Ini hanya untuk diriku sendiri.
Tapi jika anda kebetulan membacanya, semoga Allah memberikan kebaikan bagi seseorang yang mendengar perkataanku, lalu mengamalkannya, menghafal dan menyampaikannya. Karena bisa jadi orang yang membawa pengetahuan tidak lebih faham dari orang yang disampaikan.

Sabtu, 29 Agustus 2009

Melanggar Janji Demi Kebaikan

Renungan ayat:

"Jika engkau bersumpah, kemudian engkau melihat sesuatu yang lebih baik dari sumpah tersebut, maka batalkanlah sumpahmu (dengan membayar denda) dan kerjakanlah sesuatu yang lebih baik dari sumpahmu itu". [Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim]

Seseorang yang bersumpah untuk melakukan sesuatu atau meninggalkan sesuatu kemudian dia melanggar sumpahnya demi kebaikan harus bertaubat kepada Allah dan membayarkan kaffarahnya, yaitu memilih salah satu dari tiga hal:

- Memberi makan sepuluh orang miskin.
- Atau memberi pakaian kepada mereka.
- Atau memerdekakan seorang budak.

Kalau tidak sanggup salah satu dari ketiga hal tersebut, maka kaffarahnya adalah puasa selama tiga hari.

Allah berfirman:
"Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi Dia menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpah yang kamu sengaja, maka kaffarat (melanggar) sumpah itu, ialah memberi makan sepuluh orang miskin, yaitu dari makanan yang biasa kamu berikan kepada keluargamu, atau memberi pakaian kepada mereka atau memerdekakan seorang budak. Barang siapa tidak sanggup melakukan yang demikian, maka kaffaratnya puasa selama tiga hari. Yang demikian itu adalah kaffarat sumpah-sumpahmu bila kamu bersumpah (dan kamu langgar). Dan jagalah sumpahmu. Demikianlah Allah menerangkan kepadamu hukum-hukum-Nya agar kamu bersyukur (kepada-Nya)." (QS. Al-Maa'idah: 89)

Sebagai contoh pengalaman saya ketika sebelumnya pernah bersumpah pada pasangan saya untuk selalu bersama dan tak akan pernah untuk putus hubungan. Tapi pada kemudian hari pasangan saya tersebut ternyata berselingkuh dan akhirnya kami berpisah. Dalam kasus tersebut sudah jelas bahwa saya melanggar janji/sumpah saya untuk tidak berpisah.
(Semoga Allah mengampuni segala kesalahan saya!!!)

Namun bagaimana jika dalam kasus bersumpah dengan nama Allah hanya untuk menutupi dusta?

Bersumpah palsu dengan menyebut nama Allah adalah diharamkan dari dua sisi. Pertama bahwa ini adalah kebohongan, dan kebohongan adalah diharamkan. Kedua, kebohongan ini disandingkan dengan sumpah, sedangkan sumpah adalah pengagungan kepada Allah . Apabila sumpahnya untuk suatu kebohongan maka berarti di dalamnya terkandung sikap menganggap kurang terhadap Allah Subhanahu wa Ta'ala karena menjadikan nama-Nya sebagai penguat kebohongan, oleh karena itu bersumpah dengan menyebut nama Allah untuk suatu kebohongan menurut sebagian ulama termasuk sumpah palsu yang menyebabkan pelakunya terjerumus kepada dosa, kemudian ke neraka.

Adapun bersumpah secara jujur dengan menyebut selain nama Allah maka ini diharamkan karena satu alasan yaitu syirik akan tetapi keburukan syirik lebih besar dari pada keburukan berbohong dan lebih besar pula dosanya dari pada keburukan bersumpah dengan menyebut nama Allah untuk kebohongan Dan lebih besar pula dosanya dari pada sumpah palsu apabila kita katakan bahwa bersumpah dengan menyebut nama Allah untuk kebohongan termasuk sumpah palsu, karena syirik itu dosanya tidak akan diampuni.
Allah berfirman :" Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik." (QS. An Nisa : 116).

Na'udzubillah...
Apakah dosanya hilang jika kita bertaubat?
Wallaahualam...Taubatanasuha saja!Berharap Allah mengurangi dosa kita sedikit demi sedikit.

AllahWallaahul Musta'aan.

Hukum berdusta

Renungan Ayat:

"Terkutuklah orang yang banyak berdusta"

(QS. Adz dzaariyaat:10)

"Suatu khianat besar jika kamu berbicara pada kawanmu dan dia mempercayaimu sepenuhnya padahal dalam pembicaraan itu kamu berbohong padanya."

(HR. Ahmad &abu dawud)

"Seorang mukmin memiliki tabiat atas segala sifat aib, kecuali khianat dan dusta."
(HR. Al baazaar)


Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas'ud r.a,

dari Nabi saw. bersabda: "Hendaklah kalian bersikap jujur karena kejujuran akan membawa kepada kebaikan dan kebaikan dapat mengantarkan ke surga. Sesungguhnya seseorang senantiasa jujur sehingga ditulis sebagai seorang yang jujur. Dan sesungguhnya dusta dapat menyeret kepada kejahatan dan kejahatan dapat menyeret ke dalam neraka. Sesungguhnya seseorang senantiasa berdusta hingga ditulis di sisi Allah sebagai pendusta,"
(HR Bukhari [6094]).

Diriwayatkan dari Abdullah bin Amr bin al-Ash r.a,

bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: "Ada empat sifat jika keempatnya ada pada diri seseorang berarti ia orang munafik tulen. Dan apabila ia memiliki salah satu dari empat sifat ini berarti ia memiliki satu sifat munafik hingga ia meninggalkan sifat itu: Apabila diberi amanah ia berkhianat, jika berbicara ia dusat, jika berjanji ia ingkari, dan jika bertengkar ia berbuat jahat,"
(HR Bukhari [34] dan Muslim [58]).

Diriwayatkan dari Samurah bin Jundab r.a, ia berkata,

Rasulullah saw. bersabda: "Aku melihat orang yang mendatangiku dan mereka berkata, 'Orang yang engkau lihat mulutnya dikoyak tadi adalah seorang pendusta. Ia berbohong hingga kebohongannya tersebut dibebankan kepadanya sampai mencapai ufuk. Ia diberi beban seperti itu hingga hari kiamat',"
HR Bukhari [6096]).

Banyak lagi hadits-hadits yang termasuk dalam bab ini.


Kandungan Bab:

1. Dusta adalah memberitakan sesuatu yang berbeda dengan kejadian yang sebenarnya baik dilakukan dengan sengaja ataupun karena ketidak tahuan. Hanya saja jika dilakukan karena tidak tahu maka tidak berdosa. Allahu a'lam.

2. Sangat diharamkan berkata dusta dan bahaya menganggap remeh perbuatan dusta, karena dusta merupakan sebab dari segala kejahatan.

3. Barangsiapa dengan sengaja berdusta maka hal itu akan menjadi sifatnya.

4. Dusta memiliki banyak bab, antara lain: menertawai anak-anak, seperti dikatakan kepada mereka, 'Ambilah!' padahal sebenarnya ia tidak mau memberikannya kepada anak-anak tersebut, mengaku kenyang padahal ia sedang lapar, bercerita dusta untuk membuat orang-orang tertawa, dan lain-lain.

Tentang semua perkara di atas tercantum jelas dalam hadits-hadits Rasulullah saw.

5. An-Nawawi berkata, "Ketahuilah! Walaupun hukum asal dusta itu haram, tetap boleh dilakukan pada beberapa keadaan dengan beberapa persyaratan yang telah saya jelaskan dalam kitab al-Adzkaar."

Ringkasannya, bahwa ucapan merupakan perantara untuk mencapai tujuan. Setiap tujuan baik yang dapat dicapai dengan tanpa berdusta maka diharamkan melakukan dusta. Namun jika tidak dapat dicapai kecuali dengan cara berdusta maka boleh melakukan dusta. Kemudian apabila tujuan yang akan dicapai hukumnya mubah maka dusta disini jua hukumnya mubah, dan apabila tujuan yang dicapai berhukum wajib maka hukum berdusta di sini juga berhukum wajib. Apabila seorang muslim bersembunyi dari kejaran seorang zhalim yang ingin membunuhnya atau merampas hartanya, lantas si zhalim itu bertanya kepada seoseorang dimana muslim itu bersembunyi maka orang itu wajib menyembunyikannya. Jika muslim itu menitipkan sesuatu kepada orang itu maka wajib untuk menyembunyikannya. Yang terbaik dalam masalah ini dengan menggunakan tauriyah. Tauriyah adalah menggunakan suatu kalimat (yang disamarkan maksudnya) dengan tujuan yang benar dan tidak dikatakan dusta jika dipahami menurut si pembicara. Walaupun secara konteks bahasanya seakan-akan berdusta jika dinilai dari apa yang dipahami oleh orang yang diajak bicara. Jika ia tidak menggunakan tauriyah, tetap menggunakan kalimat yang jelas kedustaannya maka dalam kondisi seperti ini hukumnya adalah haram.

Para ulama membolehkan dusta pada kondisi seperti ini berdalil dengan hadits Ummu Salamah r.a, bahwasanya ia pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda, "Tidak disebut pendusta orang yang mendamaikan perselisihan di antara manusia, kemudian ia menceritakan kebaikan atau mengatakan suatu hal yang baik," (HR Bukhari dan Muslim).

Dalam riwayat tersebut Imam Muslim menambahkan, Ummu Kultsum berkata, "Aku tidak pernah mendengar beliau memberikan dispensasi dusta dalam pembicaraan kecuali pada tiga tempat: Untuk mendamaikan manusia, perbincangan seorang suami dengan isterinya, dan perbincangan seorang isteri kepada suaminya," (Lihat Riyaduhs Shalihin [III/69]).

Sumber: Diadaptasi dari Syaikh Salim bin 'Ied al-Hilali, Al-Manaahisy Syar'iyyah fii Shahiihis Sunnah an-Nabawiyyah, atau Ensiklopedi Larangan menurut Al-Qur'an dan As-Sunnah, terj. Abu Ihsan al-Atsari (Pustaka Imam Syafi'i, 2006), hlm. 3/291-292.

Kamis, 27 Agustus 2009

Belajar ikhlas

Renungan Ayat
"Barangsiapa memberi karena Allah, menolak karena Allah, mencintai karena Allah, membenci karena Allah, dan menikah karena Allah, maka sempurnalah imannya." (HR. Abu Dawud)

"Barangsiapa memurkakan (membuat marah) Allah untuk meraih keridhaan manusia maka Allah murka kepadanya dan menjadikan orang yang semula meridhoinya menjadi murka kepadanya. Namun barangsiapa meridhokan Allah (meskipun) dalam kemurkaan manusia maka Allah akan meridhoinya dan meridhokan kepadanya orang yang pernah memurkainya, sehingga Allah memperindahnya, memperindah ucapannya dan perbuatannya dalam pandanganNya." (HR. Aththabarani)


Ikhlas, sebuah kata yang sederhana tapi sarat akan makna dan kebanyakan orang sulit untuk melakukannya secara sungguh-sungguh dalam kehidupan sehari-harinya. termasuk saya, ilmu ikhlas sangatlah sulit untuk dipelajari dan diaplikasikan tapi bukan suatu hal yang mustahil. semuanya harus melalui suatu proses yang panjangnya relatif bagi tiap orang, mungkin ada butuh bertahun-tahun sampai akhirnya menemui makna dari ikhlas dan mampu menerapkan didalam hidupnya. tapi ada pula yang dalam waktu singkat mampu memahami makna dari sikap ikhlas ini dan jumlah orang semacam ini sangat sedikit sekali ( mungkin saya tidak termasuk didalamnya).

Sekitar 1 tahun yang lalu, saya pernah membaca sebuah buku yang berjudul Quantum Ikhlas, Teknologi Aktivasi Kekuatan Hati. didalam buku ini dijelaskan secara ilmiah apa itu Ikhlas dan membahas mengenai kemudahan dalam mencapai dan memahami apa,seperti apa, dan bagaimana mencapai keikhlasan yang sejati. Dalam salah satu Babnya dikatakan bahwa untuk mencapai titik ikhlas yang ada dalam diri kita, kita harus bisa menurunkan gelombang otak kita ke level Alpha. Itulah garis besar dari isi buku Quantum Ikhlas, mengajarkan pembacanya untuk memasuki tingkat kesadaran yang lebih tinggi, yaitu Alpha dengan metode yang belakangan saya ketahui bernama Binaural Beat. Secara teori memang gampang mempelajari ilmu ikhlas, tapi jangan harap bisa dengan mudah menerapkannya dalam hidup sehari-hari. Seperti kisah saya yang berikut.


sebelum saya bercerita saya ingin menuliskan mengenai makna ikhlas buat saya, ikhlas buat saya berarti menyerahkan segala urusan duniawi kita kepada Allah,meyakini itu adalah yang terbaik dari Allah dan melupakannya sebagai sebuah kepasrahan kita kepada Allah serta yakin Allah akan menggantinya dengan sesuatu yang sama dan bahkan lebih baik.

Sekitar beberapa waktu yang lalu saya mengalami kejadian yang sangat menguji kadar keikhlasan saya kepada Allah. Disaat saya yakin pada hati, disaat semua terasa indah, disaat hati saya mantap sama orang yang sangat saya cintai. saya harus merelakan orang itu. Entah apa yang ada di pikirannya, tiba2 semua kebohongannya terungkap. dua orang laki2 ternyata telah menjalin hubungan dengan dia di belakang saya. Sungguh sakit!! entah orang macam apa yang tega mencuri satu2nya harta yang merasa saya punya di dunia ini.Entah salah siapa.Namun yang pasti kecewa,sayang bercampur sedih tak bisa diungkapkan.dan yang paling menyakitkan,belakangan baru saya tau bahwa kekasih yang slama 2 tahun menemani saya ternyata tidak mencintai saya.terbukti dari sikapnya yang ingin mundur dari hubungan kami ketika saya mencoba memberinya kesempatan.

Saat itu kadar keihklasan saya diuji, seberapa ikhlas kah saya dengan kehilangan orang yang paling saya cintai, yang selama ini saya anggap paling penting dalam hari? ada hikmah dalam setiap kejadian, itulah yang selalu saya tanamkan kedalam hati. walau tidak mempan tapi terus kucoba sampai kata-kata itu meresap di hati.

Tapi kenapa dari kejadian itu saya belum menemui titik terang atau ganti dari sesuatu yang hilang itu? jawabannya adalah karena saya belum benar-benar ikhlas dengan kehilangan itu, karena sampai sekarang pun saya masih sering membayangkan "seandainya hubungan kami masih bla bla bla bla...... "( saya mendapat jawaban ini ketika habis melakukan Deep Sleep) ternyata ini masalanya, memang saya belum ikhlas sepenuhnya. dari kejadian ini telah membuka mata saya tentang bagaimana dan apa itu ikhlas dan efeknya bagi kehidupan.

maka dari itu marilah kita belajar untuk mengikhlaskan segala permasalahan kita pada Allah SWT. karena dia yang mendatangkan cobaan/masalah maka hanya kepada-Nya lah kita wajib meminta pertolongan dan menyerahkan masalah kita kepadanya.

Rabu, 26 Agustus 2009

Kemampuan Untuk menilai kekurangan kita

Akuilah bahwa fisik kita ini pas-pasan, wajah kita ini tidak lebih ganteng dari Robinson Crusoe, atau postur tubuh kita tidak begitu terpahat bagus dibandingkan Ade Rai agar kita tak dihinggapi oleh perasaan menyesal atas karunia Allah yang diberikan Oleh-Nya.

Akui saja kalau apa yang nampai cantik atau Nampak ganteng adalah lipstick atau topeng agar bisa dilihat oleh orang lain untuk menyembunyikan orang lain.
Jika suatu saat kita bercermin di pagi hari saat kita baru saja bangun tidur, perhatikan dengan seksama wajah kita masing-masing wajah yang kusut, rambut yang kotor, tubuh yang berbau tak sedap dan ada aroma yang tidak menyenangkan dari mulut kita. Wajah kusut yang kita lihat di cermin dan penampilan yang tidak rapi menunjukkan ketidaksempurnaan kita.

Setiap orang harus mencuci muka dipagi hari, menggosok gigi, dan merapikan diri.Hal ini mengingatkan orang yang telah dekat dengan ajaran Al Quran bahwa dia tidaklah berbeda dengan orang lain, dan hanya allah yang tidak memiliki kekurangan.
Kemampuan untuk menilai kekurangan diri inilah yang hilang dalam kehidupan kita, kebanyakan dari kita justru ingin kelihatan lebih ganteng, lebih cantik dari orang lain. Akibatnya pola pikir yang kita anut selama ini salah, kita berupaya memperbaiki segala kekurangan fisik kita padahal kekurangan fisik itu bagaimanapun canggihnya teknologi mengatasinya, seiring hukum alam akan selalu berkurang, pastinya karena tua dan sebab lainnya.

Kita tak perlu marah jika kekurangan fisik atau penampilan kita yang disindir sebab jasad kita ini nantinya dimakan cacing begitu kita mati, tetapi kita harus berupaya membenahinya jika memang kita kurang dalam melakukan ibadah kepada Allah. Selama ini justru sebaliknya, orang merasa tersinggung jika kekurangannya ditampakkan, tetapi orang merasa tenang jika ada teman yang menasehati kita untuk selalu memperbaiki shalat dan ibadah kita yang lain.

Pepatah mengatakan tak ada gading yang tak retak, sehebat apapun manusia itu tetap tak luput dari kekurangan, hanya Allah yang Maha Sempurna, hanya Allah yang maha tahu agar kita bergantung padanya untuk menambal kekurangan kita, tetapi yang perlu kita benahi adalah kekurangan akan amal-amal ibadah yang kurang sempurna atau kurang ikhlas berserah padanya itu yang harus kita perbaiki.

Belajar untuk berlega hati menilai kekurangan kita tanamkan dalam hati agar kita bisa lebih baik lagi dari hari kemarin, dan ini diperlukan dalam kehidupan kita agar kita tidak menjadi orang yang celaka.

Selasa, 25 Agustus 2009

Dengki dan Dendam

Allah berfirman:
"Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang di karuniakan Allah kepada sebagian kamu lebih banyak dari sebagian yang lain. (karena) bagi seorang laki-laki ada bagian daripada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah yang maha mengetahui segala sesuatu. (An-Nisa: 32)

Dendam dalam bahasa Arab di sebut hiqid, ialah "Mengandung permusuhan didalam batin dan menanti-nanti waktu yang terbaik untuk melepaskan dendamnya, menunggu kesempatan yang tepat untuk membalas sakit hati dengan mencelakakan orang yang di dendami". Berbahagialah orang yang berlapang dada, berjiwa besar dan pema 'af. Tidak ada sesuatu yang menyenangkan dan menyegarkan pandangan mata seseorang, kecuali hidup dengan hati yang bersih dan jiwa yang sehat, bebas dari rasa kebingungan dan bebas dari rasa dendam yang senantiasa menggoda manusia. Seseorang yang hatinya bersih dan jiwanya sehat, ialah mereka yang apabila melihat sesuatu nikmat yang diperoleh orang lain, ia merasa senang dan merasakan karunia itu ada pula pada dirinya. Dan apabila ia melihat musibah yang menimpa seseorang hamba Allah, ia merasakan sedihnya dan mengharapkan kepada Allah untuk meringankan penderitaan dan mengampuni dosanya.

Demikianlah seorang muslim, hendaknya selalu hidup dengan hati yang bersih dan jiwa yang sehat, rela terhadap ketentuan Allah dan terhadap kehidupan. Jiwanya bebas dari perasaan dengki dan dendam. Karena perasaan dengki dan dendam itu merupakan penyakit hati, yang dapat merembeskan iman keluar dari hati, sebagaimana merembesnya zat cair dari wadah yang bocor. Islam sangat memperhatikan kebersihan hati karena hati yang penuh dengan noda-noda kotoran itu, dapat merusak amal sholeh, bahkan menghancurkannya. Sedang hati yang bersih, jernih dan bersinar itu dapat menyuburkan amal dan dorongan semangat untuk meningkatkan amal ibadah, dan Allah memberkahi dan memberikan segala kebaikan kepada orang yang hatinya bersih. Oleh karena itu, jamaah muslimin yang sebenarnya, hendaknya jamaah yang terdiri dari orang-orang yang bersih jiwanya dan sehat hatinya, yang terdiri di atas saling cinta mencintai, saling kasih mengasihi, sayang menyayangi, yang merata, di atas pergaulan yang baik dan kerjasama yang saling menguntungkan timbal balik, di dalamnya tidak ada seorang yang untung sendiri, bahkan golongan yang semacam ini,

sebagaimana di gambarkan dalam Al-Qur'an yang artinya:
"Yang orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa 'Ya Tuhan kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau biarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang beriman, Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau maha penyantun lagi maha penyayang". (Al-Hasyr: 10).

Apabila rasa permusuhan telah tumbuh dengan suburnya, sampai berakar, dapat mengakibatkan hilangnya rasa kasih sayang dan hilangnya kasih sayang dapat mengakibatkan rusaknya perdamaian. Dan jika sudah sampai demikian, maka dapat menghilangkan keseimbangan yang pada mulanya menjurus kearah perbuatan dosa-dosa kecil, dan akhirnya dapat mengarah kepada dosa-dosa besar yang mengakibatkan turunnya kutukan Allah. Perasaan iri hati karena orang lain memperoleh nikmat kadangkala dapat menimbulkan khayalan yang bukan-bukan sampai membuat-buat kedustaan. Islam membenci perbuatan demikian dan memperingatkan jangan sampai terjerumus kedalamnya. Mencegah adanya ketegangan dan permusuhan, menurut Islam merupakan ibadah yang besar,

sebagaimana sabda Nabi saw yang artinya:
"Maukah aku beritahukan kepadamu perkara yang lebih utama dari puasa, shalat dan shadaqoh?, Jawab sahabat: "Tentu mau". Sabda Nabi saw: "yaitu mendamaikan di antara kamu, karena rusaknya perdamaian di antara kamu adalah menjadi pencukur yakni perusak agama". (HR. Abu Daud dan Turmudzi).

Syaitan kadangkala tidak mampu menggoda orang-orang pandai untuk menyembah berhala, tetapi syaitan sering juga mampu menggoda dan menyesatkan manusia, melalui celah-celah pergaulan dengan cara merusak perdamaian diantara mereka itu sendiri, sehingga dengan hawa nafsunya yang tidak terkendalikan, mereka tersesat dan tidak mengetahui hak-hak Tuhannya, bagaikan menyembah berhala. Di sinilah syaitan mulai menyalakan api permusuhan di hati manusia dan jika api permusuhan itu telah menyala, ia senang melihat api itu membakar manusia dari zaman ke zaman, sehingga turut terbakarnya hubungan dan segi-segi keutamaan manusia. Kita harus mengetahui bahwa manusia itu berbeda-beda tabiat dan wataknya, berbeda-beda kecerdasan akal dan daya tangkapnya. Karena itu dalam pergaulan dan pertemuan di lapangan kehidupan, kadangkala mereka membuat kesempatan yang mengakibatkan perselisihan dan permusuhan. Maka Islam telah memberikan cara penanggulangan mensyari'atkan penepatan akhlak yang baik, yang membuat hati mereka luluh dan sarat berpegang kepada kasih sayang. Dan Islam melarang memutuskan hubungan dan berbantah-bantahan. Memang kita sering merasakan seolah-olah kejelekan itu dilemparkan kepada kita, sehingga kita sering tidak mampu mengendalikan perasaan dan kejengkelan kita, yang apabila fikiran kita sempit, maka timbullah niat untuk memutuskan hubungan dengan si pemeluknya. Tetapi Allah tidak rela perbuatan yang demikian. Memutuskan hubungan sesama muslim dilarang,

sebagaimana sabda nabi saw yang artinya:
"Janganlah kamu putus hubungan, belakang membelakangi, benci membenci, hasut menghasut. Hendaknya kamu menjadi hamba Allah yang bersaudara satu sama yang lain (yang muslim) dan tidaklah halal bagi (setiap) muslim mendiamkan saudaranya lebih dari tiga hari". (HR. Bukhori dan Muslim).

Dalam hadits ini dinyatakan batas tiga hari, karena pada waktu tiga hari kemarahan sudah bisa reda, setelah itu wajib bagi seorang muslim, untuk menyambung kembali hubungan tali persaudaraannya dengan saudara-saudaranya sesama muslim, dan membiasakan perilaku yang utama ini. Karena putusnya tali persaudaraan ini tak ubahnya seperti awan hitam atau mendung apabila telah di hembus angin, maka hilanglah mendungnya dan cuacapun menjadi bersih dan terang kembali. Ringkasnya, hendaknya orang-orang yang mempunyai penyakit hati, seperti rasa dendam, iri hati, dan dengki selalu ingat bahwa kekuasaan Allah mengatasi segala kekuasaan. Dan hendaklah ia ingat, bahwa harta benda dan kedudukan yang bersifat duniawi itu selamanya tidak kekal. Paling jauh dan lama, sepanjang hidupnya saja, bahkan mungkin sebelum itu.

Dalam Al-Quran Allah berfirman yang artinya:
"Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang di karuniakan Allah kepada sebagian kamu lebih banyak dari sebagian yang lain. (karena) bagi seorang laki-laki ada bagian daripada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah yang maha mengetahui segala sesuatu. (An-Nisa: 32).

Jangan Pernah Putus Asa

Jangan Pernah Putus Asa

Allah swt. berfirman :

"Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir."
(QS. Yusuf : 87)

Seorang muslim yang benar adalah seorang yang mampu menanggung musibah-musibah yang dialaminya dengan teguh dan sabar dengan keyakinan bahwa Allah SWT akan memberikan hikmah yang terbaik untuknya. Seorang yang beriman, tentu mengetahui bahwa takdir Allah swt akan menjadi kebaikan baginya, baik di dunia maupun di akhirat kelak. Pahala dari sabar adalah surga. Anak, Isteri/Suami dan harta benda yang kita miliki bisa merupakan ujian dari Allah SWT dan jika suatu saat Allah berkehendak menguji atau bahkan mengambilnya kembali, tidak ada yang bisa kita lakukan kecuali bersabar dan tidak lantas berputus asa.

Allah SWT telah berfiman:
”Dan sesungguhnya akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan, Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.(Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan ”Inna lillahi wa inna ilaihi rojiun”. Mereka itulah yang mendapatkan keberkatan secara sempurna dan rahmat dari tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk ” (Al-Baqarah: 155-157).

Rasulullah SAW juga telah memperingatkan kita agar tidak berputus asa, karena dengan berputus asa, seseorang justru akan menyiksa diri sendiri.

Firman Allah :

"Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku, dan aku mengetahui dari Allah apa yang kamu tiada mengetahuinya."
(Q.S Yusuf : 86 )

Hanya kepada Allah swt. kita berserah diri dan jiwa kita yang selalu berada dalam kekuasaan-NYA.jangan pernah berputus asa, atas apa yang telah ditakdirkan Allah swt,......... karena putus asa adalah perbuatan orang2 kafir...........
mungkin menurut kita tidak baik, tapi menurut Allah swt, menyimpan hikmah yang tidak kita ketahui.........dan yang menurut kita baik, bisa jadi suatu hal yang dimurkai oleh Allah swt......
Maha benar Allah swt dengan segala firmannya.........

Senin, 24 Agustus 2009

Kalau Tidak Bisa Berkata Baik...Diamlah..!!

I. Berkatalah Dengan Baik

Kemampuan berbicara adalah salah satu kelebihan yang Allah berikan kepada manusia, untuk berkomunikasi. Ungkapan yang keluar dari mulut manusia bisa berupa ucapan baik, buruk, keji, dsb. Agar kemampuan berbicara yang menjadi salah satu ciri manusia ini menjadi bermakna dan bernilai ibadah, Allah Swt memerintahkan semua hamba-Nya agar berkata baik dan jangan sampai berkata buruk, keji, kotor dan lainnya.

Allah Swt berfirman:
“Dan katakan kepada hamba-hamba-Ku. “Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar) sesungguhnya syaitan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia.” (QS. Al-Isra: 53)

”Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik…”
(QS. An-Nahl: 125)

Rasulullah Saw bersabda:

“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata baik atau diam.” HR. Bukhari Muslim)

“ Takutlah pada neraka, walau hanya sebiji kurma. Jika kamu tidak punya maka dengan berkatalahyang baik. “ (HR. Bukhari Muslim)

“Ucapan yang baik adalah sedekah.” (HR. Muslim)


II. Jika Tidak Bisa Berkata Baik Maka Diamlah

Bahaya yang ditimbulkan oleh mulut kita sangat besar sekali, dan hampir semua dosa itu bermuara dari mulut. Sedangkan diam adalah salah satu upaya jitu agar mulut tidak menimbulkan dosa, keji dan keburukan lainnya.
Dengan demikian diam itu sangat dianjurkan bahkan sangat ditekankan dan agar seseorang mampu mengedalikan mulutnya.

Nabi Saw bersabda:
“ Barang siapa yang mampu menjamin kepadaku antara dua kumisnya (kumis dan jenggot/mulut), dan antara dua pahanya (kemaluan), saya jamin dia akan masuk sorga” (HR. Bukhari)

“Tidak akan istiqamah iman seorang hamba sehingga istiqamah hatinya. Dan tidak akan istiqamah hati seseorang sehingga istiqamah lisannya”
(HR Ahmad)

Ketika Rasulullah ditanya tentang perbuatan yang menyebabkan masuk surga, Rasulullah Saw menjawab : “Bertaqwa kepada Allah dan beraklhlah dengan akhlaq mulia”.
Dan ketika ditanya tentang penyebab masuk neraka, Rasul menjawab : “Dua lubang, yaitu mulut dan kemaluan.” (HR. Tirmidzi)
“Barang siapa yang bisa menjaga mulutnya, maka Allah akan tutupi keburukannya.” (HR. Abu Nuaim)

Ibnu Mas'ud berkata : “Tidak ada sesuatupun yang perlu lebih lama aku penjarakan dari pada mulutku sendiri.”

Abu Darda berkata : “Perlakukan telinga dan mulutmu dengan obyektif.”


Kesimpulan :

# Bahwa berkata baik sangat dianjurkan, bahkan menjadi bagian dari sifat mukmin

# Islam tidak mengenal kritikan dengan kata-kata kasar dan kotor. Apalagi diutarakan di tempat umum, bukan pada tempatnya. Islam hanya memperkenalkan Nasihat. Jadi ketika hendak mengkritik, kritiklah dengan sopan dan pada tempatnya

# Apapun kritikan pada orang lain meskipun dalam masalah agama, maka tetap saja dia telah berghibah dan ghibah itu dosa besar

# Diam adalah solusi terbaik agar tidak memperkaya diri dengan dosa

# Anggaplah semua orang lebih baik dari kita, Insya Allah hati dan mulut terjaga dari dosa atau berburuk sangka


Semoga bermanfaat

Minggu, 23 Agustus 2009

Gimana Amal Shaleh Dapat Diterima Allah?

1. Harus Ikhlas

Ikhlash yaitu:
Hanya untuk Allah Swt semata ketika melakukan ibadah atau ketaatan lainnya.

Gampangnya ikhlas itu begini seperti halnya ketika seseorang itu kencing misalnya, ia tidak lagi memikirkan bahkan tidak memperdulikan kemana air kencingnya itu mengalir.
Artinya semua ketaatan yang ia persembahkan kepada Allah Swt, ia tidak pernah menyebutnya di depan orang lain, bahkan ia menyembunyikannya. Atau ia sama sekali tidak pernah mengisyaratkan di hadapan orang lain bahwa ia telah, sedang atau akan melakukan suatu ketaatan.

Ikhlas dalam hati sedangkan raga mengikuti Sunnah Nabi merupakan dua kekuatan yang dapat menjadikan amal soleh diterima di sisi Allah Swt.

Allah Swt berfirman:

“ Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan penuh keikhlasan memurnikan ketaatan kepada-Nya …”
(QS. Al-Bayyinah: 5)

“ Kecuali hamba-hamba-Mu yang Mukhlish (Ikhlas) di antara mereka.“
(QS. Shaad: 83)

Fudhail Ibn Iyadh pernah berkata: “Seseorang yang berbuat amal soleh dan ikhlas namun ibadahnya salah, maka ibadahnya tidak diterima. Jika ibadahnya benar namun tidak ikhlas juga, maka ibadahnya pun ditolak.”

A. Bagaimana Agar Bisa Ikhlas

Ikhlas ini adanya dalam hati, ia tidak tampak dan keikhlasan itu dapat dicapai dengan beberapa cara antara lain:

# Belajar Ilmu Islam

Artinya ketika seseorang banyak belajar agama ia akan tahu apa yang terkandung dalam Al-Qur’an dan Hadist-hadist Nabi. Diantaranya akan mengetahui bagaimana ruginya jika tidak ikhlas ketika berbuat amal soleh. Pahalanya menguap, raganya capek namun tidak berbuah apa-apa.

# Banyak Berlatih (Riyadhoh)

Perolehan ikhlas itu bisa diraih dengan banyak latihan sacara kontinu.Seseorang yang jarang bersedekah dimungkinkan ia tidak ikhlas karena jarang ia lakukan. Namun ketika ia sering bersedekah sekali dalam seminggu misalnya, ia mungkin sekali bisa ikhlas nantinya ketika ia membiasakan diri dengan perbuatan itu. Contohnya seseorang yang terbiasa shalat sejak kecil, maka ketika beranjak dewasa atau berusia lanjut, ia dipastikan sudah ikhlash dalam shalatnya karena sudah terbiasa melakukannya.
Namun tidak mengapa ada perasaan ingin dipuji ketika pertama kali melakukan ketaatan, karena Ikhlas tidak mungkin diperoleh dengan instan ketika itu juga. Dan jangan pula menjadi halangan untuk tidak melakukan ketaatan karena takut riya (ingin dipuji orang). Yang penting teruskan perbuatan itu secara berkala dan sambil berlatih untuk Ikhlash.
Salah satu cara agar Ikhlash itu berusaha tidak membicarakan perbuatan kita di depan orang lain, atau tidak mengisyaratkan bahwa kita sedang, atau akan melakukan ketaatan.

# Selalu Mengingat Mati

Orang yang sadar bahwa ia akan mati, pastilah ia akan berusaha banyak melakukan ketaatan. Dan ia pasti sadar bahwa amalannya itu hanya untuk Allah semata karena ia tahu bahwa amal tanpa ikhlas tidak akan berarti apa-apa.

B. Apa Kata Mereka Tentang ikhlas??

Ya’qub pernah mengatakan: “Orang yang ikhlas itu adalah yang bisa menyembunyikan semua kebaikannya seperti halnya ia menyembumyikan keburukannya.”
Artinya kita mungkin malu menyebutkan keburukan atau dosa yang pernah kita lakukan di hadapan orang lain. Dan rahasia pribadi ini akan kita pegang erat sampai kapanpun juga, Nah begitu pula dengan ketaatan, perasaan itu pula yang seharusnya kita pegang rapat.
Ayub Mengatakan: “Mengikhlaskan diri dalam satu perbuatan bagi seseorang itu lebih sulit dari pada mengerjakan pekerjaan itu.”
Artinya ikhlas itu ringan dan tidak terasa berat dibanding perbuatan raga yang diperbuatnya. Ternyata yang ringan dan mudah itulah penentu diterima atau tidaknya pekerjaan berat itu.

Ayo kita berlatih, berlatih dan terus berlatih melakukan kebaikan setiap detik, menit dan lakukan dalam kesehariaan kita, Agar kita menjadi Mukhlis, orang yang Ikhlas. Kalau sudah Ikhlas ketaatan sekecil apapun akan berbuah lebat kelak.
Ayo, ini untuk kita, anggaplah semua orang lebih baik dari kita, dan ini sebagai latihan bagi jiwa, jangan mengkritik orang sebagus apapun ibadah kita. Yakinlah tangan dan mulut kita akan ada balasannya.

“Yaa, Allah hambaMu ini penuh lumpur dosa dan maksiat, penuh kesombongan, padahal aku sendiri sangat hina di hadapanMu. Ya Allah janganlah Kau tolak ketaatan ku yang sangat kecil ini. Karena sesungguhnya Engkau Maha Pengasih dan Penyayang..Amiin.”

Rabu, 19 Agustus 2009

Emang Lidah Tak Bertulang

Renungan Ayat

“pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan.”
(QS. Yasin: 65)

"Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungjawabannya."
(QS> al-Isra:36)

Apa Bedanya Nasihat Dan Kecaman

Ketika sang kakak menegur adiknya katakan saja namanya Itha: “ Tha, kamu jangan bo'ong lagi, ntar kamu berdosa.” Tha, cobalah kamu salat jamaah di Masjid!! Malu kan mesjid deket rumah tapi kok kagak pernah datang.”
Sejenis inilah namanya nasihat, artinya ketika sang kakak menasehati adiknya, pastilah di dalamnya sudah dikemas dalam satu paket. Paket itu sudah tersedia rasa sayang, ingin agar adiknya benar, ingin agar adiknya sukses, ingin adiknya lurus, taat dan bermacam lainya.

Nah apapun bentuknya yang dikemas dalam bentuk nasihat pastilah memiliki kriteria:

# Pasti dalam hati si pemberi nasehat ada rasa sayang bagi yang dinasehati, dan ada keinginan agar yang dinesehati menjadi baik, taat, jujur dll

# Pastilah si pemberi nesehat mencari waktu yang tepat untuk menasehati

# Si pemberi nasehat tidak akan marah meskipun yang dinasehatin tidak menerima, marah, bahkan memberi perlawanan. Tidak ada ceritanya orang tua, atau suami istri, teman dan lainnya marah jika nasehatnya tidak diterima

# Si pemberi nasehat tidak mungkin mengumbar keburukan yang dinasehatinya, seperti ketidak mungkinan seorang bapak menjelekan anaknya sendiri di hadapan orang lain, baik di Masjid sekalipun, atau tempat terbuka lainnya.

# Si pemberi nasehat akan menyembunyikan keburukan yang dinasehati seperti halnya orang tua akan menyembunyikan aib anaknya sendiri. Begitu pula seorang suami atau istri akan menyembunyikan keburukan masing-masing dan yang sejenisnya

# Pastilah ada rasa ikhlas ketika memberi nasehat seperti halnya orang tua ikhlas menasehati anaknya, nasihat antara suami istri, teman, saudara dll Tidak ada sama sekali ada kesan ingin dipuji orang lain bahwa ia telah memberi “nasihat baik”.


Singkat kata semua diatas akan menyembunyikan rahasia yang dinasehatinya, karena kalau terdengar orang, pasti dia malu juga. Karena anaknya adalah belahan jiwanya, istri atau suaminya adalah bagian hidupnya, temannya adalah bagian hidupnya pula. Jadi semuanya akan disimpan rapat.

Apa Bedanya Dengan Pengecam!!!

# Meskipun tampak seperti nasehat tapi pengecam itu terkandung dalam ucapanya ingin mempermalukan orang lain, menghina, dia lebih baik dalam agama, budi pekerti, ilmu dan lainnya. Seolah-olah ada rasa kasihan ketika memberi nasehat namun diutarakan di depan umum, di hadapan orang banyak, di masjid, dimanapun juga


# Dalam nasehatnya bahkan tidak ada solusi sama sekali, artinya antara “nesehat” dan “jalan keluar” tidak ada kaitannya sama sekali

“Celakalah bagi orang pengumpat lagi pencela,”
(QS. Humazah: 1)

“Mencela seorang muslim itu perbuatan fasiq sedangkan memeranginya adalah perbuatan kufur.” (HR.Bukhari dan Muslim)

Bagaimana Dengan Yang Diberi Nasehat?

Yang diberi nasehat terkadang menghidarkan diri kata-kata seperti, “Yah namanya manusia banyak khilafnya.” “ Allah kan Maha Pengampun, pasti deh Dia ngampunin kita.” Manusia kan nggak kayak Nabi yang nggak ngelakuin dosa.” Yah saya nggak terlalu fanatik pada agama.”
Perkataan ini misalnya diucapkan seseorang yang seakan-akan menjustifikasi bahwa dosa atau maksiat yang dilakukannya. Lumrah, cuman dosa biasa saja, orang lain juga berbuat begitu, salah atau dosa mah pasti biasa dilakukan kita dan lainnya.
Apakah tidak lebih baik langsung saja menerima bahwa yang dilakukannya dosa dan langsung taubat. Jangan biarkan lidah bermain dengan kata-kata yang akhirnya ‘mengecilkan” dosa yang diperbuatnya.


Kesimpulan


# Antara nasihat dan mengecam tampak serupa, namun berbeda, Si pemberi nasehat mengambil “petuah” Al-Qur’an dan Sunnah Nabi, berpahalan. Pemberi nasihat dilandasi rasa sayang dan ingin agar yang dinesehati baik

# Si pengecam tampak memberi nasehat namun berbuah dosa, mulut dosa, hati mulai di tumbuhi noda hitam tinggal menunggu membesar, hatinya tidak ikhlas karena ingin dipuji

# Tanyakan pada diri kita sebelum berbicara, sebelum menulis, “ Apa saya ini memberi nasihat atau mengecam??”

# Kalau saya mengecam dalam masalah agama, lihat dulu, “ Sejauh mana pengetahuan saya tentang agama? Siapa tahu yang saya nasehatin lebih baik dan lebih mulia dari saya.” Who knows??

# Dengan demikian kalau tidak bisa membedakan antara nasihat dan mengecam lebih baik diam.

# Tanyakan dalam hati pantaskah saya memberi nasehat dan tanyakan apakah orang yang diberi nasehat malu tidak. Karena yang memberi nasehat pastilah tidak akan berbicara di depan umum jika tahu orang yang dicintainya berbuat salah

# Jangan pernah usil dengan ibadah orang lain, jadikan semua nasehat itu untuk kita, langsung masukan dalam hati, Jangan langsung diukur dengan orang lain dan anggaplah orang lain lebih baik dari kita. Insya Allah hati akan selamat dari keburukan

Ghibah

Renungan Ayat
Mencela seorang muslim itu perbuatan fasiq sedangkan memeranginya adalah perbuatan kufur.(HR.Bukhari dan Muslim)

Janganlah kamu sibuk mencari keburukan orang lain, justru kamu lalai (meneliti) keburukan pada dirimu, sesungguhnya itu dua keburukan.” (Al-Qahthani)

Amrodhul Qulub: Penyakit-penyakit yang berjangkit dalam hati atau jiwa

Apa Itu Ghibah?

Apa itu Ghibah (gossip/nerumpi/mengunjing)? Yaitu, membicarakan keadaan seseorang yang sekiranya keburukan itu sampai ke telinga orang yang dibicarakannya, ia tidak suka. Meskipun yang berghibah itu tidak bermaksud memburukannya. Baik tentang jasmaninya, agamanya, kekayaannya, hatinya, akhlaknya, bentuk lahiriyahnya dan sebagainya. Caranya-pun bermacam-macam, di antaranya membeberkan aib (keburukan/cacat/kekurangan), menirukan gerak tertentu dari orang yang dijelekan dengan maksud mengolok-ngolok dsb
Jadi yang disebut ghibah/ngerumpi/ngegosip adalah obrolan yang menyangkut diri seseorang, dan obrolan itu jika di dengar oleh orang yang bersangkutan ia marah atau tersinggung. Jadi bisa jadi obrolan ini dianggap biasa-biasa saja saja tanpa maksud apa-apa , tapi orang itu bisa jadi marah!!
Ghibah pun bukan berarti benar atau tidaknya apa yang dibicarakan tapi menyangkut buruknya mulut. Artinya meskipun yang diucapkan itu fakta sebenarnya tapi dengan cara membeberkannya kepada orang lain itulah ghibah. Yang seharusnya aib atau cacat saudara kita itu harus kita sembunyikan karena ada rasa sayang dalam hati. ASeperti halnya orang tua yang selalu menyembunyikan aib anaknya atau sebaliknya, ataupun suami istri yang selalu menjaga rahasia keburukan masing-masing.

Apa dosa Ghibah?
Ghîbah adalah haram hukumnya dan jelas sekali dalilnya baik yang terdapat dalam Al-Qur’an, hadist Nabi dan kesepakatan kaum muslimin sendiri. Allah Swt berfirman:

“Allah tidak menyukai ucapan buruk (yang diucapkan) dengan terus terang kecuali oleh orang yang dianiaya. Allah adalah Maha mendengar lagi Maha mengetahui..” (QS. An-Nisa: 148)

“Celakaanlah bagi pengumpat dan pencela.”
(QS. Al-Hujurat:12)

i“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawaban.”(QS. Al-Isra: 17)

Dalam hadist Nabi saw disebutkan:

“Wahai orang yang beriman dengan lisannya yang belum sampai ke dalam hatinya, janganlah kalian mengganggu kaum muslimin, janganlah kalian menjelek-jelekkannya, janganlah kalian mencari-cari aibnya. Barang siapa yang mencari-cari aib saudaranya sesama muslim niscaya Allah akan mencari aibnya. Barang siapa yang Allah cari keburukannya, niscaya Allah akan membeberkan rahasianya meskipun di rumahnya sendiri.” (H.R. Tirmidzi dan lainnya)

Dan masih banyak dalil yang menunjukan bahwa ghibah ini sangat terlarang. Setidaknya yang harus kita waspadai bahwa pahala yang telah susah payah kita tabung selama ini, akhirnya berpindah ke orang yang kita bicarakan. Akhirnya tabungan kita selama ini ludes tidak tersisa alias bangkrut.

Beberapa Sebab Yang Dapat Menimbulkan Ghîbah

# Meluapkan kemarahannya atau kebencian kepada seseorang

# Memandang dirinya jauh lebih baik dari orang lain (sombong)

# Sering berkumpul dengan kalangan tukang gosip

# Keheranan melihat perbuatan dosa yang dilakukan orang lain
#

# Bermaksud menghina orang lain

# Sebagai pemberitahuan bahwa seseorang telah melakukan dosa

# Hasud dan menunjukan rasa sayang dan kerendahan hatinya di hadapan orang-orang seperti mengatakan,” Sedih sekali melihat kemiskinan orang itu.”

# Karena lelucon, guyonan, senda gurau, menceritakan kejadian lucu yang terjadi pada seseorang dengan menceritakan keburukan orang itu agar pendengar tertawa atau tersenyum mendengarnya

# Menghapuskan prasangka buruk orang yang ditujukan pada dirinya


Apa Yang Paling Berbahaya?

Orang yang tidak pernah shalat, tidak mau belajar Islam, tidak mau taubat, tidak menyesal dengan dosa, sudah tidak tahu lagi mana yang benar, dosa menjadi hobinya sehari-hari, sering datang ke Paranormal, percaya ramalan-ramalan, yah mau gimana ! Pastinya sudah tidak aneh lagi kalau berghibah.
Cuman yang berbahaya adalah ketika kita tidak menyadari telah ber-ghibah meskipun ucapan/obrolan ini dalam koridor ketaatan atau ibadah. Seakan-akan ada kebenaran untuk menceritakan orang atau untuk menunjukan bagi yang mendengarnya bahwa ia seorang yang taat atau sangat Islami.
Beberapa contoh:

# Aduh, kenapa yah dekat ke masjid tapi nggak pernah ke masjid? (ucapan ini diucapkan oleh orang yang sering berjamaah di masjid)

# Duh kasian yah, tuh di TV banyak sekali tanyangan infotaiment…wah jadi nggak halal tu kerjaanya…habis ngomongin orang melulu

# Ketika mendengar seruan untuk selalu membaca Al-Qur’an..Duh kasian banget orang yang nggak pernah ngaji..mau dibawa kemana hidupnya!

# Mana sih pemimpin yang taat dan Islami itu..mau dibawa ke mana bangsa ini!!

# Sekarang ini sudah banyak dajjal…seharusnya orang-orang itu kembali donk ke agama!!
Memang sekarang tuh dah banyak Thagut (kejahatan/keburukan) banyak orang tua yang nggak ngedidik anak-anaknya dengan agama siiihh..!!!

# Saya berterima kasih pada ustadz..agar mereka yang selalu tenggelam di dunia segera sadar dan kembali kepada jalan Allah..!!!

# Sayang sekali yah..Kalau orang Islam di Indonesia itu mau zakat dan sedekah pasti nggak akan ada kemiskinan deh…

# Banyak tuh yang shalat tapi tetap aja belum sadar…!

# Wah keluarganya nggak tahu agama sihh…

# Wah ceramahnya kepanjangan….nggak jelas apa isinya..Coba kalau gini gitu…!


Membuka Peluang Dosa Lain
Setelah ghibah, dipastikan akan timbul suu zhan (buruk sangka) setelah itu timbul hasud, kemudian pasti akan terjangkit namimah. Setelah itu timbul penyakit hati lainnya.
Jadi enaknya begini, kalau kita mendengar ceramah agama, pengajian, atau apapun, jangan melihat keadaan orang lain. Tunjukanlah bahwa nasihat atau anjuran itu untuk kita sendiri. Ketika kita mendengar ceramah untuk selalu belajar Al-Qur’an, dan selalu membacanya, merenungkan artinya, tadabbur, berusaha belajar ilmu Al-Qur’an, langsung katakan pada diri sendiri:
“Ya Allah, aku bertaubat, selama ini aku lalai, aku lupa akan Al-Qur’an yang pastinya menjadi pelita dalam dunia akhiratku. Sedangkan orang lain sudah banyak yang mengerti Qur’an sedangkan aku baru sadar sekarang”
Hati menjadi enakan! Pasti dia akan sedih melihat dirinya, pastinya juga dia kan berusaha terus belajar dan belajar Al-Qur’an. Pastilah dia akan bertaubat, dia akan berusaha menjadi lebih baik lagi dari yang kemarin. Dan pastinya dia akan besyukur,
“Ya Allah, Alhamdulilah, Kau telah membuka hatiku untuk belajar Al-Qur’an.”

Berfikirlah Dulu Sebelum Berkata Atau Menulis
“ Iya tuh banyak banget orang yang sudah lupa Al-Qur’an.” atau kata seperti ini
“Gimana tuh di TV banyak ngegosip!! Gimana hukumnya??
Coba kita renungkan, apa bermanfaat atau mendatangkan pahala bicara seperti ini? Apa dengan tiba-tiba Allah kirim SMS bahwa kita mendapat pahala karena bicara seperti ini? yang menunjukan kita lebih unggul dan lebih taat? dengan anggapa orang lain sudah lupa pada Al-Qur’an atau banyak orang senang nonton gosip? Ternyata dengan begitu kita telah terjatuh dalam ghibah dan sekaligus suuz zhan.
Mungkin saja yang kita anggap sudah lupa Al-Qur’an itu ternyata sudah hafal Al-Qur’an…mau bagaimana kita?

Kesimpulan
# Jangan pedulikan urusan orang lain dan urus dan cari aib diri sendiri dan pasti kita akan sibuk dan bahkan tidak ingat akan aib orang lain

# Berbaik sangka terhadap prilaku orang lain, salah satu timbulnya ghibah karena ada anggapan buruk terhadap kehidupan orang lain

# Carilah ilmu Islam, kajilah tentang penyakit hati dan hal ini sama pentingnya seperti ibadah, belajar Islam dan ketaatan lainnya

# Jangan pernah terpikir di akal dengan banyak pertanyaan: Kalau orang ini gimana, kalau orang yang gitu gimana??? Cari dan cari saja kelemahan, aib dan cacat pribadi

# Kita tidak akan pernah tahu bagaimana hati orang Islam, jadi jangan sampai berprasangka apapun karena pastinya salah

# Jangan menjustifikasi bahwa kata kita adalah nasihat atau saling berwasiat dalam kebaikan/Tawasau Bil Haq ataupun berdalih dengan dalil: Sampaikan walaupun hanya satu ayat. Tapi ternyata ucapanya hanya ghibah, celaan dan ejekan, bahkan mempermalukan/membuka cacat orang lain. Kalau begitu syiar agama adalah alat yang dipakai untuk melakukan dosa dan maksiat kepada Allah.

# Kalau tidak tahu apa ini berbuah pahala atau tidak maka lebih baik diam, tidak berkata apa-apa dan jangan menulis apapun. Bukankah berdoa akan lebih baik??

# Pilih apa yang terkandung dalam ucapan kita: ghibah? Namimah? Suus zhan? Takabur? Tajasus? Dan lainnya. Jika tidak terkandung seperti itu, maka kita siap memberi nasihat yang baik dan manfaat

Followers

 

Copyright © 2009 by Nursamsi

Terkadang orang yang paling kita cintai adalah orang yang paling menyakiti hati kita,karena itu berikanlah cinta sejati kita hanya kepada Allah SWT.Karena Dia-lah yang Maha Mencintai ummat-Nya.Forever!