, justru di setiap aktivitasnya banyak terjadi kondisi yang membuat patah semangat...., kondisi yang seolah menghilangkan kehidupannya...., terjadi kondisi yang membuat perasaannya semakin tersiksa....., kenapa ??? ia mulai bertanya kepada dirinya sendiri. Yah.... itulah sebuah kenyataan, yang memaksa diri untuk bertindak sabar. ”Kalau saya selalu emosi,selalu bersedih, kurang percaya diri, merasa dikhianati, berarti terjerembab oleh sebuah keadaan.” gumamnya dalam hati. ”Padahal bukan sebuah kebetulan, bila kondisi itu memang sengaja diberikan sama Allah, supaya saya bisa belajar sabar....” jawabnya dalam hati. Iapun kemudian berujar, ”Karena kondisi ini, maka saya dipaksa belajar sabar, bila sabar telah tertoreh, maka pertolongan Allah akan datang, jadi kondisi itu hanyalah sebuah anak tangga menuju kesabaran.” Demikianlah, seberkas cahaya telah merasuk dalam dinding kalbunya, hingga saat adzan shubuh terdengar, kakinya ringan melangkah menuju masjid. Ketika pagi telah menjelang, iapun berjalan menuju kantor dengan raut wajah yang sedikit lebih terang, sorot matanyapun mulai berbinar tidak nampak jiwa kematian lagi disana. Langkahnyapun tidak terlihat gontai lagi , seolah langkah menuju ke tempat yang selama ini ia rindukan. Tangga Kesabaran…

Terang wajahnya, dan berbinar sorot matanya, bukan karena ia tidak akan menemui orang – orang yang tak mempedulikannya, namun karena ia yakin, bahwa Allah telah menganugerahi anak tangga menuju kesabaran, yang selama ini ia cita-citakan.
Wallahu a’lam.

Selasa, 22 September 2009

Rumah Impian

Pernahkah engkau berhenti sejenak dan bertanya pada dirimu sendiri: Apakah yang akan terjadi pada malam pertamamu di kuburan?






SUDAH SIAPKAH AKU MENGHADAPI MAUT? APAKAH AKU AKAN KE SORGA ATAU NERAKA?
Berapa sering kamu ingat mati?
BAYANGKAN KETIKA KAMU DIMANDIKAN dan DIPERSIAPKAN UNTUK MASUK KE KUBUR ….





INGAT!!!
WAKTU DIMANA ORANG MENGGOTONGMU KE KUBURAN.






DAN KELUARGAMU MENANGIS…..




.. ingat sa’at-sa’at kamu dibaringkan dalam kuburmu.





Bayangkan saja….bayangkan dirimu di tempat itu, dibawah sana dalam lubang yang gelap gulita…..





Sendiri….GELAP….. enkau menangis minta tolong, tapi tidak ada sahutan…. Tidak ada orang yang mendengar, atau menolong… SEMPIT …. Dan rusukmu terasa berderak dihimpit tanah timbunan...









engkau menyesali buruknya amal anda semasa hidup…
engkau menyesal telah melalaikan sholat anda…
engkau menyesal terlalu sering mendengar musik…
engkau meyesal telah bersikap kasar terhadap sesama mu, terutama kepada kedua ORANGTUA mu…
engkau menyesal tidak memakai JILBAB…
engkau menyesal mengabaikan perintah ALLAH…
engkau menyesal mengabaikan ilmu agama ISLAM…
Tidak ada tempat menghindar…kamu akan menerima hukuman atas dosa-dosa sekecil apapun.
Kamu SENDIRI dalam kubur mu bersama amal-amal mu… tak ada manfa’at HARTA, atau apapun… kecuali AMAL mu…





Ketika lubang ditimbun,
kamu ingin BERTERIAK dan memohon agar MEREKA mau tinggal menemanimu di kuburanmu








TAPI, suaramu tak terdengar… kamu dengar suara langkah menjauh…bersama suara tangisan semakin jauh….jauh ….jauh…. mereka pergi..


Kemudian Malaikat menghampirimu dengan siksa kuburnya




kamu pikir kamu hidup selamanya di dunia ini? kamu pikir teman dan keluarga kamu selamanya? Selamanya dengan senda gurau?
kamu salah !!





Bukankah ini rumahmu yang sebenarnya...




CONTOH RUMAH MASA DEPAN
…SENDIRI…





kamu tidak boleh mengabaikan hal ini, kamu harus tetap mengingatnya setiap hari, setiap jam, setiap menit, setiap kali anda menarik nafas.
HINDARI DOSA !!!
MUNGKINKAH INI NAFAS TERAKHIR ???




Teruskanlah pada keluarga & teman-temanmu!

Minggu, 20 September 2009

Doaku

Ya Allah,

bagi Mu segala puji,

Engkau penegak langit, bumi dan apa yang ada padanya.
Bagi-Mulah segala puji,

kepunyaan Engkaulah kerajaan langit, bumi, dan apa yang ada padanya.

Bagi-Mulah segala puji,

Engkaulah Pemberi cahaya langit dan bumi dan apa saja yang ada di dalamnya.
Bagi-Mulah segala puji,

Engkaulah Penguasa langit dan bumi.

Bagi-Mulah segala puji,

Engkaulah Yang Maha Benar,
janji-Mu itu benar,
bertemu dengan-Mu adalah benar,
firman-Mu adalah benar,
surga itu benar,
neraka itu benar,
para nabi itu benar,
Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam itu benar,
kiamat itu benar.

Ya Allah,

hanya kepada-Mulah saya berserah diri,
kepada-Mulah saya beriman,
kepada-Mu saya bertawakal.
Kepada-Mu saya kembali,
kepada-Mu saya mengadu, dan

kepada-Mu saya berhukum.

Maka, ampunilah dosaku yang telah lampau dan yang kemudian,
yang saya sembunyikan dan yang terang-terangan,
dan yang lebih Engkau ketahui daripada saya.

Engkaulah yang mendahulukan dan Engkaulah yang mengemudiankan, .
tidak ada tuhan melainkan Engkau,
atau tiada tuhan (bagiku) selain Engkau***."
Amin,,,,

Sebuah impian

Renungan Ayat:

وَاللَّهُ غَالِبٌ عَلَى أَمْرِهِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ

“Dan Allah berkuasa terhadap urusan-Nya, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahuinya.”
(QS. Yusuf: 21)


إِنَّ رَبَّكَ فَعَّالٌ لِمَا يُرِيدُ

“Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa yang Dia kehendaki.”
(QS. Huud: 107)

"…Dan adalah ketetapan Allah itu suatu ketetapan yang pasti berlaku."

[Al-Ahzab:38]

"Sampai waktu yang ditentukan, lalu Kami tentukan (bentuknya), maka Kami-lah sebaik-baik yang menentukan."

[Al-Mursalaat: 22-23]

Setiap manusia memiliki impian,seperti halnya aku.Kita membayangkan banyak hal, kita terus berpikir tentang apa yang kita inginkan, apa yang kita ingin kerjakan, apa yang membuat kita bangga dan bahagia dan apa jadinya kita kemudian.
Menikah,mencintai istri dan anak dalam suatu rumah tangga yang bahagia adalah sebuah pengharapan besar buatku.Mungkin bagi sebagian orang hal itu adalah mimpi yang sederhana,tapi mungkin juga tidak.Karena kita tidak pernah tau apa yang Allah takdirkan untuk kita.Karena itu aku juga menyadari bahwa ada harga yang harus dibayar untuk setiap mimpi yang hendak kita wujudkan.

Bagiku impian adalah setting goal kita dalam menjalankankan hidup. Namun kadangkala ketika kita merasa impian itu sulit dicapai,ada yang menghancurkan,atau apalah yg membuat impian itu tidak mampu di wujudkan,kita merasa lelah,putus asa bahkan mati untuk bermimpi kembali.

Tidak...,seorang muslim tidak boleh berputus asa. Tarbiyah mendidik kita untuk menjadi umat-Nya.Tarbiyah telah memanusiakan kita menjadi manusia tanpa boleh mengarahkan jiwa dan hati kita supaya jangan kecewa. Karena jiwa manusia terarah kepada fitrahnya. Fitrah yang telah ditakdirkan. Untuk semua manusia dan para nabi.

Sejauhmana dan sekuatmana tarbiyah pun yang kita lalui, kita tidak boleh menipu diri kita bahwa kita tidak kecewa apabila cita cita dan impian kita telah berakhir. Impian yang kesekian kalinya kita bina dan tumbuhkan dalam hati kita. Impian yang kita istiqarahkan dengan linangan airmata dan kesungguhan. Sujud yang lama penuh kepasrahan. Gambaran untuk membina seperti mahligai cinta roboh dalam impian itu. Anak anak kecilku yang pernah dibayangkan dalam mimpi itu hanya berupa titik titik embun yang akan kering.

Bulan itu tetap mengambang mencari pemuja yang baru. Pemuja yang sama berada dilangit.

Bukan salah siapa!

Cuma takdir mengambil tempat.

Aku teruji lagi. Aku terhukum mungkin! Dengan dosa dosa lalu. Atau Aku belum menjadi baik lagi untuk mendapat yang terbaik.

Hidup harus diteruskan.

Terlalu keras perjalanan hidup ini. Hingga hati ku terkadang tak mampu lagi menampung beban ujian. Saat kita melangkahkan kaki, merasa tak kuat dan bingung diatas ujian ini sebenarnya bukanlah satu kelemahan yang patut kita sesali. Sebab memang manusia diciptakan begitu. Dalam keadaan serba lemah. Namun dibalik itu Allah telah berjanji kepada kita Dia tidak akan menimpakan sesuatu itu kecuali yang mampu kita hadapi.

Itulah hidup.

Memang tingkat cobaan itu tidak halnya seperti anak tangga yang bertingkat tingkat. Tiap satu anak tangga yang kita naiki, datang dari bawah satu pukulan hebat mengenai tubuh kita yang mendaki. Kalau tangan kita bergantung, kalau kaki kita kuat berpijak, kalau akal fikiran kita tetap waspada, pukulan itu akan dapat mendorong menaikan kita keanak tangga yang lebih tinggi.

Tapi …kalau tangan kita lemah dan kaki kita tidak kuat, akal kita hilang, fikiran kita kusut maka pukulan itu akan dapat menjatuhkan kita dan merobohkan kita.

Itulah rutin kehidupan manusia. Perlu menghadapi segala segala cobaan dengan penuh sabar dan kekuatan.

Adakala ujian dari luar yang maha hebat dapat dihadapinya tapi ujian hati dan jiwanya dia bagaikan terpana dan jatuh membungkam kebumi.

Wahai diri ku. Jangan kamu menangis. Jangan kamu bersedih. La tahzan. Allah tahu apa yang kamu dambakan. Apa yang kamu cari. Memang kamu ingin teman diperjalanan yang sulit ini. Untuk kamu bersama. Untuk mengadu. Untuk membina kekuatan. Namun itulah perjanjian kamu dengan Allah!

Apa yang kamu inginkan belum tentu di kehendaki oleh Allah. Apa yang tidak kamu inginkan itulah yang Allah beri supaya kamu sentiasa ridha akan ketentuanNya. Kamu Pasrah dan kamu sucikan diri mu. Anggaplah ujian ini adalah kafarah dosa dosamu waktu kamu jahilliyah dahulu. Sebenarnya memang kamu tidak tahu. Allah Maha Tahu.

Menerima ketentuan adalah jalan terbaik, agar perasaan cepat tersadar dan membuat sesuatu yang baru dalam hidup ini. Karena aku tahu sebagai manusia dan insan lemah ini aku harus memperbaharui hidup ku tiap saat dan lebih lebih lagi apabila digegar oleh perasaan ini, agar aku bisa terus hidup dengan penuh energi dan kekuatan memaut ranting ranting pautan ku yang sentiasa patah!

Memang aku tidak boleh meratap karena telah aku pelajari bahwa menjadi manusia,harus kuat sekuat kuatnya setelah dibakar dan dimantapkan dengan berbagai tarbiyah supaya jiwa tidak rapuh.

Sekali pun impian ini telah berakhir namun kerlipan harapan yang dijanjikan padanya akan juga dinantikannya, karena hati ini tidak boleh putus asa. Apa lagi putus dari rahmat Allah yang menciptakannya.

Dan kiranya impian itu ingin berakhir biarlah cahaya itu padam dan kelam seluruhnya.

Rabu, 16 September 2009

Menyendiri

Banyak teman-teman yang menanyakan dan memprotes secara keras kenapa saya tidak seperti yang dulu, sekarang saya sulit ditemui, jarang bergaul, mereka bertanya apakah sulitnya sedikit menyelaraskan dengan masyarakat, mereka selalu mengundang pesta2, pertemuan2,acara bersama dan saya bagai hilang ditelan bumi katanya. Hehehe, masa sih, padahal saya sekarang sibuk dirumah aja, full time alone bahasa kerennya, merenung,berintropeksi diri dari semua kekhilafan.. apapun itu, alasan saya simple aja… people change, n I already change rite now, 4 being a better person insyaAllah… bertobat singkat katanya...
Apa karena mendapat musibah?
Rahasia donk...hehehe

MENYENDIRI berarti jauh dari tempat orang2 riya yang akan menghancurkan amal perbuatan. Orang yang duduk sendirian tidak mungkin mendapati orang lain yg mendorongnya untuk berbuat riya. Karena orang yg sering berinteraksi dengan orang lain cenderung jiwanya mengajak agar menampakkan sikap yg dibuat2 dan memperlihatkan kehebatannya. Sesungguhnya diantara tabiat manusia itu adalah gemar memperlihatkan kebaikan2nya dan menutupi keburukannya, dan pura2 merasa cukup dengan apa yang tidak dimilikinya seperti orang yg memakai pakaian dusta. Yang saya khawatirkan malah takut saya terpedaya dengan nasehat2 yang salah dari mereka.

MENYENDIRI membuat saya merasa selamat dari hasutan nafsu setan,kemaksiatan dan dusta, sesungguhnya nafsu itu menyuruh kepada keburukan, nauzubilaminzalik

MENYENDIRI, membuat saya aman dari ancaman n terror yang dibawa oleh orang2 yg sesat, yang gemar terhadap isu, suka menyebarkan berita yg meresahkan, menyebarkan aib orang, bila saya sendirian, maka saya merasa terhindar dari bahaya membicarakan dan mendengar kejelekan2 orang.

Dalam MENYENDIRI saya selamat dari bualan orang2 yg menyombongkan diri, berpaling dari orang2 yg berlaku kasar, dalam kesendirian saya akan selamat dari pandangan mata orang2 yg dengki,yang membawa kepada kemaksiatan dan pengawasan orang2 yg suka membuat tipudaya, sesungguhnya pada sorot mata itu ada tembakan yg mematikan,panah nikmat dunia yg melukai. Siapa yg menyediakan diri terhadap pandangan mata dalam kesesatan maka dia akan menjadi sasaran korban api neraka. berapa banyak orang yg iri yg memenuhi hatinya dengan ketamakan yg menyelimuti ruhnya dengan keserakahannya memangsa kita dgn kedengkiannya terhadap kita.MasyaAllah...

Dalam MENYENDIRI berarti berintropeksi diri, mengingat dosa, memikirkan aib diri sendiri bukan aib orang lain, dengan menyendiri maka saya merasa lebih tampak berbagai kesalahan saya,bukan melihat kesalahan2 orang lain. Dalam MENYENDIRI berarti malepaskan beberapa hak dalam jiwa dan beberapa kewajiban dari diri.Menyadari ketika mendapat musibah bahwa itu merupakan kelalaian kita kepada sang Rabb. Anugrah dan musibah semua dari Allah.

Dalam menyendiri jiwa naik meniti tangga peribadatan, berfikir yg bermanfaat, menulis buku, menulis blog2 sebagai pencerahan dan inspirasi orang2, bisa membuat penjelasan terhadap beberapa masalah, memberi komentar dan menggali ilmu2 yg belum dipahami, menganalisa yg masih samar dan mengambil hikmah dan pelajaran sebanyak2nya,dalam menyendiri saya bisa berzikir, intropeksi,pasrah,taubat, menyesali kekhilafan,bermurah hati terhadap nikmat,memaafkan sesama, bersyukur terhadap anugerah dan menghindari maksiat.

Dalam KESENDIRIAN saya sedikit bisa menghimpun niat dan keikhlasan saya, mengecam jiwa terhadap apa yg pernah saya lakukan, memberi pelajaran2 terhadap apa yg pernah saya kerjakan, serta bisa menambah ibadah dan taubat,

Dalam KESENDIRIAN saya bisa lebih fokus dan perhatian terhadap pekerjaan,keluarga , malaksanakan kewajiban kepada kedua orgtua, memantau keadaan mereka, mengawasi mereka, menjaga mereka, lebih berusaha melayani mereka dengan sepenuh hati dan tenaga, mencukupi mereka dan membimbing mereka, semua ini adalah usaha agar bisa lebih dicintai, dihargai dan memberi makna dalam setiap keberadaan saya.

Dalam KESENDIRIAN saya menemukan keselamatan dari berbagai fitnah, berbagai kejadian tragis yg dipicu oleh kebodohan orang yg bodoh, kecerobohan orang yg tolol,keminiman akal orang yg belum matang jiwanya, kelemahan perilaku orang yg lalai dan barangkali bisa sampai pada sakit hati, perbedaan pendapat, lenyapnya harga diri,keputus asaan dan perubahan keadaan.

Dalam MENYENDIRI saya berada dalam keamanan dan ketentraman, ini adalah perbuatan banyak sahabat2 rasul saat terjadi berbagai fitnah, mereka menutup pintu2 rumah mereka, berdiam diri dirumah untuk melindungi diri, bahkan diantara mereka ada yg melarikan diri ke padang sahara, keluar menuju daerah pedalaman agar selamat dari rumor2 kalangan awam, goncangan2 para pecundang yg senang membuka aib dan memfitnah.

Dalam KESENDIRIAN berarti saya lebih mampu untuk menutupi aib orang2 yang melukai saya, sebab tidak semua yg saya ketahui itu harus saya sampaikan meski pada orang saya anggap percaya dan mungkin akan sulit mendiamkan perasaan untuk mengutarakan beban.

Dalam MENYENDIRI akan terbebas dari membebani orang lain dalam penampilan, berhiasdiri bagi mereka,protektif pada mereka, pembicaraan dan mengoreksi keadaan mereka, dan berdiam diri dari mereka meskipun mereka melakukan perbuatan yg tidak terpuji atau dholim pada saya.

Tuuuhh, banyak kan manfaatnya….
Yaa maksud saya menyendiri bukan mengisolasikan diri… maksudnya ialah mengurangi bergaul yg berlebihan.

Banyak yang bilang pada saya,bahwa dalam keadaan hati gundah tidak baik menyendiri, lebih banyak memikirkan keadaan daripada tafakurnya.Dan karena itu pun saya akhirnya posting 'obat patah hati' di halaman "patah hati" yang saya rangkum dari beberapa pendapat dimana ketika mendapat musibah,entah itu patah hati or sbagainya justru jangan banyak menyendiri(karena setan mampu menggoda manusia dengan pikiran2 yang menyesatkan). Namun untuk saya pribadi malah saya merasa nyaman dengan menyendiri dalam rangka mendekatkan diri sama Allah.

Intinya,kembali lagi ke gimana orangnya juga.
Mungkin jika apa yang saya lakukan menjadi inspirasi buat pembaca maka saran saya,pilihlah yang terbaik...yang menjauhkan diri dari kesesatan kepada Allah. Jika menyendiri justru membuat anda merasa tidak nyaman dan mudah terpedaya setan, maka ulangi baca blog saya dalam postingan yg berjudul "patah hati". Namun jika menyendiri justru membuat anda lebih dekat dalam zikrullah,berkhalwat namun berduaan dengan Allah,ya semoga itu jalan terbaik buat anda.
Saya melakukan dua-duanya,dan buat saya ternyata inilah yang membuat saya merasa nyaman.

Setiap orang punya hak memilih yg terbaik dlm hidupnya..yang penting,prioritaskan hablumminallah.

Kalau buat saya sendiri,sekarang menganggap semua musibah yang saya terima adalah teguran dari sang khaliq agar kembali dekat pada-Nya.
Semoga Allah menerima taubat saya.
amin

TENTANG CINTA DAN TAUBAT

Renungan Ayat:

"Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang
semurni-murninya".

(QS At-Tahrim : 8)


CINTA


Kehidupan ini rasanya tak pernah dapat dilepaskan dari apa yang dinamakan 'cinta'. Dengannya menjadi semarak dan indah dunia ini. Lihat saja, bagaimana seorang bapak begitu bersemangat dalam beraktivitas mencari nafkah, tak lain karena dorongan cintanya terhadap anak dan isterinya. Seorang yang lain pun begitu semangatnya menumpuk harta kekayaan, karena sebuah dorongan cinta terhadap harta benda, demikian pula mereka yang cinta kepada kedudukan, akan begitu semangat meraih cintanya. Itu semua adalah beberapa contoh dari berjuta cinta yang ada. Meskipun kesan yang banyak dipahami orang tentang cinta, identik dengan apa yang terjadi antara seorang pemudi dan pemuda. Padahal cinta tak hanya sebatas itu saja. Ternyata masalah cinta memang tidak sederhana. Ada cinta yang bernilai agung lagi utama, namun ada pula cinta yang haram dan tercela. Cinta sendiri kalau dilihat menurut islam, maka dapat dikategorikan menjadi tiga bentuk. Kita semestinya tahu tentang model cinta tersebut untuk kemudian mampu memilih mana cinta yang mesti kita lekatkan di hati, mana pula cinta yang mesti kita tinggalkan sejauh-jauhnya.

Cinta kepada Allah
Cinta model ini adalah cinta yang paling utama. Bahkan kata ulama kita, cinta kepada Allah adalah pokok dari iman dan tauhid seorang hamba. Karena memang Allah sajalah satu-satunya dzat yang patut diberikan rasa cinta.Segala cinta, kalau kita buat peringkat maka nyatalah bahwa cinta kepada Allah adalah puncaknya. Ia adalah yang tertinggi, paling agung dan paling bermanfaat. Begitu bermanfaat cinta kepada Allah ini, sehingga tangga-tangga menuju kepadanya pun merupakan hal-hal yang bermanfaat pula. Diantaranya berupa taubat, sabar dan zuhud. Apabila cinta diibaratkan sebuah pohon maka ia pun akan menghasilkan buah-buah yang bermanfaat seperti rasa rindu dan ridha kepada Allah.

Mengapa kita mesti cinta kepada Allah ? banyak sekali alasannnya. Diantaranya adalah karena Allah lah yang memberikan nikmat kepada kita, bahkan segala nikmat. Sedangkan hati seorang hamba tercipta untuk mencinta orang yang memberikan kebaikan kepadanya. Kalau demikian, sungguh sangat pantas apabila seorang hamba cinta kepada Allah, karena Dialah yang memberikan semua kebaikan kepada hamba.

"Dan apa-apa nikmat yang ada pada kalian , maka itu semua dari Allah"
(QS Al Baqarah : 165)

Seorang hamba di setiap pagi dan petang, siang dan malam selalu berdoa, memohon dan meminta pertolongan kepada Allah. Dari doa tersebut kemudian Allah memberikan jawaban, menghindarkan hamba dari bahaya, memenuhi kebutuhan hamba tadi. Keterikatan ini mendorong hati untuk mencinta kepada dzat tempat ia bermohon. Setiap insan pun tak lepas dari dosa dan kesalahan, maka Allah selalu membuka pintu taubat kepada hamba tadi, bahkan Allah tetap memberikan rahmah meski hamba kadang tidak menyayangi dirinya sendiri. Kebaikan-kebaikan yang dibuat hamba, tak ada sesuatu pun yang mampu diharap untuk memberi balasan dan pahala kecuali Allah semata.Terlebih lagi, Allah telah menciptakan hamba, dari sesuatu yang tak ada menjadi ada. Tumbuh, berkembang dengan rizki dari Allah Ta'ala. Maka ini menjadi alasan kenapa hamba semestinya cinta kepada Allah. Cinta memang menuntut bukti. Tak hanya sekedar ucapan, seperti pepatah orang arab 'semua orang mengaku punya hubungan cinta dengan Laila namun si Laila tak pernah mengakuinya'. Dan wujud cinta ilahi dibuktikan dengan :

"Katakanlah apabila kalian cinta kepada Allah maka ikutilah aku (Rasulullah) maka Allah akan mencintai kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian"
(QS Ali Imran : 31)

Mengikuti sunah nabi dan juga berjihad di jalan Allah Ta'ala.


Cinta karena Allah / cinta di jalan Allah
Cinta karena Allah tentu saja mengikuti cinta yang pertama. Seperti dalam kehidupan, ketika kita cinta kepada seseorang maka apa yang dicintai oleh orang yang kita cinta pun kita sukai pula. Cinta karena Allah adalah cinta kepada 'person' yang dicinta Allah seperti para nabi, rasul para sahabat nabi dan orang-orang shalih. Cinta karena Allah jua berujud cinta kepada perbuatan shalih seperti shalat, puasa zakat, berbakti kepada orang tua, memuliakan tetangga, berakhlaq mulia, menuntut ilmu syar'i dan segala perbuatan baik yang lain. Dengan demikian, ketika seorang muslim mencinta seseorang atau perbuatan maka ia punya sebuah barometer "apakah hadir pada perbuatan maupun orang tadi hal yang dicinta Allah". Bagaimana kita tahu kalau suatu perbuatan dicinta Allah? Jawabnya adalah, apabila Allah perintahkan atau diperintahkan Rasulullah berupa hal yang wajib maupun yang sunnah(mustahab).
Cinta yang disyariatkan diantaranya adalah cinta kepada saudara seiman .

"Tidak beriman salah seorang diantara kalian sampai mencintai saudaranya sesama muslim sebagaimana mencintai dirinya sendiri"

(HR Bukhari dan Muslim) .

Cinta ini bermanfaat bagi pelakunya sehingga mereka layak mendapatkan perlindungan Allah di hari tiada perlindungan kecuali perlindungan Allah saja.


Cinta bersama Allah .
Kecintaan ketiga ini adalah cinta yang terlarang. Cinta bersama Allah berarti mencintai sesuatu selain Allah bersama kecintaan kepada Allah. Membagi cinta, adalah model cinta yang ketiga ini. Kecintaan ini hanyalah milik orang-orang musyrik yang mencintai sesembahan-sesembahan mereka bersama cinta kepada Allah. Seperti firman Allah:

"Dan diantara manusia ada yang menjadikan selain Allah sebagai tandingan-tandingan, yang mereka mencintai tandingan tadi sebagaimana mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat besar cinta mereka kepada Allah "
(QS Al Baqarah : 165)

Kecintaan ini bisa ditujukan kepada pohon, berhala, bintang, matahari, patung , malaikat, rasul dan para wali apabila kesemuanya dijadikan sesembahan selain Allah. Terus bagaimana cinta kita kepada anak, harta, pakaian, nikah dan kepada hal yang berhubungan dunia ? Cinta yang seperti ini adalah cinta yang disebut sebagai "cinta thabi'i" cinta yang sesuai dengan tabiat artinya wajar-wajar saja. Apabila mengikuti kecintaan kepada Allah, mendorong kepada ketaatan maka ia bermuatan ibadah. Sebaliknya bila mendorong kepada kemaksiatan maka ia adalah cinta yang tercela dan terlarang.

TAUBAT

"Dan bertaubatlah kalian semua kepada Allah, hai orang-orang yang beriman
supaya kamu beruntung."

(QS An-Nur : 31 )

"Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang
semurni-murninya".

(QS At-Tahrim : 8)

"Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat, beriman, beramal shalih, kemudian tetap di jalan yang benar".
(QS Thaha : 82)

Oleh karena itu barang siapa melakukan suatu maksiat, haruslah ia segera bertaubat , menyesali perbuatannya, mawas diri dan bertekad untuk tidak mengulangi perbuatan tersebut karena mengagungkan Allah Ta'ala dan ikhlas karena-Nya serta takut kepada siksa-Nya dan Allah akan mengampuni orang-orang yang bertaubat. Maka barangsiapa bersungguh-sungguh menghadap kepada Allah 'Azza wa Jalla, menyesali atas apa yang telah dilakukan, dan bertekad kuat untuk tidak kembali pada perbuatan tersebut serta meninggalkan maksiat karena mengagungkan Allah dan karena takut kepada -Nya maka Allah akan memberikan taubat kepadanya dan mengampuni dosa-dosanya yang lalu dengan karunia dan kebaikan-Nya, akan tetapi jika maksiat tersebut berkenaan dengan orang lain maka taubatnya itu harus diikuti dengan mengembalikan hak orang tersebut atau minta kerelaan orang yang didholiminya untuk membebaskannya dari mengembalikan hak tersebut atau memaafkannya, dengan mengatakan kepada orang tersebut : "maafkan saya dengan ikhlas", atau "bebaskan saya dari hak kamu" dll. atau dengan mengembalikan haknya kepadanya berdasarkan hadits yang telah saudara sebutkan dalam pertanyaan :

"Barang siapa melakukan aniaya terhadap saudaranya, maka hendaklah ia minta dihalalkan sekarang sebelum terjadi hari tidak berlakunya dinar atau dirham( hari pembalasan ), maka jika orang yang aniaya itu mempunyai amal shalih, maka akan diambil dari kebaikannya itu sebanyak aniayanya terhadap saudaranya dan jika ia tidak mempunyai kebaikan, maka akan diambil kejahatan saudaranya yang dianiaya kemudian dibebani kepadanya"
(HR.Bukhari)

Oleh karena itu wajib bagi setiap mu'min untuk selalu berusaha agar terbebas dan selamat dari hak saudaranya, dengan mengembalikan hak tersebut atau minta untuk dihalalkan, jika hak tersebut berupa kehormatan, maka hendaklah ia minta dihalalkan jika bisa, jika tidak bisa atau takut menimbulkan hal yang lebih berbahaya misalkan jika ia memberitahukan(bahwa dia telah menceritakan aibnya) dia akan membunuhnya atau lainnya, maka cukuplah ia minta ampunan kepada Allah untuk saudaranya itu dan mendo'akannya serta menceritakan kebaikannya yang diketahuinya sebagai ganti dari apa yang telah dia ceritakan tentang aibnya di tempat-tempat ia menceritakan aibnya itu. Wallahu a'lam.
Pintu taubat senantiasa terbuka sampai terbitnya matahari dari barat, maka bagi setiap kafir dan orang yang bermaksiat untuk bertaubat kepada Allah dengan taubat nasuha. Taubat yang demikian dilakukan dengan menyesali perbuatan maksiat yang sebelumnya dan meninggalkan perbuatan tersebut, dan meninggalkannya karena takut dan mengagungkan Allah. Serta berazam(berjanji dengan sungguh-sungguh) untuk tidak mengulangi lagi. barangsiapa yang bertaubat dengan taubat yang demikian maka Allah akan mengurangi dosanya yang lalu seperti firman Allah ta'ala

"Dan bertaubatlah kepada Allah wahai orang-orang yang beriman agar kalian beruntung." (QS An Nur : 31)

"Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi siapa yang bertaubat dan beramal shalih kemudian tetap di jalan yang benar."
(QS Thoha : 82)

Dan Nabi bersabda :
"Islam menghancurkan apa-apa yang ada sebelumnya, dan taubat menghancurkan apa-apa yang sebelumnya"
Dan dari kesempurnaan taubat yang berkaitan dengan hak muslim yang lain adalah mengembalikan hak orang yang didhalimi, atau meminta dihalalkan dari orang yang didhalimi, sebagaimana sabda nabi :

"Barangsiapa yang pernah berlaku dhalim terhadap saudaranya maka hendaknya ia minta dihalalkan sekarang, sebelum datangnya hari yang tidak berlaku dinar dan dirham, jika ada padanya amalan shalih maka diambil amalan kebaikannya sesuai kedhaliman yang ia lakukan, apabila tidak ada amalan kebaikan padanya, maka akan diambil kejelekan saudaranya dan diberikan padanya.
(HR Bukhari)

Di antara pertanyaan penting yang menuntut untuk dijawab dan dijelaskan hukumnya di sini adalah : apakah taubat dari suatu dosa sah, jika sambil tetap melakukan dosa yang lain?

Dalam hal ini ada dua pendapat ulama, dan keduanya adalah dua riwayat dari Imam Ahmad. Orang yang mengatakan di situ ada ijma’, tidak mengetahui ikhtilaf pendapat yang terjadi, seperti an-Nawawi yang berpendapat lain dan ulama lainnya.

Abu Thalib al Makki dalam kitabnya “Qutul Qulub” meriwayatkan pendapat berikut ini dari beberapa ulama:
"orang yang telah taubat dari sembilan puluh sembilan dosa, namun ia tidak bertaubat dari satu dosa, maka ia menurut kami bukan kelompok orang yang bertaubat”
[Qutul Qulub: 1/191]

Agar taubat seseorang itu diterima, maka dia harus memenuhi tiga hal yaitu:

(1) Menyesal, (2) Berhenti dari dosa, dan (3) Bertekad untuk tidak mengulanginya.

Taubat tidaklah ada tanpa didahului oleh penyesalan terhadap dosa yang dikerjakan. Barang siapa yang tidak menyesal maka menunjukkan bahwa ia senang dengan perbuatan tersebut dan menjadi indikasi bahwa ia akan terus menerus melakukannya. Akankah kita percaya bahwa seseorang itu bertaubat sementara dia dengan ridho masih terus melakukan perbuatan dosa tersebut? Hendaklah ia membangun tekad yang kuat di atas keikhlasan, kesungguhan niat serta tidak main-main. Bahkan ada sebagian ulama yang menambahkan syarat yang keempat, yaitu tidak mengulangi perbuatan dosa tersebut. sehingga kapan saja seseorang mengulangi perbuatan dosanya, jelaslah bahwa taubatnya tidak benar.

Apa hukum memastikan seseorang itu akan masuk surga atau neraka ?
(Oleh : Syaikh Al Munajid)
Kaidah dalam Manhaj Ahlus Sunnah Wal Jama'ah bahwa kesaksian bahwa seseorang itu akan masuk surga atau nereka merupakan perkara akidah, yang harus didasarkan kepada dalil-dalil kitab maupun sunnah, tidak boleh hanya berdasarkan akal saja. Apabila syara' -yaitu Al-Kitab dan As Sunah- telah memastikan masuknya seseorang ke dalam surga atau neraka, maka kita wajib memastikannya pula. Karena itu kita berharap agar perbuatan baik akan mendapatkan surga, dan mengkhawatirkan perbuatan jahat akan mendapat neraka. Dan hanya Allah lah yang tahu akhir segala sesuatu. Persaksian tentang masuknya seseorang ke dalam surga atau neraka terbagi menjadi dua :

PERTAMA: Persaksian secara umum. Persaksian ini berhubungan dengan kriteria tertentu, seperti mengucapkan, "Barangsiapa berbuat syirik besar, maka ia telah kafir dan telah keluar dari agama, dan akan masuk neraka." Seperti pula ucapan, "Barangsiapa berpuasa pada bulan Ramadhan dengan keimanan dan pengharapan pahalanya, niscaya akan diampuni baginya dosa-dosanya yang telah lampau. " "Haji mabrur tidak ada pahala lain kecuali surga." Demikian seterusnya, dan hal-hal semacam ini banyak kita dapati di dalam Al-Qur'an maupun Al-Hadits.

Apabila ditanya: "Apakah orang yang berdoa kepada selain Allah dan memohon pertolongan kepadanya, dia akan masuk surga atau neraka ? Maka kita jawab, "Dia telah kafir dan akan masuk neraka, jika telah jelas buklti-bukti bahwa ia melakukannya, dan meninggal dalam keadaan masih demikian."

Jika ditanya, "Bila seseorang melaksanakan haji, tidak berbuat kekejian, tidak mengucapkan ucapan-ucapan yang kotor, kemudian ia meninggal setelah haji, kemana ia akan dimasukkan ?" Jawabnya, "Ia akan masuk surga."

Atau persaksian seperti "Barangsiapa yang akhir ucapannya adalah kalimat tauhid (laa ilaaha illallaaah) maka ia akan masuk surga." Demikian seterusnya. Persaksian jenis ini bukan untuk perseorangan, tapi untuk kriteria.

KEDUA: Persaksian untuk orang tertentu atau perseorangan. Memastikan orang tertentu atau nama seseorang bahwa ia akan masuk surga atau neraka, hukumnya tidak boleh, kecuali bagi orang yang telah diberitahu oleh Allah ta'ala, atau rasulnya, bahwasanya seseorang tertentu itu masuk surga atau neraka.

Barangsiapa Allah dan Rasul-Nya telah bersaksi bahwa ia merupakan ahli surga, maka ia betul-betul merupakan ahli surga, seperti sepuluh orang yang diberi kabar gembira akan masuk surga (Al-Asyratul Mubasysyaruna bil Jannah), yang utamanya adalah empat khulafur rasyidin, yaitu Abu BakarAsh Shiddiq, Umar bin Khaththab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib radhiallahu anhum.

Barangsiapa yang syara' telah bersaksi tentang masuknya ia dalam neraka, maka ia merupakan ahli neraka, seperti Abu Lahab dan istrinya, Abu Thalib, Amr bin Luhay dan sebagainya. Kita memohon kepada Allah ta'ala agar menjadikan kita sebagai ahli surga.
Yang Mengeluarkan Seseorang Dari Islam
Allah telah mewajibkan bagi seluruh hambanya untuk masuk ke dalam Islam dan berpegang teguh dengan ajaran-Nya dan menjauhi segala sesuatu yang menyimpang darinya. Ia juga telah mengutus Muhammad untuk berdakwah terhadap hal tersebut, dan juga telah mengabarkan bahwa barang siapa yang mengikutinya maka dia telah mendapatkan hidayah, namun barang siapa yang menolak dakwahnya maka ia telah tersesat. Dan Allah telah memperingatkan dalam banyak ayat-ayat Al-qur'an tentang hal-hal yang menyebabkan segala jenis kesyirikan, kemurtadan dan kekafiran.

Para ulama telah menerangkan dan membahas hukum seorang muslim yang murtad dari agamanya dapat disebabkan oleh berbagai macam sebab yang membatalkan keislamannya, yang menyebabkan darah dan hartanya menjadi halal dan Ia dinyatakan keluar dari Islam. Namun yang lebih berbahaya dan sering terjadi adalah 10 hal yang dapat membatalkan keislaman yang disebutkan oleh Syeik Muhammad Bin Abdul Wahab serta ulama lainnya. Dan saya akan menjelaskan secara singkat akan hal ini, agar kita berhati-hati dan mengingatkan orang lain dengn harapan agar kita selamat dari hal-hal tersebut.

Syirik dalam beribadah kepada Allah. Firman Allah,

"sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa selain dari syirik itu bagi siapa yang di kehendaki-Nya."

(an Nisa': 116).

"Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan padanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang dzalim itu seseorang penolongpun."
(Al Maidah: 72).

Termasuk dalam poin ini adalah berdo'a kepada orang yang sudah mati dan minta bantuan kepada mereka atau bernadzar dan berkurban untuk mereka.

Menjadikan sesuatu sebagai perantara dengan Allah dimana seseorang berdo'a dan meminta syafaat serta bertawakal kepada sesuatu tersebut, orang yang berbuat hal seperti ini telah kafir secara ijma'.
Siapa yang tidak mengafirkan orang-orang musrik atau meragukan kekafiran mereka atau membenarkan ajaran mereka. Maka orang yang berkeyakinan seperti ini juga telah kafir.
Siapa yang meyakini bahwa petunjuk selain Rasulullah saw lebih sempurna dari petunjuk beliau, atau meyakini bahwa hukum selain hukum beliau lebih baik dari selain hukumnya, seperti orang-orang yang lebih mengutamakan hukum thagut dari hukum Allah, maka orang yang berkeyakinan seperti ini juga telah kafir.
Siapa yang membenci sebagian dari ajaran Rasulullah, meskipun ia tetap mengamalkannya, maka ia telah kafir. Berdasarkan firman Allah,
"Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka benci kepada apa yang diturunkan Allah (Al Qur'an) lalu Allah menghapuskan (pahala-pahala) amal-amal mereka."

Siapa yang memperolok-olok salah satu ajaran yang dibawa oleh Rasulullah saw. Atau memperolok-olok pahala dan siksaan yang diperoleh maka ia juga kafir. Dan dalil yang menunjukkan hal tersebut adalah firman Allah,

"Katakanlah wahai (Muhammad), 'Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kalian selalu berolok-olok?' tidak usah kalian minta ma'af, karena kalian kafir sesudah beriman."
(At Taubah: 65-66)

Perbuatan sihir dengan segala bentuknya. Maka barang siapa yang melakukan perbuatan ini dan meridhainya, maka ia telah kafir. Sebagaimana firman Allah,

"Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syetan-syetan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya syetan-syetan itulah yang kafir (mengerjakan syihir). Mereka mengajarkan syihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum mengatakan, 'Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kalian kafir'. Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan istrinya. Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudlarat dengan sihirnya kepada seorangpun kecuali dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu yang memberi mudlarat kepadanya dan tidak memberi manfaat. Demi, sesungguhnyaa mereka telah meyakini bahwa barangsiapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah keuntungan baginya diakhirat dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui."
(Al Baqoroh: 102)

Mendukung dan membantu orang-orang musrik untuk mencelakakan kaum muslimin. Hal ini dilandasi oleh firman Allah,

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mengambil orang-orang yahudi dan nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (kalian), sebagian mereka adalah pemimpin bagi sebagian yang lain. Barang siapa diantara kalian mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zhalim."
(Al Maidah: 51)

Orang yang meyakini bahwa ada golongan manusia tertentu yang dibolehkan keluar dari syari'ah Muhammad. Maka orang yang meyakini hal ini telah kafir, berdasarkan firman Allah,

"Di antara ahli kitab ada orang yang jika kalian mempercayakan kepadanya harta yang banyak, dikembalikannya kepada kalian dan diantara mereka ada orang yang jika kalian mempercayakan kepadanya satu dinar, tidak dikembalikannya kepada kalian, kecuali jika kalian selalu menagihnya. Yang demikian itu lantaran mereka mengatakan, 'tidak ada dosa bagi kami terhadap orang-orang ummi.' Mereka berkata dusta terhadap Allah, padahal mereka mengetahui."
(Al Imran: 75)

Berpaling dari agama Allah dengan wujud tidak mempelajarinya dan tidak mengamalkannya. Didasarkan pada firman Allah,

"Dan siapakah yang lebih zhalim dari pada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat tuhan-Nya, kemudian ia berpaling daripadanya? Sesungguhnya kami akan memberikan pembalasan kepada orang-orang yang berdosa."
(As Sajdah: 32).

Dan tidak ada perbedaan antara pelaku-pelaku sepuluh hal tersebut diatas, baik ia dalam keadaan main-main, bersungguh-sungguh, atau karena takut ketika melakukannya -kecuali orang yang dipaksa untuk melakukannya-. Semuanya adalah bahaya yang sangat besar dan sangat sering terjadi. Maka hendaknya setiap muslim dapat menghindarinya dan selalu menghawatirkan dirinya dari hal-hal tersebut. Kita kemudian berlindung kepada Allah dari segala sesuatu yang dapat mendatangkan kemurkaan dan adzabnya yang sangat pedih. Sholawat dan salam semoga selalu terlimpah atas manusia terbaik, Muhammad serta atas para kerabat dan sahabatnya.

Ya Allah,semoga taubat kami adalah taubat yang diterima Allah...amin
wassalam

Selasa, 15 September 2009

Ketentuan Berjilbab

Renungan Ayat:

Allah Subhana Wa ta'ala berfirman;
Hai Nabi,katakanlah kepada isteri-isterimu,anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal,karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS Al-Ahzab:59)


Katakanlah kepada laki-laki yg beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya,dan memelihara kemaluannya, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yg mereka perbuat".
Katakanlah kepada wanita yg beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya,dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka,atau ayah mereka,atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yg mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yg tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita), atau anak-anak yg belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kaki mereka agar diketahui perhiasan yg mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yg beriman supaya kamu beruntung. (Q.S An Nuur :30-31)


Beberapa ketentuan jilbab syar'i yang dikutif oleh Abu Mushlih dari "Jilbab Wanita Muslimah" karya Syaikh Albani;

1) Pakaian muslimah itu harus menutup seluruh badan,kecuali wajah dan kedua telapak tangan (Al Ahzab: 59 & An nuur: 31),

2) Harus longgar,tidak ketat,tidak tipis,dan tidak sempit yg mengakibatkan lekuk-lekuk tubuhnya yg transparan,

3) Bukan busana perhiasan yg justru menarik perhatian,

4) Tidak diberi wangi-wangian atau parfum,

5) Tidak menyerupai pakaian laki-laki,

6) Tidak menyerupai pakaian orang-orang kafir,

7) Bukan untuk mencari popularitas,


Semoga kita semua senantiasa dalam lindungan Allah Subhana Wa ta'ala dan Semoga Allah Subhana wa ta'ala mengampuni dosa-dosa kita, karena Allah Maha Pengasih l

Jika laki-laki menangis

Jika kamu menyentuh hatinya saat
dia menangis,
Dia akan tinggal bersamamu sepanjang
hidupmu!

Jika kamu membiarkannya pergi,
Dia tidak akan pernah kembali lagi
menjadi dirinya yang dulu!
Selamanya...

Seorang lelaki tidak akan menangis
dengan mudah,
Kecuali didepan orang yang amat dia
sayangi..Dia menjadi lemah!

Seorang lelaki tidak akan menangis
dengan mudah,
Hanya jika dia sangat menyayangimu,
Dia akan menurunkan rasa egoisnya!

Wanita,
Jika seorang lelaki pernah menangis
karena mu,
Tolong sentuh hatinya dengan pengertian.
Dia adalah orang yang akan tetap
bersamamu, sepanjang hidupmu!

Wanita,
Jika seorang lelaki menangis karenamu.
Tolong jangan menyia-nyiakannya!
Mungkin karena keputusanmu,
kau merusak kehidupannya!

Saat dia menangis didepanmu,
Saat dia menangis karnamu,
Peluklah jiwanya!

Dapatkah kau rasakan
sakit yang dirasakannya?

Pikirkan...
Lelaki mana lagikah yang akan
menangis dengan murni, dihadapanmu!!!

Senin, 14 September 2009

Tabarruj wanita-Tanggung jawab laki-laki

Renungan Ayat:

"Wahai orang-orang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu."
(At Tahrim: 6)


Tabarruj - Memamerkan Aurat

Bila seorang wanita tidak memakai penutup kepala maka ia telah bertabarruj. Bila ia membiarkan lengan tangannya tidak terbungkus kain maka ia telah bertabarruj. Bila ia mempertontonkan betisnya dinikmati orang maka ia telah bertabarruj. Apatah lagi jika aurat wanita itu malah dilombakan. Kontes bibir indah, leher indah, betis indah, rambut indah dsb. Semua itu tak syak lagi, termasuk tabarruj. Pendeknya, tabarruj, sebagaimana dikatakan Imam Al Bukhari adalah perbuatan wanita yang memamerkan segala kecantikan yang dimili-kinya.

Tabarruj diambil dari akar kata al buruj yang berarti bangunan benteng, istana atau menara yang menjulang tinggi. Wanita yang bertabarruj berarti wanita yang menampakkan tinggi-tinggi kecantikannya, sebagaimana benteng atau istana atau menara yang menjulang tinggi-tinggi.

Tabarruj adalah perbuatan nista yang tegas-tegas diharamkan Allah.

Allah berfirman: "Katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara mereka, atau putera-putera saudara-saudara perempuan mereka." (An Nur; 31)

Tidak Tahu Malu.
Wanita yang bertabarruj kurang lebih sama dengan orang yang menawarkan kecantikannya untuk dinikmati orang lain. Ia menjajakannya di jalan-jalan, di pasar-pasar dan di berbagai tempat pertemuan. Laksana seorang penjual gula-gula yang menghiasi barang dagangannya dengan warna-warni yang menarik dan kertas-kertas yang mengkilat, sehingga mengundang perhatian dan membangkitkan selera.

Demikianlah, wanita yang bertabarruj biasanya memoles bibirnya dengan lipstik, memakai parfum yang wanginya menyengat hidung, mengena-kan pakaian warna-warni, ketat dan pendek, jalannyapun melenggak-lenggok. Bila berbicara suaranya dibuat mendesah agar bisa memikat dan menyihir laki-laki.

Lisanul hal (fakta diri wanita) itu seakan berkata kepada setiap laki-laki yang ditemuinya: "Tidakkah kau pandang kecantikanku ini ? Apakah ada yang senang berkencan dan bersetubuh denganku ?" Duhai, sebegitu rendahkah harga wanita? Sebegitu tebalkah kegelapan menyelimuti hatinya sehingga tak sebersitpun punya rasa malu bahkan malah bangga dengan kemaksiatannya? Sebegitu kuatkah wanita menahan perasaannya, padahal konon wanita adalah makhluk paling perasa? Sebegitu kokohkah jiwanya sehingga tak merasa risi ketika sorot nanar mata setiap lelaki singa menghunjam lekat pada tubuhnya ingin menerkam dirinya? Atau malah merasa ni'mat dengannya? Na'udzu-billah.

Nabi bersabda: "Jika memang tak tahu malu, lakukanlah setiap apa yang kamu mau", demikian kemurkaan Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam.

Kecantikan Sejati.
Biasanya, yang memotivasi wanita bersolek dan berhias adalah agar dirinya dikatakan dan dipandang cantik oleh laki-laki sehingga tertarik padanya. Maka, untuk mengejar target cantik ini wanita terkadang rela mengorbankan segalanya, bahkan hingga reputasinya sebagai wanita muslimah yang terhormat.

Di sini, banyak wanita yang lupa tentang kecantikan sejati. Mereka mati-matian membentuk dan mengolesi setiap anggota tubuhnya dengan bahan kosmetika. Benarkah dengan demikian mereka menjadi cantik? Tidak, tetapi malah sebaliknya. Bibir basah yang diolesi lipstik merah menyala adalah seperti anjing yang baru menjilat darah mengalir. Pipi kemerah-merahan dan alis yang berbentuk bulan sabit mengingatkan kita pada alis-alis setan yang digambarkan dalam berbagai dongeng. Kuku yang dicat merah, seperti kuku binatang pemakan daging yang tercelup oleh darah binatang mangsanya. Sedang melakukan telanjang dada, lengan, betis, buah dada membuat lelaki sulit membedakan antara dirinya dengan seorang pelacur.

Mengapa manusia memperburuk diri? Segala sesuatu yang melewati batas akan menjadi sebaliknya. Kecantikan yang hakiki adalah karya Allah, Dzat yang mencipta segala sesuatu secara cermat dan sempurna.

Seorang pelukis yang piawai adalah yang mampu meniru kecermatan ciptaan Allah. Dia mencoba memperhatikan unsur-unsur alaminya dari segala sudut secara sempurna. Kalau sampai dia berlebihan, atau mengubah salah satu warna atau menempatkan satu bagian tidak pada tempatnya maka akan berantakanlah pekerjaannya.

Demikian pula wanita. Sudah berapa banyak wanita yang mengotori kecantikannya dengan bersolek secara berlebih-lebihan? Sudah berapa banyak wanita yang menjadi korban alat-alat kosmetika, ingin mempercantik diri tapi malah menjadi tertawaan orang?

Kecantikan yang sesungguhnya adalah kecantikan alami. Warna merah rona wanita yang timbul dari rasa malu, jauh lebih indah dan tak tertandingi oleh warna merah kosmetik yang terbaik sekalipun. Bagaimanapun juga, tangan manusia tidak akan mampu meniru kecantikan yang diciptakan oleh Allah.

Daya Tarik Wanita.
Sebagian wanita mengira kecantikan adalah daya tarik satu-satunya yang bisa menawan setiap lelaki. Karena itu, seharian yang diurusnya adalah bagaimana bisa tampil cantik dan memamerkan keindahan tubuhnya. Benar, dengan penampilannya yang cantik dan erotis ia akan bisa memikat banyak laki-laki. Tetapi keterpikatan itu bukan untuk sesuatu yang suci. Sebaliknya, untuk tenggelam bersama wanita tersebut dalam syahwat dan lumpur dosa. Selanjutnya sikap demikian itu akan menjadi bumerang bagi wanita itu sendiri. Karena yang hampir pasti dilakukan laki-laki itu adalah seperti dikatakan pepatah "habis manis sepah dibuang".

Di samping, adakah laki-laki yang mau 'barang' bekas? Para lelaki akan beranggapan, jika wanita itu dengan mudahnya melanggar perintah Allah dengan bertabarruj maka tak menutup kemungkinan ia juga berani melakukan yang lebih jauh dari itu. Akibatnya, tak seorang lelakipun yang menyuntingnya sebagai isteri. Bahkan lelaki seburuk apapun akhlaknya, ia akan lebih memilih wanita yang suci dan terhormat daripada wanita yang tiap hari sudah 'dicicipi' oleh semua mata dan syahwat.

Identitas Wanita Suci dan Terhormat.
Allah berfirman:"Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuan-mu dan isteri-isteri orang mukmin, hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah dikenal, karena itu mereka tidak diganggu..."
(Al Ahzab: 59)

Sebelum turunnya ayat ini, sebelum dikenalnya WC, para wanita muslimah -seperti yang lain- juga buang hajat di padang terbuka. Sebagian orang mengira kalau dia adalah budak. Ketika diganggu, wanita muslimah itu berteriak lalu laki-laki itu pun kabur. Kemudian mereka mengadukan peristiwa tersebut kepada Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam sehingga turunlah ayat di atas.

Hal ini menegaskan, wanita yang memamerkan auratnya dan mempertontonkan kecantikan dan kemolekan tubuhnya lebih berpotensi menjadi korban pelecehan seksual bahkan perkosaan. Sebab dengan begitu, ia telah membangkitkan nafsu seksual laki-laki.

Adapun wanita muslimah, ia senantiasa berjilbab, membungkus dan menyembunyikan kecantikan dan perhiasannya. Tidak ada yang kelihatan daripadanya selain telapak tangan dan wajah menurut suatu pendapat. dan pendapat lain mengatakan, tidak boleh terlihat dari diri wanita tersebut selain matanya saja.

Allah mensyariatkan jilbab agar menjadi benteng bagi wanita dari gangguan orang lain. Jilbab adalah lambang ketakwaan dan Islam. Jilbab adalah bukti masih adanya rasa malu. Jilbab adalah pagar kehormatan dan kesucian. Dan ia pula merupakan identitas wanita suci dan terhormat.

Termasuk Tanggung Jawab Laki-laki.
Pelaku tabarruj tentu wanita. Namun itu bukan berarti laki-laki lepas tanggung jawab daripadanya. Sebab, dampak buruk tabarruj tak saja bagi wanita yang bersangkutan, tetapi juga segenap masyarakat.

Bahkan kalau secara jujur diakui, sumber bencana tabarruj ini adalah kaum laki-laki yang tidak becus memikul tanggung jawab sebagai pemimpin wanita. Dan itu timbul karena kebodohannya atau pura-pura bodoh. Padahal mereka dituntut untuk menjaga wanita baik selaku ayah, suami atau saudara sebagaimana Rasul Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda "Masing-masing kamu adalah pemimpin, dan setiap kamu bertanggung jawab atas kepemimpinannya." (HR. Al Bukhari dan Muslim)

Mereka diperintahkan memperhatikan dan mendidik akhlak, agama, kepentingan dunia dan akherat wanita. Dan itu salah satu tugas kepemimpinan laki-laki atas wanita, sebagaimana firman Allah: "Kaum laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita."
(An Nisa': 34)
Wanita yang rusak di antaranya karena didorong dan diberi peluang oleh ayah atau suami yang juga rusak dan tidak mengenal Allah.

Betapa banyak anak wanita yang sengsara dan celaka karena disesatkan oleh ayahnya sendiri, sehingga dia tidak mengenal agama dan tidak mengenal rasa malu. Berapa banyak anak wanita yang merana hidupnya karena ayahnya lemah kemauan dan menjadi budak nafsunya sendiri. Dia hanya kenal Islam dan Iman kepada Allah dan KitabNya. Dia hanya sekedar shalat, puasa dan membaca Al Qur'an, tetapi tidak menyuruh yang baik dan mencegah yang mungkar. Buktinya dia sangat mendukung tabarruj dan membenci jilbab. Jilbab dianggapnya belenggu yang menghalangi kebebasan puterinya mempertontonkan kecantikan dan kemolekan tubuhnya. Konon, yang demikian itu ia lakukan karena rasa cinta dan kasihan kepada puterinya agar bisa menikmati kehidupan remajanya. Lalu, sesudah agak besar, sang ayah melemparkannya ke dalam pelukan seorang suami yang sama bejatnya. Sang suami dan sang ayah sepakat untuk menyesatkan. Dalam gandengan ayah dan suaminya dia menuju ke Neraka Jahim.

Apakah itu cinta jika Anda menyodorkan puteri Anda menjadi sasaran murka dan siksaan Allah? Mengapa Anda tidak selamatkan puteri Anda dari cengkeraman setan? Sesungguhnya Anda dan kita semua orang beriman wajib merealisasikan seruan Allah: "Wahai orang-orang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu." (
At Tahrim: 6)

Sumber:
Ni'mah Rasyid Ridha

Minggu, 13 September 2009

Laki-laki

Renungan Ayat:

"Kaum laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita."
(An Nisa': 34)

Ketika penulis surfing untuk mencari referensi tentang kedudukan laki-laki dalam islam di paman google ternyata hasil yang di dapat adalah begitu banyaknya result yang menerangkan tentang peranan wanita,kedudukan wanita,kodrat wanita dll tentang wanita...,daripada site tentang laki-laki.
sampai-sampai kebingungan juga mau posting tentang laki-laki.Terkadang penulis heran juga,kenapa gak banyak yang menulis tentang peranan laki-laki dalam islam?kalau yang saya tau,para ulama memang sepakat bahwa wanita adalah makhluk yang paling di muliakan dalam islam,walaupun dalam sisi lain ada yang menerangkan bahwa penghuni terbanyak di neraka adalah wanita.Sebegitu pentingkah peranan wanita sehingga perlu diatur sedemikian rupa?

Islam sangat memuliakan wanita.
Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa pernah ada seorang laki-laki datang kepada Rasulullah dan berkata, “Wahai Rasulullah, siapa orang yang paling berhak bagi aku untuk berlaku bajik kepadanya?” Nabi menjawab, “Ibumu.” Orang itu bertanya lagi, “Kemudian setelah dia siapa?” Nabi menjawab, “Ibumu.” Orang itu bertanya lagi, “Kemudian setelah dia siapa?” Nabi menjawab, “Ibumu.” Orang itu bertanya lagi, “Kemudian setelah dia siapa?” Nabi menjawab, “Ayahmu.”
(HR. Bukhari, Kitab al-Adab no. 5971 juga Muslim, Kitab al-Birr wa ash-Shilah no. 2548)

Wanita Adalah Sumber Segala Fitnah.
Bila wanita sudah keluar batas dari kodratnya karena melanggar hukum-hukum Allah . Keluar dari rumah bertamengkan slogan bekerja, belajar, dan berkarya. Meski mengharuskan terjadinya khalwat (campur baur dengan laki-laki tanpa hijab), membuka auratnya (tanpa berjilbab), tabarruj (berpenampilan ala jahiliyah), dan mengharuskan komunikasi antar pria dan wanita dengan sebebas-bebasnya. Itulah pertanda api fitnah telah menyala.

Bila fitnah wanita telah menyala, ia merupakan inti dari tersebarnya segala fitnah-fitnah yang lainnya.
Allah berfirman (artinya): “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia untuk condong kepada syahwat, yaitu wanita-wanita, anak-anak dan harta yang banyak … .”
(Ali Imran: 14).
Al Hafizh Ibnu Hajar berkata: “Sesunggunya fitnah wanita merupakan fitnah yang terbesar dari selainnya …, karena Allah menjadikan para wanita itu sebagai sumber segala syahwat. Dan Allah meletakkan para wanita (dalam bagian syahwat) pada point pertama (dalam ayat di atas) sebelum yang lainnya, mengisyaratkan bahwa asal dari segala syahwat adalah wanita.”
(Nashihati Linnisaa’i: 114)

Waduwh...tu kan malah jadi ngomongin wanita lagi.
Gantian ah...buat laki-laki neh.

CIRI-CIRI LAKI-LAKI SOLEH:

Tidak banyak syarat yang dikenakan oleh Islam untuk seseorang LAKI-LAKI untuk menerima gelar soleh, dan seterusnya menerima pahala syurga yang penuh kenikmatan dari Allah s.w.t. Alasannya tentu sudah terbahas diatas tadi,bahwa wanitalah yang memegang peranan penting dalam kehidupan.

Bagi laki-laki,Mereka hanya perlu memenuhi 2 syarat saja yaitu:
> 1. Taat kepada Allah dan RasulNya
> 2. Menjadi pemimpin bijak kepada ISTERI

Perincian dari dua syarat di atas adalah sebagai berikut:

1. Taat kepada Allah dan RasulNya
Bagaimana yang dikatakan taat kepada Allah s.w.t. ?
- Mencintai Allah s.w.t. dan Rasulullah s.a.w. melebihi dari segala-galanya.
- Wajib menutup aurat
- Tidak berhias dan berperangai seperti LAKI-LAKI jahiliah
- Tidak bermusafir atau bersama dengan WANITA dewasa kecuali ada
bersamanya
- Sering membantu WANITA dalam perkara kebenaran, kebajikan dan
taqwa
- Berbuat baik kepada ibu & bapa
- Sentiasa bersedekah baik dalam keadaan susah ataupun senang
- Tidak berkhalwat dengan WANITA dewasa
- Bersikap baik terhadap tetangga

2. Bijak kepada ISTERI
- Memelihara kewajiban terhadap ISTERI
- Menjaga kehormatan diri dan ISTERInya.
- Menjaga ISTERI dari fitnah.
- Mendengar nasehat ISTERInya dalam kebenaran
- Tidak menerima tamu yang dibenci ISTERInya.
- Sentiasa memelihara diri, kebersihan fisik & KETAMPANANNYA serta rumah tangganya.

FAKTOR YANG MERENDAHKAN MARTABAT LAKI-LAKI:


Sebenarnya puncak rendahnya martabat LAKI-LAKI adalah datang dari faktor dalam. Bukanlah faktor luar atau yang berbentuk material sebagaimana yang digembar-gemborkan oleh para pejuang hak-hak palsu LAKI-LAKI.

Faktor-faktor tersebut ialah:

1) Lupa mengingat Allah

Kerana terlalu sibuk dengan tugas dan kegiatan luar, maka tidak heran jika banyak LAKI-LAKI yang tidak menyadari bahwa dirinya telah lalai dari mengingat Allah. Dan saat kelalaian ini pada hakikatnya merupakan saat yang paling berbahaya bagi diri mereka, di mana syetan akan mengarahkan hawa nafsu agar memainkan peranannya.

Firman Allah s.w.t. di dalam surah al-Jathiah, ayat 23: artinya:
" Maka sudahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmunya.Dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya. "

Sabda Rasulullah s.a.w.: artinya:
"Tidak sempurna iman seseorang dari kamu, sehingga dia merasa cenderung kepada apa yang telah aku sampaikan."
(Riwayat Tarmizi)

Mengingati Allah s.w.t. bukan saja dengan berzikir, tetapi termasuklah menghadiri majlis-majlis ilmu.

2) Mudah tertipu dengan keindahan dunia
Keindahan dunia dan kemewahannya memang banyak menjebak LAKI-LAKI ke perangkapnya. Bukan itu saja, malahan syetan dengan mudah memperalatkannya untuk menarik kaum WANITA agar sama-sama bergelimang dengan dosa dan noda. Tidak sedikit yang sanggup durhaka kepada Allah s.w.t. hanya kerana kenikmatan dunia yang terlalu sedikit.

Firman Allah s.w.t. di dalam surah al-An'am: artinya:
" Dan tidaklah penghidupan dunia ini melainkan permainan dan kelalaian dan sesungguhnya negeri akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa, oleh karena itu tidakkah kamu berfikir."


3) Mudah terpedaya dengan syahwat

4) Lemah iman

Laki-laki itu ter-qodar jadi pemimpinnya wanita, itu adalah mutlak namun memimpin pada hal-hal yang tidak membawa kemaksiatan.

"Masing-masing kamu adalah pemimpin, dan setiap kamu bertanggung jawab atas kepemimpinannya."
(HR. Al Bukhari dan Muslim)



Subhanallah,ternyata penulis telah lalai selama ini.
ya robb .. .ampuni aku yg tidak tau diri membiarkan waktu ini berlalu begitu saja.
saat tersadar...ternyata hanya tersisa waktu sekejap untuk menyesal dan hanya bisa memohon diberi kesempatan kembali lagi, lagi, lagi...
karena aku hanyalah makhluk yang lalai.
Semoga Allah menerima taubat kita semua.
amin

Sabtu, 12 September 2009

Buat wanita solehah

Renungan Ayat:

“Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji,laki-laki yang keji untuk wanita yang keji pula.Wanita-wanita yang baik untuk laki-laki yang baik,dan laki-laki yang baik untuk wanita yang baik pula..”

(QS.An-Nur : 26)

Seorang Wanita Solehah selalu memperhatikan betul Pakaiannya... Berusaha menutup auratnya dengan pakaian yang longgar sehingga tak ada sedikitpun bagian tubuh (sensual) yang terbentuk oleh pakaiannya. Dengan berpakaian seperti ini Seorang wanita akan terjaga dari Pandangan Nakal serta nafsu birahi. So... Pakaian merupakan identitas diri...

Buat wanita solehah,


Wanita solehah...jagalah auratmu,
Pagari pergaulanmu,
jadikan sifat malu sebagai pengikat diri,
Seindah perhiasan di dunia ini.

Keayuan wanita solehah itu,
tidak terletak pada kecantikan wajahnya,
Kemanisan wanita solehah,
tidak terletak pada kemanjaannya,
Daya tarik wanita solehah itu,
Bukan pada kemanisan bicaranya yang menggoncang iman para muslimin,
Dan bukan pula terletak pada kebijaksanaannya bermain lidah, membujuk rayu,

Bukan dan tidak sama sekali!

Nilai dari wanita solehah,
Bukan pada keindahan lahir atau pujian orang lain,
Tapi pada perjuangannya meningkatkan martabat agama.

Nafsu mengatakan wanita cantik dengan paras rupa yang indah bak permata yang menghiasi alam,
Akal mengatakan wanita cantik atas kemajuan dan kekebalannya dalam ilmu serta pandai dari segala aspek,
Hati menyatakan kecantikan wanita hanya pada akhlaknya,
Itupun seandainya hati itu bersih untuk menilai.

Wahai wanita jangan berbangga dengan kecantikan lahiriahmu,
karena suatu hari nanti ia hanya akan lapuk di telan zaman,
Tetapi jaga dan peliharalah kecantikan bathinmu,
Agar diri ini bersih dan senantiasa mendapat Rahmat illahi,

Wahai wanita jangan berbangga dengan ilmu duniawi yang kau kuasai,
karena ada lagi manusia yang lebih berpengetahuan darimu,
Wahai wanita jangan pula berdukacita atas kekurangan dirimu,
karena ada lagi insan yang lebih malang darimu,
Wahai wanita solehah jangan risau akan jodohmu,
Karena muslimin yang bijaksana itu tidak akan terpaut pada wanita hanya karena kecantikannya,
Bersyukurlah diatas apa yang ada,
Serta berusaha demi keluarga, bangsa dan agama.


Pesan penulis,
wahai wanita solehah...jangan kecil hati jika parasmu tak seelok yang engkau kehendaki. Karena laki-laki yang soleh akan tetap memilihmu. Tetap jaga akhlaqmu. Akhlaq akan lebih abadi demi mencapai kedamaian dalam bahtera rumah tangga.Sedangkan fisik hanya sekilas waktu.
Yakinlah bahwa Allah telah mentakdirkan laki-laki yang soleh bagi dirimu ya ukhti.
"Wanita-wanita yang baik untuk laki-laki yang baik"
"والمرأة هي جيدة بالنسبة للرجال الذين جيدا"

Jumat, 11 September 2009

Wanita

Renungan Ayat:

"Barangsiapa mengawini seorang wanita karena memandang kedudukannya maka Allah akan menambah baginya kerendahan, dan barangsiapa mengawini wanita karena memandang harta-bendanya maka Allah akan menambah baginya kemelaratan, dan barangsiapa mengawininya karena memandang keturunannya maka Allah akan menambah baginya kehinaan, tetapi barangsiapa mengawini seorang wanita karena bermaksud ingin meredam gejolak mata dan menjaga kesucian seksualnya atau ingin mendekatkan ikatan kekeluargaan maka Allah akan memberkahinya bagi isterinya dan memberkahi isterinya baginya."
(HR. Bukhari)

“...wanita (istri) yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka)...”
(QS. an-Nisa: 34).

Kesalehan di sini terkait erat dengan “kekhususan” yang dimiliki oleh wanita. Apa yang telah disebutkan merupakan sesuatu yang paling saleh di dalam dirinya.

Imam ath-Thabari mengutip perkataan Abu Ja’far, mendefinisikan “wanita salehah” sebagai “wanita yang istiqomah dalam menjalankan agama dan giat melaksanakan kewajiban.”

Imam Fakhruddin ar-Razi menafsirkan ayat di atas dengan dua pengertian: Pertama, wanita salehah adalah yang qaanitaat (taat kepada Allah) dan haafidzaat lil ghaibi (memelihara diri ketika suaminya tidak ada). Di sini kesalehan wanita menuntut penunaian hak Allah terlebih dahulu, baru kemudian hak suami.

Kedua, status wanita bisa dilihat pada saat suami berada di rumah dan di luar rumah. Saat suami berada di rumah, sikap dan perilaku istri yang salehah digambarkan oleh Allah sebagai qanitat. Artinya, ia menjalankan hak-hak suami.

Sekilas firman Allah ini memang hanya berbentuk informasi, namun sesungguhnya yang ingin ditekankan di sini adalah perintah untuk menaati.

Jadi, seorang wanita (baca: istri) disebut salehah jika ia menaati suaminya, sebab Allah Swt. berfirman, “Ash-shalihaat qaanitaat” (wanita salehah ialah mereka yang taat). Kata sandang alif dan lam dalam “ash” berfungsi menyeluruh. Konsekuensinya, siapa pun wanita yang ingin disebut salehah maka ia wajib patuh dan taat.

Al-Wahidi lebih lanjut menegaskan bahwa lafadz qaanitaat mengindikasikan ketaatan secara umum, menyangkut ketaatan kepada Allah dan suami.

Sementara ketika suami berada di luar rumah, tingkah laku wanita salehah digambarkan oleh Allah Swt. sebagai haafidzat lil ghaib. Artinya, mereka mampu menjaga konsekuensi-konsekuensi ketiadaan suami mereka di rumah. Pertama, ia dapat memelihara diri dari godaan zina, hingga suaminya tidak menanggung malu akibat perbuatan nistanya. Kedua, ia bisa menjaga dan mengurus harta-benda suaminya dari tangan-tangan jahil. Ketiga, ia bisa menjaga rumah suaminya sebagaimana mestinya.

Nabi Saw. bersabda, “Sebaik-baik istri adalah yang menyenangkan jika kamu pandang, yang patuh jika kamu suruh, dan yang menjaga harta-benda dan dirimu jika kamu tidak ada (di rumah).” Kemudian beliau membaca ayat di atas.

Mengenai firman Allah “bi maa hafidzallah”, Imam Fakhruddin ar-Razi mengatakan bahwa firman ini memiliki dua pengertian: Pertama, “maa” di sini berfungsi sebagai “alladzi” (isim maushuul) dengan membuang kata ganti (al ‘aa’id ilaih), sehingga direka menjadi “bi alladzi hafizhallahu lahunna” (dengan apa yang telah Allah pelihara untuk mereka). Artinya, istri salehah berkewajiban memelihara hak-hak suami, sebagai timbal balik kebaikan Allah dalam memelihara hak-hak mereka pada suami mereka, di mana Dia memerintahkan suami mereka untuk bersikap adil terhadap mereka; memperlakukan mereka dengan baik dan memberi mereka mahar. Jadi dalam firman “bi maa hafidzallah” ini berlaku hukum kompensasi.

Kedua, “maa” di sini berfungsi sebagai “ma mashdariyyah” (yang tidak memiliki peran apa-apa), sehingga rekaannya adalah “bi hifdzillah”. Jika mengacu pada redaksi ini maka ada dua pengertian:

Wanita-wanita salehah itu bisa memelihara diri di tengah ketiadaan suami mereka, karena Allah memelihara mereka dan mereka tidak kuasa memelihara diri kecuali dengan taufik Allah. Pemaknaan demikian termasuk redaksi penyandaran mashdar pada faa’il.

Wanita salehah itu bisa memelihara diri di tengah ketiadaan suaminya lantaran ia memelihara Allah, atau lebih tepatnya karena mereka konsisten dalam menjaga batasan-batasan Allah dan perintah-perintah-Nya. Dengan kata lain, tanpa berusaha konsisten menjalankan beban-beban kewajiban Allah (taklif) dan bergiat menjaga perintah-perintah-Nya, seorang wanita (istri) tidak akan menaati suaminya.

Hadits-hadits lain yang membicarakan ketaatan istri kepada suaminya, dapat disebut beberapa di antaranya:

Dalam hadits tentang kisah delegasi kaum wanita, mereka menyebutkan tentang pahala yang diperoleh para lelaki dengan jihad, kemudian mereka bertanya, “Bagaimana kami dapat memperoleh keutamaan seperti demikian?” Maka Rasulullah Saw. bersabda, “Sampaikan kepada para wanita yang kalian jumpai bahwa mentaati suami dan menunaikan hak-haknya dapat menyamai semua keutamaan itu…” (HR. al-Bazaar dan Thabrani)

“Apabila seorang wanita telah mengerjakan sholat lima waktu, puasa bulan ramadhon, menjaga kemaluannya, mentaati suaminya, maka akan dikatakan kepadanya: ‘Masuklah jannah dari pintu manapun yang engkau suka’.”

(Shahih al-Jami’ al-Kabir)

“Siapa saja wanita yang meninggal sementara suaminya ridho terhadapnya maka ia pasti masuk jannah.”
(HR. Ibnu Majah dan al-Hakim)

“Tidak ada perkara yang lebih bagus bagi seorang mukmin setelah bertakwa kepada Allah daripada istri yang shalihah, bila ia menyuruhnya maka ia menaatinya, bila memandangnya membuat hati senang, bila bersumpah (agar istrinya melakukan sesuatu), maka ia melakukannya dengan baik, dan bila ia pergi maka ia dengan tulus menjaga diri dan hartanya.”
(HR. Ibnu Majah)

“Seandainya aku boleh memerintahkan seseorang untuk sujud kepada orang lain (sesama makhluk) niscaya aku perintahkan seorang istri untuk sujud kepada suaminya. Dan tidaklah seorang istri dapat menunaikan seluruh hak Allah Azza wa Jalla terhadapnya hingga ia menunaikan seluruh hak suaminya terhadapnya. Sampai-sampai jika suaminya meminta dirinya (mengajaknya bersenggama) sementara ia sedang berada di atas pelana (yang dipasang di atas unta) maka ia harus memberikannya (tidak boleh menolak).” (HR. Ahmad).

Anas berkata, “Para Sahabat Rasulullah Saw. jika menyerahkan seorang wanita kepada suaminya, maka mereka memerintahkan isteri agar berkhidmat kepada suaminya dan memelihara haknya.”

Ummu Humaid berkata, “Para wanita Madinah, jika hendak menyerahkan seorang wanita kepada suaminya, pertama-tama mereka datang kepada 'Aisyah dan memasukkannya di hadapannya, lalu dia meletakkan tangannya di atas kepalanya seraya mendo'a-kannya dan memerintahkannya agar bertakwa kepada Allah serta memenuhi hak suami.”

'Amr bin Hajar, Raja Kindah, meminang Ummu Ayyas binti 'Auf. Ketika dia akan dibawa kepada suaminya, ibunya, Umamah binti al-Haris menemui puterinya lalu berpesan kepadanya dengan suatu pesan yang menjelaskan dasar-dasar kehidupan yang bahagia dan kewajibannya kepada suaminya yang patut menjadi undang-undang bagi semua wanita. Ia berpesan: “Wahai puteriku, engkau berpisah dengan suasana yang darinya engkau keluar, dan engkau beralih pada kehidupan yang di dalamnya engkau naik untuk orang yang lalai dan membantu orang yang berakal. Seandainya wanita tidak membutuhkan suami karena kedua orang tuanya masih cukup dan keduanya sangat membutuhkanya, niscaya akulah orang yang paling tidak membutuhkannya. Tetapi kaum wanita diciptakan untuk laki-laki, dan karena mereka pula laki-laki diciptakan.

Wahai puteriku, sesungguhnya engkau berpisah dengan suasana yang darinya engkau keluar dan engkau berganti kehidupan, di dalamnya engkau naik kepada keluarga yang belum engkau kenal dan teman yang engkau belum terbiasa dengannya. Ia dengan ke-kuasaannya menjadi pengawas dan raja atasmu, maka jadilah engkau sebagai abdi, niscaya ia menjadi abdimu pula. Peliharalah untuknya 10 perkara, niscaya ini akan menjadi kekayaan bagimu. Pertama dan kedua, tunduk kepadanya dengan qana'ah (merasa cukup), serta mendengar dan patuh kepadanya. Ketiga dan keempat, memperhatikan mata dan hidungnya. Jangan sampai matanya melihat suatu keburukan darimu, dan jangan sampai mencium darimu kecuali aroma yang paling harum.

Kelima dan keenam, memperhatikan tidur dan makannya. Karena terlambat makan akan bergejolak dan menggagalkan tidur itu membuat orang marah. Ketujuh dan kedelapan, menjaga hartanya dan memelihara keluarga dan kerabatnya. Inti perkara berkenaan dengan harta ialah menghargainya dengan baik, sedangkan berkenaan dengan keluarga ialah mengaturnya dengan baik.

Kesembilan dan kesepuluh, jangan menentang perintahnya dan jangan menyebarkan rahasianya. Karena jika engkau menyelisihi perintahnya, maka hatinya menjadi kesal dan jika engkau menyebar-kan rahasianya, maka engkau tidak merasa aman terhadap pengkhianatannya. Kemudian janganlah engkau bergembira di hadapannya ketika dia bersedih, dan jangan pula bersedih di hadapannya ketika dia bergembira.”

Seseorang menikahkan puterinya dengan keponakannya. Ketika ia hendak membawanya, maka dia berkata kepada ibunya, “Perintahkan kepada puterimu agar tidak singgah di kediaman (suaminya) melainkan dalam keadaan telah mandi. Sebab, air itu dapat mencemerlangkan bagian atas dan membersihkan bagian bawah. Dan janganlah ia terlalu sering mencumbuinya. Sebab jika badan lelah, maka hati menjadi lelah. Jangan pula menghalangi syahwatnya, sebab keharmonisan itu terletak dalam kesesuaian.”

Ketika al-Farafishah bin al-Ahash membawa puterinya, Nailah, kepada Amirul Mukminin 'Utsman bin 'Affan Ra., dan beliau telah menikahinya, maka ayahnya menasihatinya dengan ucapannya, “Wahai putriku, engkau didahulukan atas para wanita dari kaum wanita Quraisy yang lebih mampu untuk berdandan darimu, maka peliharalah dariku dua hal ini: bercelaklah dan mandilah, sehingga aromamu adalah aroma bejana yang terguyur hujan.”Abul Aswad berkata kepada puterinya, “Jangalah engkau cemburu, sebab kecemburuan itu adalah kunci perceraian. Berhiaslah, dan sebaik-baik perhiasan ialah celak. Pakailah wewangian, dan sebaik-baik wewangian ialah menyempurnakan wudhu.”

Ummu Ma'ashirah menasihati puterinya dengan nasihat berikut ini yang telah diramunya dengan senyum dan air matanya: “Wahai puteriku, engkau akan memulai kehidupan yang baru… Suatu kehidupan yang tiada tempat di dalamnya untuk ibumu, ayahmu, atau untuk seorang pun dari saudaramu. Engkau akan menjadi teman bagi seorang pria yang tidak ingin ada seorang pun yang menyekutuinya berkenaan denganmu hingga walaupun ia berasal dari daging dan darahmu. Jadilah engkau sebagai isteri, wahai puteriku, dan jadilah engkau sebagai ibu baginya. Jadikanlah ia merasa bahwa engkau adalah segalanya dalam kehidupannya dan segalanya dalam dunianya. Ingatlah selalu bahwa suami itu anak-anak yang besar, jarang sekali kata-kata manis yang membahagia-kannya. Jangan engkau menjadikannya merasa bahwa dengan dia menikahimu, ia telah menghalangimu dari keluargamu.

Perasaan ini sendiri juga dirasakan olehnya. Sebab, dia juga telah meninggalkan rumah kedua orang tuanya dan meninggalkan keluarganya karenamu. Tetapi perbedaan antara dirimu dengannya ialah perbedaan antara wanita dan laki-laki. Wanita selalu rindu kepada keluarganya, kepada rumahnya di mana dia dilahirkan, tumbuh menjadi besar dan belajar. Tetapi dia harus membiasakan dirinya dalam kehidupan yang baru ini. Ia harus mencari hakikat hidupnya bersama pria yang telah menjadi suami dan ayah bagi anak-anaknya. Inilah duniamu yang baru, wahai puteriku. Inilah masa kini dan masa depanmu. Inilah mahligaimu, di mana kalian berdua bersama-sama menciptakannya.

Adapun kedua orang tuamu adalah masa lalu. Aku tidak me-mintamu melupakan ayah dan ibumu serta saudara-saudaramu, karena mereka tidak akan melupakanmu selama-lamanya. Wahai sayangku, bagaimana mungkin ibu akan lupa belahan hatinya? Tetapi aku meminta kepadamu agar engkau mencintai suamimu, mendampingi suamimu, dan engkau bahagia dengan kehidupanmu bersamanya.”

Kapankah Menolak Perintah Suami?
Kita tidak boleh tunduk pada suami yang memerintah kepada kemaksiatan meskipun hati kita begitu cinta dan sayangnya kepada suami. Jika kewajiban patuh pada suami sangatlah besar, maka apalagi kewajiban mematuhi Allah, tentu lebih besar lagi. Allahlah yang menciptakan kita dan suami kita, kemudian mengikat tali cinta diantara sang istri dan suaminya. Namun perlu diketahui, bukan berarti kita harus marah-marah dan bersikap keras kepada suami jika ia memerintahkan suatu kemaksiatan kepada kita, tetapi cobalah untuk menasehatinya dan berbicara dengan lemah lembut, siapa tahu suami tidak sadar akan kesalahannya atau sedang perlu dinasehati, karena perkataan yang baik adalah sedekah.

Berikut ini beberapa contoh perintah suami yang tidak boleh kita taati karena bertentangan dengan perintah Allah:

1. Menyuruh Kepada Kesyirikan
Tidak layak bagi kita untuk menaati suami yang memerintah untuk melakukan kesyirikan seperti menyuruh istri pergi ke dukun, menyuruh mengalungkan jimat pada anaknya, ngalap berkah di kuburan, bermain zodiak, dan lain-lain. Ketahuilah saudariku, syirik adalah dosa yang paling besar. Syirik merupakan kezaliman yang paling besar (lihat QS. Luqman: 13). Bagaimana bisa seorang hamba menyekutukan Allah sedang Allah-lah yang telah menciptakan dan memberi berbagai nikmat kepadanya? Sungguh merupakan sebuah penghianatan yang sangat besar!

2. Menyuruh Melakukan Kebid’ahan

Nujuh bulan adalah acara yang banyak dilakukan oleh masyarakat ketika calon ibu genap tujuh bulan mengandung si bayi. Ini adalah salah satu dari sekian banyak amalan yang tidak ada contohnya dari Rasulullah Saw.. Walaupun begitu banyak masyarakat yang mengiranya sebagai ibadah sehingga merekapun bersemangat mengerjakannya. Ketahuilah wahai saudariku muslimah, jika seseorang melakukan suatu amalan yang ditujukan untuk ibadah padahal Nabi Saw. tidak pernah menyontohkannya, maka amalan ini adalah amalan yang akan mendatangkan dosa jika dikerjakan. Ketika sang suami menyuruh istrinya melakukan amalan semacam ini, maka istri harus menolak dengan halus serta menasehati suaminya.

3. Memerintah untuk Melepas Jilbab
Menutup aurat adalah kewajiban setiap muslimah. Ketika suami memerintahkan istri untuk melepas jilbabnya, maka hal ini tidak boleh dipatuhi dengan alasan apapun. Misalnya sang suami menyuruh istri untuk melepaskan jilbabnya agar mendapatkan pekerjaan dengan gaji yang lumayan, hal ini tentu tidak boleh dipatuhi. Bekerja diperbolehkan bagi muslimah (jika dibutuhkan) dengan syarat lingkungan kerja yang aman dari ikhtilat (campur baur dengan laki-laki) dan kemaksiatan, tidak khawatir timbulnya fitnah, serta tidak melalaikan dari kewajibannya sebagai istri yaitu melayani suami dan mendidik anak-anak. Dan tetap berada di rumahnya adalah lebih utama bagi wanita (Lihat QS. al-Ahzab: 33). Allah telah memerintahkan muslimah berjilbab sebagaimana dalam QS. al-Ahzab: 59. Perintah Allah tidaklah pantas untuk dilanggar, karena tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat kepada Sang Pencipta.

3. Mendatangi Istri Ketika Haidh atau dari Dubur
Rasulullah Saw. telah bersabda, “…dan persetubuhan salah seorang kalian (dengan istrinya) adalah sedekah.” (HR. Muslim)

Begitu luasnya rahmat Allah hingga menjadikan hubungan suami istri sebagai sebuah sedekah. Berhubungan suami istri boleh dilakukan dengan cara dan bentuk apapun. Walaupun begitu, Islam pun memiliki rambu-rambu yang harus dipatuhi, yaitu suami tidak boleh mendatangi istrinya dari arah dubur, sebagaimana Rasulullah Saw. bersabda, “(Boleh) dari arah depan atau arah belakang, asalkan di farji (kemaluan).” (HR. Bukhari dan Muslim)

Maka ketika suami mengajak istri bersetubuh lewat dubur, hendaknya sang istri menolak dan menasehatinya dengan cara yang hikmah. Termasuk hal yang juga tidak diperbolehkan dalam berhubungan suami istri adalah bersetubuh ketika istri sedang haid. Maka perintah mengajak kepada hal ini pun harus kita langgar. Hal ini senada dengan sabda Nabi Saw., “Barangsiapa yang menjima’ istrinya yang sedang dalam keadaan haid atau menjima’ duburnya, maka sesungguhnya ia telah kufur kepada Muhammad.” (HR. Tirmidzi, Abu Daud, Ibnu Majah, dan Ad-Darimi)

Demikian uraian singkat dari Quran Surat an-Nisa ayat 34 tentang definisi wanita salehah. Semoga definisi yang telah digariskan al-Quran dapat menjadi bagian dari akhlak seorang muslimah, terutama mereka yang sudah berkeluarga.

Followers

 

Copyright © 2009 by Nursamsi

Terkadang orang yang paling kita cintai adalah orang yang paling menyakiti hati kita,karena itu berikanlah cinta sejati kita hanya kepada Allah SWT.Karena Dia-lah yang Maha Mencintai ummat-Nya.Forever!